Wednesday, September 30, 2015

Hari Batik Nasional diperingati secara meriah di Solo

tokobatikmas.com

Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober bakal diperingati secara meriah di Solo, Jawa Tengah, melalui atraksi marching band dari Akademi Kepolisian berkolaborasi dengan Solo Batik Carnival.
"Saya mohon kepada masyarakat kota ini yang menyaksikan atraksi marching band yang berkolaborasi dengan SBC, bisa mengenakan baju batik. Silakan pakai batik apa bebas yang penting batik," kata petugas panitia acara tersebut, Sumartono, di Solo.
Ia mengatakan atraksi marching band dari Akademi Kepolisian yang berkolaborasi dengan SBC itu dipersembahkan oleh Batik Keris Solo.
Ia mengharapkan melalui peringatan tersebut, masyarakat bisa lebih mencintai budaya Indonesia pada umumnya dan mencintai batik sebagai warisan budaya pada khususnya.
"Batik sebagai warisan budaya dunia telah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia," katanya.
Ia mengatakan visi dan misi Batik Keris untuk melestarikan budaya bangsa dengan menggali berbagai seni desain, pakaian, seni kriya, seni tari, dan seni suara dengan melestarikan sesuai zaman.
"Modifikasi, evolusi sangatlah penting agar budaya tersebut dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat," katanya.
Atraksi marching band dari Akademi Kepoisian yang berkekuatan 400 orang akan mulai dari Stadion Sriwedari menuju Jalan Slamet Riyadi. 
Sampai di perempatan Nonongan Kota Solo, mereka bergabung dengan SBC untuk kemudian menuju Balaikota Surakarta. 

tokobatikmas.com 

Oktober Ini, Festival Jogja Kota Batik Dunia Digelar


tokobatikmas.com

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah akan menggelar Festival Jogja Kota Batik Dunia pada 2 hingga 6 Oktober 2015.
Pelaksana Harian Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Disperindagkop UMKM) DIY Kadarmanta Baskara Aji dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin (28/9/2015), mengatakan festival itu merupakan upaya untuk menandai penobatan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada 2014.
"Setiap tahun akan kita selenggarakan yang dimulai pada tahun 2015," kata dia.
Pembukaan festival itu, menurut dia, akan berlangsung di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, berupa pameran beragam motif batik Yogyakarta yang akan dibagi dalam 50 stan. Sepuluh stan di antaranya akan memamerkan kain batik yang pernah dipamerkan di Dongyang, Tiongkok pada 2014.
"Pameran akan diselingi "fashion Show" yang seluruhnya mengutamakan busana batik," kata dia
Selanjutnya, untuk puncak Festival pada 5 Oktober akan diisi dengan kegiatan selebrasi terpilihnya Yogyakarta sebagai kota batik dunia dan diakhiri dengan acara lelang batik.
"Untuk tahun-tahun berikutnya, akan diselenggarakan dalam bentuk acara "Biennale" selama dua tahun sekali," kata dia.
Yogyakarta sebelumnya telah dinobatkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC), pada peringatan 50 tahun organisasi tersebut di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, pada 18-23 Oktober 2014.
"Setelah sekian puluh tahun kita menggeluti industri batik, tampaknya karya kita tidak sia-sia. Akhirnya dunia sadar bahwa Yogyakarta memang perlu diberikan predikat khusus," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Syahbenol Hasibuan.
Syahbenol mengatakan, pascapenobatan itu Yogyakarta harus terus mengoptimalkan upaya pelestarian batik karena selama empat tahun ke depan pascapenobatan, WCC akan terus mengevaluasi kelayakan Yogyakarta untuk dipertahankan sebagai kota batik dunia.

Saturday, September 12, 2015

Mahasiswa UNY Ciptakan Batik Motif Budaya

tokobatikmas.com

Pengakuan UNESCO terhadap batik merupakan bentuk pengakuan yang strategis terhadap eksistensi batik dan nilai pentingnya bagi peradaban dan perkembangan kebudayaan di Indonesia. Saat ini, batik bukan sekadar budaya khas Indonesia, tetapi telah menjadi kekayaan intelektual bangsa dan penggerak perekonomian sebagian masyarakat.
Salah satu kota potensial di Indonesia dalam hal produksi dan pemasaran batik adalah Yogyakarta yang juga telah dinobatkan sebagai World Craft City of Batik oleh Dewan Kerajinan Dunia. Peluang bisnis batik di Yogyakarta juga semakin tinggi karena saat ini menjadi daerah tujuan wisata kedua setelah Bali.
”Karena itu perlu usaha batik dengan motif-motif yang belum ditemui di pasaran. Inilah yang dilakukan kami lakukan, menuangkan muatan simbol budaya-budaya Indonesia ke dalam motif batik,” ungkap mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Miftahudin Nur Ihsan yang bersama Joko Susanto, Erwan Aditya, Dheni Nugroho dan Deary Putriani membuat karya batik motif budaya lokal.
Mereka memberi nama karyanya Indonesian Culture in Batik (ICB). Miftahudin menjelaskan usaha ICB bertujuan mengenalkan kembali budaya-budaya Indonesia dengan kemasan menarik. Selama ini batik yang ada di pasaran, belum ada yang mengangkat simbol-simbol budaya sebagai motif batik. Ia dan teman-temannya telah membuat dua motif batik, yaitu motif ”Pesona Yogyakarta” yang memuat gambar Tugu Yogyakarta, Wayang, Gamelan, Keris Lekuk 7, dan Rumah Joglo.
Satunya lagi motif ”Pesona Kalimantan Barat” yang memuat Tugu Khatulistiwa, senjata tradisional Dayak, burung enggang gading, ikan arwana merah, kelapa sawit, dan lidah buaya. Khusus untuk desain motif Pesona Yogyakarta, telah terjual lebih dari 350 produk.

Mengintip Proses Pembuatan Batik Cirebon

tokobatikmas.com

Proses pembuatan batik Cirebon bisa memakan waktu satu setengah bulan. Terdapat sedikitnya lima tahap untuk menyelesaikan sebuah kain batik. Tahap yang memakan waktu paling lama menurut perajin dan pengusaha batik Cirebon, Gonisa ialah tahap esen-esen dan tembok. "Satu motif bisa satu setengah bulan, makanya harus sabar dan tekun,"
Sambil memantau dua karyawannya yang sedang membatik, Gonisa menjelaskan tahap-tahap membatik khas Desa Trusmi, Cirebon. Sedikitnya ada lima tahap membuat batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering. Proses pertama diawali dengan 'lengreng'. Lengreng adalah tahap menggambar sketsa. Sketsa digambar pada kain putih menggunakan pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya untuk membuat garis pandu dan menampilkan sekilas motif kain.
Setelah lengreng, dilanjutkan dengan proses 'esen-esen'. "Ini adalah salah satu proses yang memakan waktu lama dan butuh ketekunan," kata Gonisa. Garis-garis sketsa yang sudah digambar tadi dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar batik. Tinta canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus), baron dan busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua bahan ini dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng. "Semakin rumit sketsanya, semakin lama proses esen-esen,".
Setelah itu dilakukan proses 'penembokan'. Proses ini masih menggunakan canting dan malam. Gambar-gambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih diwarnai dengan tinta malam hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak menyerap air saat proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan, semakin lama proses penembokan.
Setelah selesai ditembok, masuklah proses pewarnaan. Masyarakat Cirebon menyebutnya proses pengobatan. Kain yang sudah di-block tadi diletakkan di alat seperti timbangan atau ayunan bayi. Salah satu sisinya kemudian diisi cairan pewarna dan digoyang-goyang agar menyerap rata ke kain. Permukaan-permukaan kain yang sudah di-block tidak menyerap warna dan akan tetap putih.
Tahap terakhir ialah 'lorot', atau proses pelunturan. Tinta 'malam' yang sudah dilekatkan ke kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang di-block tadi akan tetap putih. Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada penrajin. "Kalau mau pakai warna lebih dari satu, maka proses penembokan, pengobatan, dan pelorotan diulang lagi sesuai jumlah warna,".
Hanya perbedaannya, pada pengulangan kedua ini, bagian kain yang sudah berwarnalah yang ditembok. Sementara permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak permukaan putih ini menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain dikeringkan. Proses pembuatan satu kain bisa mencapai satu setengah bulan. Sementara untuk belajar membatik sendiri bisa memakan waktu tiga bulan.
Tidak ada istilah salah dalam membatik. Seniman tidak bisa menghapus corak yang ia buat. "Kalau ada salah atau keluar garis ya kita cari bentuk baru,".
Yang membedakan pembuatan batik Cirebon dengan batik lain ialah proses pewarnaannya. Pembatik Cirebon menggunakan teknik menggoyang untuk mewarnai, sementara di daerah lain ada yang mewarnai dengan cara direndam.


tokobatikmas.com 

Tuesday, September 8, 2015

Tampil Trendi dengan Batik Indonesia di Belanda

tokobatikmas.com

Sebagai busana kebanggaan bangsa Indonesia, batik terus dipopulerkan ke mancanegara. Agar populer, batik tak lagi hanya dipandang sebagai busana resmi, namun juga bisa dipakai sebagai baju trendi, yang bisa dipakai untuk acara apa pun dan di mana pun. 
Pandangan itulah yang menjadi tema Pameran Busana Batik Indonesia di Belanda, pada Senin malam waktu setempat. Uniknya, pameran ini berlangsung di sebuah bangunan gereja kuno nan megah peninggalan abad ke-14 di jantung Kota Den Haag, yaitu Grote Kerk.
Pameran ini, yang diselenggarakan Dharma Wanita Kedutaan Besar RI di Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia, menampilkan koleksi dua desainer berbakat asal Tanah Air. Mereka adalah Harry Rahmat Darajat, pemilik rumah mode Ai Syarif 1965, dan Anita Winata, pendiri rumah mode Tjantingkoe.
“Batik sebenarnya sudah sangat dikenal oleh banyak warga Belanda. Di banyak kesempatan, saat saya diundang ke acara-acara setempat, para pengundang selalu mengenakan baju batik,” kata Ibnu Wahyutomo, Kuasa Usaha KBRI Den Haag.
Namun, selama ini kesan bahwa batik hanya dianggap sebagai baju formal masih sangat melekat. “Batik pun bisa dipakai untuk kegiatan-kegiatan santai, atau untuk bepergian sehari-hari. Itulah pesan yang kami sampaikan dalam acara Indonesian Art, Culture, and Performance ini,” lanjut Ibnu. 

Azis Nurwahyudi, ketua panitia Pameran Batik ini, mengungkapkan bahwa para model yang tampil adalah mahasiswa maupun mahasiswi Belanda dan para anggota Dharma Wanita KBRI Den Haag.
“Ini untuk menunjukkan kepada para penonton bahwa batik sebagai busana kasual ini cocok digunakan siapa pun dari berbagai usia dan latar belakang, tua maupun muda,” lanjut Azis.
Sambil dipandu dengan lantunan lagu-lagu pop dan tradisional oleh dua penyanyi dari tanah air, Leo Mokodompit dan Elvy Zubaedah, para model bergantian membawakan kreasi Ai Syarif 1965 dan Tjantingkoe. Busana batik yang mereka tampilkan memadukan penampilan santai namun tetap elegan. 

Nuansa motif Batik khas Indonesia terlihat dari atasan maupun bawahan yang dipadu dengan busana warna polos. Contohnya, atasan warna polos terlihat atraktif dengan kebaya bermotif batik dan begitu pula saat sejumlah model menampilkan kemeja kasual dengan celana bermotif batik. 

Itulah sebabnya pameran yang berlangsung lebih dari dua setengah jam di bangunan gereja kuno ini mendapat sambutan antusias dari para penonton. Mereka adalah kalangan pemerhati mode, pemilik butik maupun wartawan fesyen (fashion) di Belanda. 

Pujian dilontarkan oleh istri Wali Kota Den Haag, Henriette van Aartsen. “Ini acara yang bagus dan efektif untuk mengubah persepsi bahwa Batik, yang merupakan busana khas Indonesia, tidak saja dikenal sebagai baju untuk acara-acara formal, namun juga cocok dipakai untuk acara santai,” kata van Aartsen, yang menjadi tamu kehormatan pada pameran itu.
Desainer Harry Rahmat Darajat pun tak menutupi kegembiraannya. “Saya bangga dan terharu. Ternyata antusiasme publik di Belanda atas pameran batik ini cukup besar. Buktinya, usai pameran, mereka bertanya bagaimana cara memesan koleksi kami ini,” kata Ai, panggilan akrab Harry, yang sudah menggelar pameran serupa di Portugal, Ceko, dan Jepang. 

Kesan serupa juga dilontarkan Anita Winata, pendiri butik Tjantingkoe. “Saya tidak menyangka bisa mendapat sambutan luar biasa dari para penonton. Ini merupakan kebanggaan bagi kami dan menambah semangat untuk mempopulerkan batik kreasi kami ke banyak negara,” kata Anita.
Pameran busana batik ini diramaikan oleh penampilan sejumlah tarian kreatif dari kelompok tari Warna Indonesia. Mereka menampilkan tari “Persembahan” (Sumatera Barat), “Gandrung Banyuwangi” (Jawa Timur), dan “Topeng Ireng” dari Jawa Tengah.

Friday, September 4, 2015

Ganjar tak mau batik mati karena limbahnya

tokobatikmas.com

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tidak mau jika industri batik di sejumlah daerah mati karena berkembangnya isu pengolahan limbah di masyarakat.
"Saya tidak mau batik ini mati karena isu limbah dan saya pasti akan memprotes habis-habisan kalau bicara hanya karena itu terus kemudian menggugat batiknya," katanya di Kota Pekalongan.
Hal tersebut disampaikan Ganjar saat mengunjungi Museum Batik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yang dilakukan usai acara "Ngopi Bareng Mas Ganjar" di Rumah Jabatan Bakorwil III Pekalongan.
Menurut Ganjar, yang perlu menjadi perhatian semua pihak saat ini bagaimana mengolah limbah industri batik yang baik dan upaya memunculkan inovasi pewarna alami.
"Hasil industri batik sudah sampai ke desa-desa, hanya saja teknologi dan desain belum sekelas dengan batik yang ada di kota besar seperti Solo, Jogja, Pekalongan, atau Lasem,".
Ganjar menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong dan berupaya mengembangkan industri batik, baik yang berskala kecil maupun besar sebagai salah satu bentuk pelestarian kebudayaan.
"Pemprov Jateng mendukung batik dengan mewajibkan seluruh pegawai negeri sipil untuk memakai batik tiap Rabu hingga Jumat,".
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar menilai bahwa keberadaan Museum Batik di Pekalongan bisa menjadi salah satu destinasi wisata andalan.
"Museum bisa memberikan penjelasan ke masyarakat mengenai sebuah proses panjang peradaban apa yang disebut batik,"

tokobatikmas.com 

Keistimewaan Batik Kudus yang Telah Lama Tenggelam

tokobatikmas.com

Batik dari daerah Kudus sudah lama menghilang dan tenggelam akibat minimnya pengrajin di kota penghasil Kretek ini. Umumnya, para pekerja di Kudus yang dulunya berprofesi sebagai pembatik, kini lebih memilih profesi sebagai pelinting kretek atau menghabiskan banyak waktu dengan menjadi buruh pabrik di pabrik. 

Hal ini sangat disayangkan, karena Batik Kudus, sama seperti batik-batik dari daerah Indonesia lainnya, ternyata memiliki filosofi serta corak yang istimewa. Dalam acara jumpa pers pergelaran tunggal BaliJava oleh Denny Wirawan dan Djarum Foundation, di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Miranti Serad Ginanjar selaku pembina Batik Kudus, mengatakan bahwa jenis batik Kudus memiliki keistimewaan tersendiri karena terdiri dari pencampuran tiga budaya, yakni Indonesia, Arab, dan Tiongkok. 

Batik Kudus diperkirakan populer dari tahun 1880-1940 dan berkembang hingga tahun 1970. Sama seperti batik di daerah pesisir lainnya, batik Kudus juga identik dengan palet warna cerah. Bedanya, batik kudus memiliki isen (motif pengisi) yang lebih rumit dan beraneka ragam, tak hanya sebatas motif binatang atau tumbuh-tumbuhan saja. Melainkan juga seni kaligrafi Timur Tengah ataupun motif panganan lokal. 

Makna positif dari batik Kudus adalah Gabah Mawur yang melambangkan kesejahteraan suatu bangsa, Moto Iwak, simbol kejernian berpikir, Mretu Sewu yang berarti persatuan bangsa, Kembang Randu berarti kemurahan sandang, serta motif Merak Katleya yang merupakan lambang keanggunan pengaruh dari budaya Tiongkok. 

Lewat pergelaran bertajuk "Pasar Malam", kerjasama antara desainer Denny Wirawan dan Djarum Foundation, diharapkan bahwa seni kerajinan batik Kudus dapat terangkat kembali dan menarik minat para generasi muda di Indonesia untuk menekuni kembali budaya bangsa yang luar biasa, sebagai pengrajin batik. 

Meski tak mudah, Miranti optimis kalau batik Kudus dapat kembali populer. "Saat ini ada 50 pengrajin batik di Kudus. Empat diantaranya sudah mapan, sisanya masih menjadi pengrajin lepas. Rencananya jalan Wahidin yang berlokasi di Kudus akan menjadi sentra penghasil batik. Sehingga nanti ketika siapapun berkesempatan mengunjungi Kudus, batik Kudus juga dapat menjadi pilihan cinderamata,"

tokobatikmas.com Griya Batik Mas

Be Someone Who Seeks Comfort And Style