Wednesday, December 21, 2016

SMA Muhammadiyah Kutoarjo Gandeng Wali Murid Produksi Kerajinan Batik



SMA Muhammadiyah Kutoarjo menggandeng sejumlah wali murid bakal memproduksi kerajinan  batik secara rutin mulai awal 2017 nanti. Komitmen itu dilakukan menindaklanjuti pelatihan kewirausahaan membatik dan packing kemasan yang dilakukan Dinas Koperasi Perindustrian Perdangangan dan Pariwisata (Dinkoperindagpar) Kabupaten Purworejo di sekolah tersebut, belum lama ini.
“Kami akan memproduksi batik secara rutin awal tahun 2017 nanti. Ini kami lakukan, karena minat masyarakat membeli produk kerajinan batik karya para siswa cukup tinggi. Biasanya, jika ada pesanan, para siswa bisa mengerjakan batik hingga 20 lembar, ukuran kain dengan panjang 2 meter,”.
Menurut dia, di sekolahnya ada mata pelajaran keterampilan membatik yang wajib diikuti semua siswa, setiap minggunya. Selain wajib, untuk mendukung kemajuan produksi batik para siswa, pihaknya juga membentuk kelompok khusus.
“Biasanya, kelompok khusus itu mengerjakan pesanan pelanggan setiap sore, sepulang sekolah. Bahkan, ada dari mereka yang mempromosikan lewat ajang modelling,”.
Selain akan diproduksi secara rutin, nantinya hasil kerajinan batik milik siswa akan menjadi seragam batik sekolah. Untuk produksi batik yang sudah dihasilkan, antara lain batik tulis murni dan batik kombinasi cap. Untuk harga juga bervariasi, untuk kualitas satu, batik tulis murni dihargai Rp 200.000 per kain dan batik kombinasi Rp 175.000 per kain. Sedangkan kualitas nomor dua, harga Rp 150.000.
Dikatakan, jenis batik yang dihasilkan para siswa adalah batik klasik. Belum lama ini, ada 30 lembar kain yang dibuat siswa untuk ditampilkan di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP).
“Kami berharap keterampilan batik yang diajarkankepada siswa menjadi bekal setelah lulus nanti. Kerja tidak harus jadi karyawan, tapi bisa berwirausaha sendiri, lebih dari itu bisa menciptakan lapangan pekerjaan,”.
Sumarmi menyebutkan, sebagian besar siswanya berlatarbelakang dari golongan kurang mampu. Jadi, jika setelah sekolah mereka langsung kuliah, tentu mereka akan keberatan dibiaya. Tetapi, pihaknya tetap menekankan, agar siswanya harus semangat untuk kuliah, walaupun sambil kerja atau kerja dulu mengumpulkan uang, terus kuliah.
“Upaya sekolah untuk memunculkan kerajinan batik, selain ingin melestarikan batik warisan leluhur juga untuk mengajarkan kepada siswa cara berwirausaha. Kami berharap, keterampilan membatik yang diajarkan selama di sekolah, bisa bermanfaat, baik saat ini maupun saat mereka lulus sekolah nanti. Dengan diproduksi secara rutin, diharapkan keuntungan dari membatik meningkat,” 






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Tuesday, December 20, 2016

Paduan Batik dengan Katun Shibori




Kain batik selalu menjadi pesona tersendiri bagi siapapun yang mengenakannya. Beragam motif kain batik dari berbagai wilayah pun, menjadi kekayaan tersendiri motif busana. Tak hanya itu, kain batik pun kerap mengesankan aura yang berbeda, bagi karakter si pemakainnya. Tak percaya? Coba tengok karya desainer muda busana etnik asal kota Bandung, Zuebarqa by Benz. Pria yang akrab disapa Benz ini, menghadirkan 10 koleksi busana teranyarnya. Ciri khas Benz masih berkutat dengan eksplorasi kain etnik seperti batik, yang kali ini Dia mengangkat kain batik khas Garut atau Garutan. Batik garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun berfungsi juga untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif batik Garut merupakan cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah hiup, dan adat istiadat orang Sunda. Motif-motif batik Garut dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya, selain itu bermotif flora dan fauna.

"Seperti biasanya saya mencoba mengkolaborasi kain etnik batik Garutan dengan desain busana yang tidak biasa. Detil busana khas desain saya seperti aksen semi kulit dan zipper pun tetap saya pertahankan," ujar desainer ini di sela-sela fashion show pada perhelatan Grand Final Putera Indonesia Jawa Barat, di Hotel Travelo Bandung, belum lama ini.

Kali ini, mengusung tema busana Jha Leu Leu, Benz mengeksplore kekayaan batik khas Garutan dengan kolaborasi apik kain Katun Shibori khas Jepang. Desain yang ditampilkan pun begitu urban, khas etnik, namun tetap kontemporer. Meski pada umumnya batik kerap dikesankan sebagai busana yang begitu formal, namun pada karya Benz, si pemakainya, tetap akan bebas dan dinamis dalam mengenakan busana ini. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat. Warnanya didominasi oleh warna krem dipadukan dengan warna-warna cerah lainnya yang merupakan karakteristik khas batik garutan. Potongan busana kontemporer dengan bentukan yang flat dan tidak berbelit-belit, lebih menampilkan busana-busana khas Jepang pada zaman restorasi Meiji. Gaya khas busana Jepang dan Korea pada masa lampau, seakan ditarik kembali oleh Benz pada kekiniian.

"Untuk bawahannya pun kita padukan dengan celana berbahan denim, sehingga nampak lebih casual dan nyaman dikenakan dalam acara formal maupun santai," ujar Benz.

Tak hanya denim, desain busana atasan yang lebih cocok dimiripkan dengan kemeja ala-ala kimono pria ini pun, Benz kolaborasikan dengan bawahan sarung, dimana pada bagian atasnya tetap digabungkan dengan teknik cutting patchwork ditambahkan dengan apkikasikan kain kulit dan zipper. Jika sudah melihat karyanya, anda pun akan lebih percaya diri lantaran busana yang di desain Benz, memang terbilang unik, nyentrik, namun tetap sesuai dengan kekinian. Jadi tunggu apa lagi, dapatkan segera koleksi busana etnik kontemporer yang kaya akan budaya ini.






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Saturday, December 10, 2016

Batik Minang Siap Dikembangkan



Meningkatnya intensitas perdagangan antar negara, terutama di bidang fashion, membuat para desainer untuk terus memutar otak, agar dapat terus bersaing di pasar global. Salah satu upaya itu adalah dengan mengembangkan kain Nusantara, yaitu batik yang merupakan kekayaan Indonesia yang sangat khas. Produk yang siap bersaing dengan melakukan pengembangan adalah Batik Minang. Launching pengembangan batik Minang, digelar di Gedung Smesco, Jakarta, pada Rabu, 7 Desember 2016 lalu. Bertujuan memperkenalkan batik Minang melalui koleksi desain 12 desainer yang tergabung dalam Indonesia Modest Fashion.
Para desainer terlibat mengaplikasikan motif-motif batik Minang pada rancangannya guna meningkatkan daya saing produk batik Minang. Setidaknya ada 11 motif batik yang tengah dikembangkan untuk diaplikasikan di atas busana dalam trunk show yang digelar sore itu. Motif tersebut antara lain Tantadu Manyasok Bungo Jo Buah Nibuang (Ulat Mengisap Bunga dengan Buah Nibuang), Paruah Enggang (Paruh Enggang) dan motif Sikambang Manih (Bunga yang Indah), yang digunakan oleh Nina Nugroho dan Ratu Sofia dalam busananya Jenny Tjahyawati memilih motif Kaluak Paku Kacang Balimbing.
Novi Padusi mengembangkan motif Bungo Duo Tangkai Jo Buah Pinang-Pinang. Empat desainer yaitu Oki Setiana Dewi, Merry Pramono, Erin Ugaru dan Yus Octavia mengembangkan motif Daun Bodi. Sementara Lia Afif yang memilih motif Daun Puluik-Puluik. Sirih Gadang ( Sirih Besar ) menjadi motif pilihan Lia Soraya. Acara yang dihadiri Istri Gubernur Sumatra Barat, Ibu Nevi Zuairina ini disambut baik para pengrajin Tanah Minang. Program pengembangan desain batik Minang ini membawa mereka pada ilmu-ilmu baru, baik dari segi pemilihan jenis bahan, pengaplikasian motif di atas busana, hingga pemilihan warna.
“Acara ini bertujuan mengangkat popularitas batik Minang, Kami para desainer yang tergabung di Indonesia Modest Fashion mengembangkannya lewat desain-desain yang modern,” ujar Jeny Tjahyawati, selaku Founder sekaligus fashion desainer Indonesia Modest Fashion.
Dekranasda Provinsi Sumatra Barat melatih sebanyak 15 pengrajin yang berasal dari dari tiga Kabupaten yakni; Kabupaten Kota Padang, Dharmas Raya, dan Pesisir Selatan. “Kami mendatangkan pengrajin batik asal Jogjakarta untuk melatih keterampilan membatik kepada seluruh pengrajin di Sumbar, dari total 200 motif batik minang yang dikembangkan, baru sekitar tujuh motif yang direalisasikan sebagai batik,” ujar Ridonald Sekertaris Dekrasnasda Provinsi Sumatra Barat. Dirinya juga berharap agar Batik Minang nantinya dapat dijadikan busana wajib untuk dikenakan para pegawai di lingkungan pemerintahan Provinsi Sumbar sekaligus buah tangan wisatawan lokal dan mancanegara yang bertandang ke Sumatra Barat.




FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Be Someone Who Seeks Comfort And Style