Dalam proses membuat batik tulis,
salah satu tahapan kerjanya yaitu nyanthing.
Nyanthing atau mbatik, yakni menorehkan cairan malam
(lilin batik) panas ke pola gambar di kain menggunakan alat bernama canthing atau canting.
Proses mbatik lebih dari satu tahap. Tahap pertama disebut nglowong atau ngrengrengi. Ini pekerjaan menorehkan malam di kerangka gambar
motif utama batik. Itu sebabnya, dinamai nglowong,
dari kata klowong atau ngrengrengi dari reng-rengan, yang maksudnya adalah kerangka. Pada tahap ini canting
yang dipakai adalah canting klowong.
Tahap berikut, ketika pembatik
mengisi ruang-ruang kosong di kerangka yang sudah diklowong, dengan titik-titik atau garis-garis halus, disebut tahap
ngiseni atau mengisi dengan isen-isen (isi motif). Untuk pekerjaan
ini, pembatik menggunakan canting cecek (cecek=titik), jika akan mengisi ruang
dengan motif isen titik-titik. Bisa
juga pembatik menggunakan canting klowong,
tergantung kebutuhan desain.
Canting cecek pun beragam bentuk. Ada cecek
siji (berlubang satu, untuk menghasilkan titik tunggal sekali toreh), cecek loron (berlubang dua, untuk
menghasilkan titik ganda sekali toreh di kain), cecek telon (berlubang tiga), cecek
papat, juga ada cecek liman.
Tahap selanjutnya, jika ada
bagian-bagian dari kain batik atau motif yang akan ditutup atau diblok (untuk
membiarkan berwarna putih), istilah pembatik ditembok, maka penutupan menggunakan cairan malam menggunakan
canting tembokan. Untuk bidang yang
cukup luas, pembatik bisa juga menggunakan kuas.
Ketiga jenis canting tersebut
mempunya diameter cucuk (saluran
cairan malam) berbeda. Canting dengan diameter terkecil canting cecek. Lebih besar dari cecek, yaitu canting klowong. Canting tembokan berdiameter paling besar. Diameter terbesar canting yaitu
1 mm (tembokan).
Karena kecilnya diameter cucuk canting dan tidak selamanya cairan
malam stabil kekentalannya -- semakin
lama dipanaskan makin kental bahkan bercampur dengan gentho (kotoran hitam yang mengendap di wajan) -- aliran malam di cucuk bisa tersumbat. Jika cucuk
tersumbat maka tidak ada cairan malam panas bisa ditetes-torehkan ke kain yang
sedang dibatik. Ini tentu mengganggu kelancaran kerja pembatik.
Mengatasi tersumbatnya aliran malam di cucuk, bisa dengan memanaskan cucuk. Namun, jika cucuk tetap tersumbat, biasanya akibat
adanya kotoran, berupa gentho
bercampur malam yang memadat. Tindakan yang harus dilakukan yaitu membersihkan
lubang cucuk dengan cara memasukkan
seutas ijuk hingga ke pangkal cucuk. Utas ijuk didorong-tarik secara pelahan
beberapa kali, hingga ijuk tak terhambat, kemudian bisa dilihat di bagian dalam
nyamplung (wadah penampung cairan
malam pada canting).
Pada proses memasukkan utas ijuk,
tekanan harus perlahan, tidak dipaksakan, Jika dipaksakan, ijuk bisa patah.
Jika patahnya terjadi di dalam cucuk,
ini menyulitkan pembatik untuk mengambilnya. Akibatnya, cucuk akan tersumbat ijuk secara permanen.
Mengapa digunakan ijuk? Kenapa tidak
kawat atau serabut kabel? Atau serabut kulit buah kelapa (sepet)?
Kawat atau serabut kabel tidak
digunakan karena merupakan penghantar panas, sehingga bisa mencederai jari saat
membersihkan cucuk. Sebab,
membersihkan cucuk dari sumbatan
hanya bisa dilakukan ketika canting
dalam keadaan panas. Panas di canting akan merambat ke kabel/kawat. Selain itu,
karena diameter cucuk berbeda-beda,
diperlukan utas kawat/kabel dengan diameter berbeda pula. Tentu tak mudah
menyediakannya.
Serabut kulit buah kelapa jarang
digunakan untuk membersihkan cucuk
tersumbat karena terlalu lentur, sehingga tidak bisa mendorong kotoran di dalam
cucuk.
Ijuk menjadi pilihan paling efektif
untuk pembersih cucuk dari sumbatan
saat membatik karena sifatnya bukan penghantar panas, tidak terlalu lentur,
cenderung kaku, lebih keras dari serabut sepet
, tahan panas, ukuran diameter beragam dan sesuai dengan berbagai ukuran
diameter cucuk canting. Ijuk juga
mudah didapat. Jika di rumah tersedia sapu ijuk, pembatik tinggal mencabut
beberapa utas yang sesuai dengan diameter lubang cucuk.
Itulah sebabnya di dekat seorang
pembatik tulis yang sedang membatik selalu tersedia beberapa utas ijuk. Jika
ijuk sampai terlupakan, maka pekerjaan membatik pun akan terhambat. Tampak
sepele, bukan? Tapi…seutas ijuk penting artinya dalam membuat batik tulis.
Sampai bertemu lagi di artikel batik berikutnya.
Sumber ://batikjolaweyogya.blogspot.com
Sumber Foto : Dedi H Purwadi
No comments:
Post a Comment