Sunday, September 11, 2016

Desainer dan Pengamat Mode Belanda Puji Batik Motif Papua



Pergelaran Fashion Diplomacy yang KBRI Den Haag bersama Dharma Wanita Persatuan  menampilkan fesyen batik motif Papua, Mamayoo. Acara ini diawali dengan suguhan cocktail dengan aneka makanan khas Indonesia untuk para tamu dan disusul dengan penampilan tari Mambri dan Yospan dari Papua.
Duta Besar I Gusti A. Wesaka Puja membuka acara dengan sambutan singkat. “Fashion adalah tentang ekspresi diri. Selain itu, fashion juga ditujukan untuk pemahaman budaya. Lewat event ini, kita bisa mengerti budaya lain,” katanya.
Dubes menambahkan Papua merupakan satu dari 17.000 pulau di Indonesia.
“Jika Anda bisa mengeksplorasi kecantikannya, maka Papua akan membawa keajaiban bagi Anda semua.” Dubes mengakhiri sambutannya dengan mengutip kata-kata Gianni Versace, “Don’t make fashion own you, but you decide what you are, what you want to express by the way you dress and the way you live."
Usai sambutan, acara dimeriahkan dengan penampilan Lucky Octavian dan Shamilla Cahya yang khusus didatangkan dari Indonesia. Menjadi puncak acara malam itu adalah peragaan busana Batik Mamayoo Private Collection yang disambut dengan antusias para hadirin.
“Saya sangat menyukai pagelaran ini, sangat memberi pencerahan," kata perancang busana terkenal Belanda, Allan Vos. “Beberapa busana yang ditampilkan sangat mengejutkan,” ia menambahkan.
Komentar serupa juga disampaikan pengamat mode, Marianne van Stekelenburg. "Desainnya sangat bagus. Busana-busana yang ditampilkan sangat kaya warna dan seksi," katanya.
Sementara itu Lyana Odinokaja, Account Manajer Dillewijn Zwapak untuk Eropa Tengah dan Timur begitu bersemangat mengungkapkan kekagumannya.
Fashion show ini sangat bagus. Atmosfer yang terbangun sangat hangat, sangat patriotik, dan tampak sekali ada nuansa penuh cinta di antara orang Indonesia,” ujar Lyana. “Kreasi desainer yang diperagakan sangat tidak biasa. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Saya benar-benar menyukainya. Compliment!”
Menurut Lyana, fashion show ini harus dibuat lebih besar lagi. “Orang harus tahu tentang kreasi indah yang ditampilkan malam ini.”


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Friday, September 9, 2016

Jelang PBN, Gelar Workshop Kostum Karnaval Batik



Jelang Pekan Batik Nusantara (PBN) yang akan diselenggarakan Oktober mendatang, Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan (Dishubparbud) Kota Pekalongan menggelar sosialisasi dan workshop pembuatan kostum karnaval batik kepada calon peserta karnaval PBN di GOR Jetayu, kemarin.
Kepala Dishubparbud Doyo Budi Wibowo menuturkan, workshop diberikan agar peserta karnaval menyesuaikan dengan tema. Sedangkan tema tahun ini yaitu ‘memanfaatkan sampah untuk menjaga lingkungan agar hidup menyenangkan’.
“Tema kali ini adalah RED, yakni Reduce our trash (mengurangi sampah), Environment safety (menjaga lingkungan) dan Delightfull of life (hidup yang menyenangkan). Sedangkan peserta karnaval batik akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu kategori SD, SMP, SMA, SKPD, dan Umum,”.
Sementara itu, narasumber workshop, Eka Wijaya, menuturkan untuk konsep Kostum menggunakan sampah kain perca dengan perspektif lingkaran, segitiga, kotak, segilima, diamond, dan lain-lain. Bisa pula berbentuk isi dunia yaitu flora dan fauna yang dilindungi, mangrove, bola dunia, efek rumah kaca, dan berbentuk 3 dimensi.
“Sedangkan untuk bobot penilaian dilihat dari kostum, kesesuaian tema, material kostum, fleksibilitas kostum, orisinalitas ide, desain dan detail, make-up dan painting,”.
Salah satu peserta, Maskanah, mengaku terbantu dengan adanya workshop tersebut. Dengan begitu, batas-batas apa saja yang menjadi bahan penilaian dewan juri bisa diketahui. “Dari awal saya ingin mengetahui apa saja yang menjadi bahan penilaian, dan dari sinilah kami bisa tahu,”

FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Tuesday, September 6, 2016

20 Desainer Bakal Pamer Karya di Batik Fashion Week 2016





Perhelatan Batik Fashion Week (BFW) 2016 akan digelar pada 30 September hingga 2 Oktober 2016. Acara yang telah memasuki tahun ke-2 tersebut, diinisiasi oleh anak-anak muda yang tergabung dalam wadah T&Co. Dengan mengangkat tema Parang, BFW 2016 berkolaborasi dengan Yayasan Batik sebagai wujud persamaan visi-misi untuk melestarikan warisan budaya bangsa.
Rafi Tarent Tohir selaku Founder of Batik Fashion Week 2016 sekaligus CEO T&Co mengatakan bahwa tujuan utama dari acara ini adalah untuk meningkatkan kesadaran apresiasi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda terhadap batik. Selain itu, mengenalkan kepada masyarakat global bahwa batik bukan hanya sebagai hasil akhir saja, melainkan sebuah proses. "Pada BFW 2016, kami akan mengangkat tema Parang yang memiliki filosofi pantang menyerah dan sekitar 20 desainer yang ikut serta," ujar Rafi kepada VIVA.co.id di kawasan Jakarta Selatan, Selasa, 6 September 2016.
Rafi menambahkan bahwa puncak acara BFW 2016 akan menampilkan koleksi BIN House sebagai legenda batik. Acara yang akan berlangsung di Plaza Indonesia ini juga akan menghadirikan karya dari desainer antargenerasi, seperti Danar Hadi, Parang Kencana, Sejauh Mata Memandang, Rama Dauhan, Jeffry Tan, dan Galeri Batik Jawa. Acara akan dikemas dalam nuansa yang sarat akan budaya yang diselingi musik dan tarian. Sementara koleksi yang ditampilkan pun akan memberi sentuhan klasik dan kekinian.


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Keanggunan Batik Berpadu Kuliner Sabang-Merauke



Peragaan busana bertema batik menjadi suguhan menarik para pengunjung di Hotel Star. Etnik Batik dan kasual Batik pun diangkat dalam acara peluncuran ”Sabang sampai Peterongan”. Dua konsep busana batik yang berbeda diperagakan. Etnik batik memunculkan corak tradisi lebih kuat. Paduan warna yang dilakukannya menunjukkan batik mempunyai suasana yang anggun. Batik pun ditinggikan saat diperagakan para model. Tamu undangan dan pengunjung yang hadir mengamati detail busana.
Sementara konsep Kasual Batik membuat cita rasa tradisional lebih menyatu dengan kekinian. Kehidupan masyarakat yang serba cepat disikapi dengan menciptakan batik yang dipadukan bersama warna-warna cerah dan rancangan minimalis. Batik pun mampu menjadi tren masa kini. Keanggunan batik dipresentasikan dalam peluncuran konsep kuliner tradisi Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Perpaduan tersebut melengkapi pengetahuan kekayakan Indonesia yang hadir di Hotel Star. ”Sabang sampai Peterongan adalah express lunch,”.
Tema itu menjelaskan bahwa makanan-makanan yang disajikan adalah bermacam makanan Indonesia. Disajikan untuk pengunjung pada siang hari pada Senin-Kamis pukul 11.30-13.30.
”Makanan dari Sabang sampai merauke tersedia. Star Hotel Semarang berada dalam kawasan Petrongan Semarang, maka diberi nama Sabang Sampai Peterongan,”.
Makanan yang dihadirkan, kata dia, antara lain Rawon Surabaya, Coto Makasar, Dawet Ayu Banjarnegara, Karedok Bandung, Sambal Matah Bali, dan makanan tradisional lainnya. Bagi pengunjung yang datang empat orang, hanya membayar tiga orang saja. Makanan tersebut bisa dinikmati di Prima Restaurant lantai 1 Hotel Star Semarang.
”Kami menyediakan penjemputan gratis untuk minimal 6 orang dalam jarak kurang lebih 5 kilometer,” bebernya. Selain peragaan busana, musik elektronik lengkap dengan Disc Jockey (DJ) juga memberi hiburan. Termasuk penyanyi dengan solo organ. ”Setiap hari menu kami ganti,”.
Pengunjung tidak hanya dimanjakan dengan makanan dari Sabang sampai Merauke. Menikmati makanan di Hotel Star tersebut berhak mendapatkan hadiah sepeda motor. ”Kami undi Desember ini,”.
Menurutnya, konsep tersebut dibuat untuk lebih mendekatkan Hotel Star ke masyarakat. Supaya masyarakat yang mengunjungi hotel lebih luas tanpa merasa sungkan. ”Biar punya alternatif tempat lain untuk nongkrong,”



FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Saturday, September 3, 2016

Batik Warisan Budaya



Bincang-bincang dengan General Manager IBC and Craft, Muhammad Salim MKom terasa betah dan mengasyikkan. Banyak ide dan gagasan untuk memajukan Pekalongan lewat batik. Dalam pandangannya, budaya positif adalah yang bisa menggerakkan ekonomi dan pembangunan suatu negeri. Batik adalah warisan budaya leluhur Pekalongan. Batik menjadi daya tarik siapapun yang memiliki sense of artistik. Melihat kain batik saja orang-orang sudah tertarik, apalagi kalau diperlihatkan proses pembuatannya. Sangat rumit, butuh ketekunan dan kesabaran.
Bila orang membeli baju batik sambil memahami prosesnya, mereka akan jauh lebih menghargai karya batik tersebut. Penghargaan tidak hanya kepada selembar kain dan selembar busana, tapi lebih kepada selembar karya yang diproses dengan cara yang tidak mudah. Bisa dibayangkan, jika di IBC and Craft hadir ruang edukasi batik baik secara teori (perpustakaan tentang batik dan seminar tentang batik dll.) maupun praktek proses membatik, dan dipromosikan ke seluruh seantero negeri, maka jangan kaget kalau dari seluruh nusantara akan berbondong-bondong untuk membuat karyanya sendiri dari awal sampai akhir, bahkan sampai menjadi busana. 
Yang dibidik adalah wisata budaya sekaligus wisata edukasi. Penjualan produk akhir batik dalam bentuk daster, blouse, hem, kemeja dll menjadi pelengkap setelah mereka menikmati proses membatik tadi. Pemilik kios dan para pedagang akan kaget karena dari proses tadi akan muncul para pembeli yang tidak hanya membeli pakaian, juga membeli prosesnya. “Itulah cita-cita saya di IBC and Craft. Saya yakin semuanya akan bisa terwujud dengan dukungan semua pihak baik pedagang, masyarakat, pemerintah, juga pemilik. Berikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami, manajemen untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut, sehingga IBC betul-betul menjadi tujuan,” 


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Potensi Industri Batik Jateng Perlu Digarap



Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memiliki potensi besar pada industri batik. Setiap daerah mempunyai keunikan dan keunggulan yang mampu bersaing secara global. Wakil Ketua Kadin Jateng Bidang Industri Tradisional Berbasis Budaya, Heru Isnawan mengatakan, meski ratarata industri batik di Jateng masih dalam skala kecil atau UMKM, tetapi perlu diakui potensinya besar. ”Potensi tersebut perlu digali bersama oleh pemerintah, Kadin, perbankan, maupun perajin atau pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Adapun potensi yang perlu digarap bersama itu antara lain, mulai dari sisi desain, pasar, permodalan, hingga pengambilan risikonya,” 
Menurut dia, sejauh ini para perajin atau pelaku UMKM batik sudah cukup kuat untuk mengembangkan usaha mereka. Hal itu dapat dibuktikan dari keberanian mereka mengenalkan dan memasarkan produknya melalui pameran-pameran di dalam atau luar negeri. Kendati demikian, memang ada sejumlah pelaku yang masih terkendala oleh beberapa hal. Misalnya, memiliki kualitas bagus tapi terkendala pemasaran atau permodalan. ”Karena itu, Kadin senantiasa memberikan pelatihan secara periodik dan berkesinambungan. Sebab, langkah itu memang tugas kami dan pemerintah. Kami latih dari sisi kualitas atau pun manajemen untuk mengelola usaha, hingga memberikan fasilitas pameran untuk memperluas pasar dan menghubungkan pelaku usaha dengan lembaga jasa keuangan terkait dengan permodalan,” jelasnya. Salah satu perajin De Youl Batik, Ninuk mengatakan, pelaksanaan pameran tersebut sangat bermanfaat bagi pihaknya karena tidak hanya bisa mengenalkan produknya, tetapi juga meningkatkan penjualan.
”Bahkan, kalau pameran di Jakarta kami bisa menambah relasi dari luar Jateng hingga luar negeri,” katanya. Pada kesempatan itu, Kadin Jateng memfasilitasi UMKM batik dan kerajinan tangan dalam pameran ”Batikraft Vaganza” yang digelar mulai 31 Agustus hingga 4 September.
Kegiatan yang dibuka oleh Ketua Umum Kadin Jateng, Kukrit Suryo Wicaksono itu diikuti oleh 52 peserta yang merupakan pelaku UMKM dari Jateng hingga luar Jawa. Koordinator Pelaksana sekaligus Kepala Bidang Komunikasi Bisnis Kadin Jateng, Sri Gendari Agustini mengatakan, pameran kali ini berbeda dari tahun-tahun lalu karena kreasinya lebih bagus.
”Banyak desainer batik baru yang bermunculan, menambah keragaman produk yang dipamerkan,” katanya. Sementara itu, pihak panitia menargetkan transaksi bisa mencapai Rp 3 miliar, lebih besar dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp 3 miliar. 


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Friday, September 2, 2016

Mengenal Keindahan Batik Kota Kretek



Batik merupakan salah satu warisan budaya dunia yang harus dijaga keberadaannya. Ada banyak jenis batik dengan berbagai motif dan filosofinya masing-masing. Bahkan setiap motif batik memiliki sejarah di tempat batik tersebut berasal. Akibatnya, motif batik memiliki daya tarik dan nilai seni tinggi bagi para penggemar batik. Salah satu batik yang memiliki ketenaran di berbagai kalangan adalah batik Kudus. Perlu diketahui bahwa teknik dan motif batik dari Kudus dipengaruhi tiga budaya, yakni China, Arab, dan Jawa yang kental. Budaya China pun memiliki batik peranakan berciri khusus. Sementara perpaduan budaya Arab menghasilkan batik kaligrafi yang didominasi warna gelap, seperti biru tua dan hitam. Perpaduan budaya yang beragam ini, menghasilkan batik pesisir dengan isen-isen (isian pola utama) yang rumit. Beberapa di antaranya, gabah sinawur (taburan gabah), moto iwak (mata ikan), dan mrutu sewu (seribu serangga).
"Selain dilihat dari keindahannya, batik Kudus memiliki filosofi, yaitugebyok turonggo mulyo, artinya ajaran nilai kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan pasti akan bermanfaat. Selain itu, batik Kudus lebih condong ke batik pesisiran dengan kerumitan dengan isen-isennya," ujar Miranti H Serad, pemilik Galeri Batik Kudus saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis, 1 September 2016. Dia menambahkan, batik Kudus dikenal dengan warna sogan(kecoklatan) bercorak tombak, kawung dan parang yang juga dihiasi dengan buketan (rangkaian bunga) dengan imbuhan pinggiran lebar, taburan kembang, kupu-kupu dan burung dengan warna cerah.

FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Thursday, September 1, 2016

Kadin Jawa Tengah Gelar Batik Craftvaganza




Untuk memberikan peluang kepada Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) masuk dalam pasar modern dan meningkatkan penjualan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Tengah menggelar Pameran Batik Craftvaganza di Paragon Mal. Menurut Koordinator Pelaksana Pameran Sri Gendari Agustini, kegiatan yang rutin digelar setiap tahun ini pesertanya memiliki kreativitas yang tinggi.
“Peserta dari UMKM dan kami amati setiap tahun selalu kreatif. Beberapa membuat model dengan memakai desainer terkenal sehingga selalu diminati pengunjung dan memiliki segmen pelanggan tersendiri,” kata perempuan yang akrab disapa Ndari saat ditemui di area pameran, Rabu (31/8).
Pameran Batik Craftvaganza yang diselenggarakan untuk kali keempat, diikuti UMKM dari seluruh Nusantara. Peserta terbanyak dari eks Karesidenan Surakarta, ada juga dari Jepara, Cirebon, Surabaya dan NTT.
Produk batik yang sudah diakui Unesco sebagai warisan dunia ini berkembang sangat pesat dan setiap UMKM menampilkan yang lebih kreatif. Tetapi biasanya mereka sulit masuk ke pasar modern seperti halnya Mal dan Kadin memfasilitasi mereka. Harapannnya lebih banyak memberi tempat UMKM ke pasar modern dan meningkatkan penjualan.
Dengan kegiatan semacam ini mereka juga semakin senang mengikuti pameran sehingga aktivitas ekonomi meningkat. Terlebih UMKM telah menjadi tumpuan ekonomi mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian. UMKM di Jawa Tengah lebih besar dari daerah lainnya.
“Ada 52 stan yang berpartisipasi pada kali ini, sebenarnya banyak yang ingin berpartisipasi tetapi tempatnya terbatas. Tahun lalu hanya 48 stan saja,” tuturnya.
Kepala Bidang Komunikasi Bisnis Kadin Jawa Tengah itu menambahkan, pameran yang berlangsung dari 31 Agustus sampai dengan 4 September 2016 menargetkan nilai transaksi lebih dari Rp 2,5 miliar. Berkaca dari kegiatan sebelumnya yang hanya diikuti 48 stan maka penyelenggaraan tahun ini bisa meraih lebih besar nilai transaksinya.


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Be Someone Who Seeks Comfort And Style