Wednesday, December 21, 2016

SMA Muhammadiyah Kutoarjo Gandeng Wali Murid Produksi Kerajinan Batik



SMA Muhammadiyah Kutoarjo menggandeng sejumlah wali murid bakal memproduksi kerajinan  batik secara rutin mulai awal 2017 nanti. Komitmen itu dilakukan menindaklanjuti pelatihan kewirausahaan membatik dan packing kemasan yang dilakukan Dinas Koperasi Perindustrian Perdangangan dan Pariwisata (Dinkoperindagpar) Kabupaten Purworejo di sekolah tersebut, belum lama ini.
“Kami akan memproduksi batik secara rutin awal tahun 2017 nanti. Ini kami lakukan, karena minat masyarakat membeli produk kerajinan batik karya para siswa cukup tinggi. Biasanya, jika ada pesanan, para siswa bisa mengerjakan batik hingga 20 lembar, ukuran kain dengan panjang 2 meter,”.
Menurut dia, di sekolahnya ada mata pelajaran keterampilan membatik yang wajib diikuti semua siswa, setiap minggunya. Selain wajib, untuk mendukung kemajuan produksi batik para siswa, pihaknya juga membentuk kelompok khusus.
“Biasanya, kelompok khusus itu mengerjakan pesanan pelanggan setiap sore, sepulang sekolah. Bahkan, ada dari mereka yang mempromosikan lewat ajang modelling,”.
Selain akan diproduksi secara rutin, nantinya hasil kerajinan batik milik siswa akan menjadi seragam batik sekolah. Untuk produksi batik yang sudah dihasilkan, antara lain batik tulis murni dan batik kombinasi cap. Untuk harga juga bervariasi, untuk kualitas satu, batik tulis murni dihargai Rp 200.000 per kain dan batik kombinasi Rp 175.000 per kain. Sedangkan kualitas nomor dua, harga Rp 150.000.
Dikatakan, jenis batik yang dihasilkan para siswa adalah batik klasik. Belum lama ini, ada 30 lembar kain yang dibuat siswa untuk ditampilkan di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP).
“Kami berharap keterampilan batik yang diajarkankepada siswa menjadi bekal setelah lulus nanti. Kerja tidak harus jadi karyawan, tapi bisa berwirausaha sendiri, lebih dari itu bisa menciptakan lapangan pekerjaan,”.
Sumarmi menyebutkan, sebagian besar siswanya berlatarbelakang dari golongan kurang mampu. Jadi, jika setelah sekolah mereka langsung kuliah, tentu mereka akan keberatan dibiaya. Tetapi, pihaknya tetap menekankan, agar siswanya harus semangat untuk kuliah, walaupun sambil kerja atau kerja dulu mengumpulkan uang, terus kuliah.
“Upaya sekolah untuk memunculkan kerajinan batik, selain ingin melestarikan batik warisan leluhur juga untuk mengajarkan kepada siswa cara berwirausaha. Kami berharap, keterampilan membatik yang diajarkan selama di sekolah, bisa bermanfaat, baik saat ini maupun saat mereka lulus sekolah nanti. Dengan diproduksi secara rutin, diharapkan keuntungan dari membatik meningkat,” 






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Tuesday, December 20, 2016

Paduan Batik dengan Katun Shibori




Kain batik selalu menjadi pesona tersendiri bagi siapapun yang mengenakannya. Beragam motif kain batik dari berbagai wilayah pun, menjadi kekayaan tersendiri motif busana. Tak hanya itu, kain batik pun kerap mengesankan aura yang berbeda, bagi karakter si pemakainnya. Tak percaya? Coba tengok karya desainer muda busana etnik asal kota Bandung, Zuebarqa by Benz. Pria yang akrab disapa Benz ini, menghadirkan 10 koleksi busana teranyarnya. Ciri khas Benz masih berkutat dengan eksplorasi kain etnik seperti batik, yang kali ini Dia mengangkat kain batik khas Garut atau Garutan. Batik garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun berfungsi juga untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif batik Garut merupakan cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah hiup, dan adat istiadat orang Sunda. Motif-motif batik Garut dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya, selain itu bermotif flora dan fauna.

"Seperti biasanya saya mencoba mengkolaborasi kain etnik batik Garutan dengan desain busana yang tidak biasa. Detil busana khas desain saya seperti aksen semi kulit dan zipper pun tetap saya pertahankan," ujar desainer ini di sela-sela fashion show pada perhelatan Grand Final Putera Indonesia Jawa Barat, di Hotel Travelo Bandung, belum lama ini.

Kali ini, mengusung tema busana Jha Leu Leu, Benz mengeksplore kekayaan batik khas Garutan dengan kolaborasi apik kain Katun Shibori khas Jepang. Desain yang ditampilkan pun begitu urban, khas etnik, namun tetap kontemporer. Meski pada umumnya batik kerap dikesankan sebagai busana yang begitu formal, namun pada karya Benz, si pemakainya, tetap akan bebas dan dinamis dalam mengenakan busana ini. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat. Warnanya didominasi oleh warna krem dipadukan dengan warna-warna cerah lainnya yang merupakan karakteristik khas batik garutan. Potongan busana kontemporer dengan bentukan yang flat dan tidak berbelit-belit, lebih menampilkan busana-busana khas Jepang pada zaman restorasi Meiji. Gaya khas busana Jepang dan Korea pada masa lampau, seakan ditarik kembali oleh Benz pada kekiniian.

"Untuk bawahannya pun kita padukan dengan celana berbahan denim, sehingga nampak lebih casual dan nyaman dikenakan dalam acara formal maupun santai," ujar Benz.

Tak hanya denim, desain busana atasan yang lebih cocok dimiripkan dengan kemeja ala-ala kimono pria ini pun, Benz kolaborasikan dengan bawahan sarung, dimana pada bagian atasnya tetap digabungkan dengan teknik cutting patchwork ditambahkan dengan apkikasikan kain kulit dan zipper. Jika sudah melihat karyanya, anda pun akan lebih percaya diri lantaran busana yang di desain Benz, memang terbilang unik, nyentrik, namun tetap sesuai dengan kekinian. Jadi tunggu apa lagi, dapatkan segera koleksi busana etnik kontemporer yang kaya akan budaya ini.






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Saturday, December 10, 2016

Batik Minang Siap Dikembangkan



Meningkatnya intensitas perdagangan antar negara, terutama di bidang fashion, membuat para desainer untuk terus memutar otak, agar dapat terus bersaing di pasar global. Salah satu upaya itu adalah dengan mengembangkan kain Nusantara, yaitu batik yang merupakan kekayaan Indonesia yang sangat khas. Produk yang siap bersaing dengan melakukan pengembangan adalah Batik Minang. Launching pengembangan batik Minang, digelar di Gedung Smesco, Jakarta, pada Rabu, 7 Desember 2016 lalu. Bertujuan memperkenalkan batik Minang melalui koleksi desain 12 desainer yang tergabung dalam Indonesia Modest Fashion.
Para desainer terlibat mengaplikasikan motif-motif batik Minang pada rancangannya guna meningkatkan daya saing produk batik Minang. Setidaknya ada 11 motif batik yang tengah dikembangkan untuk diaplikasikan di atas busana dalam trunk show yang digelar sore itu. Motif tersebut antara lain Tantadu Manyasok Bungo Jo Buah Nibuang (Ulat Mengisap Bunga dengan Buah Nibuang), Paruah Enggang (Paruh Enggang) dan motif Sikambang Manih (Bunga yang Indah), yang digunakan oleh Nina Nugroho dan Ratu Sofia dalam busananya Jenny Tjahyawati memilih motif Kaluak Paku Kacang Balimbing.
Novi Padusi mengembangkan motif Bungo Duo Tangkai Jo Buah Pinang-Pinang. Empat desainer yaitu Oki Setiana Dewi, Merry Pramono, Erin Ugaru dan Yus Octavia mengembangkan motif Daun Bodi. Sementara Lia Afif yang memilih motif Daun Puluik-Puluik. Sirih Gadang ( Sirih Besar ) menjadi motif pilihan Lia Soraya. Acara yang dihadiri Istri Gubernur Sumatra Barat, Ibu Nevi Zuairina ini disambut baik para pengrajin Tanah Minang. Program pengembangan desain batik Minang ini membawa mereka pada ilmu-ilmu baru, baik dari segi pemilihan jenis bahan, pengaplikasian motif di atas busana, hingga pemilihan warna.
“Acara ini bertujuan mengangkat popularitas batik Minang, Kami para desainer yang tergabung di Indonesia Modest Fashion mengembangkannya lewat desain-desain yang modern,” ujar Jeny Tjahyawati, selaku Founder sekaligus fashion desainer Indonesia Modest Fashion.
Dekranasda Provinsi Sumatra Barat melatih sebanyak 15 pengrajin yang berasal dari dari tiga Kabupaten yakni; Kabupaten Kota Padang, Dharmas Raya, dan Pesisir Selatan. “Kami mendatangkan pengrajin batik asal Jogjakarta untuk melatih keterampilan membatik kepada seluruh pengrajin di Sumbar, dari total 200 motif batik minang yang dikembangkan, baru sekitar tujuh motif yang direalisasikan sebagai batik,” ujar Ridonald Sekertaris Dekrasnasda Provinsi Sumatra Barat. Dirinya juga berharap agar Batik Minang nantinya dapat dijadikan busana wajib untuk dikenakan para pegawai di lingkungan pemerintahan Provinsi Sumbar sekaligus buah tangan wisatawan lokal dan mancanegara yang bertandang ke Sumatra Barat.




FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Monday, November 28, 2016

Peserta Didik Ujung Tombak Pelestarian Batik





Keberadaan peserta didik yang jumlahnya cukup banyak, dinilai dapat dijadikan sebagai ujung tombak dalam pelestarian seni batik tradisional. Dengan jumlah yang banyak, mereka diyakini dapat menjadi generasi penerus bagi para perajin batik yang saat ini jumlahnya terus berkurang. Guru mata pelajaran seni batik SMA 1 Sokaraja, Heru Santoso, mengatakan supaya mereka dapat melestarikan seni batik, maka mereka perlu memiliki keterampilan di bidang seni tersebut. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bekal keterampilan kepada mereka.
”Mereka memiliki peran yang cukup penting sebagai generasi penerus perajin batik. Apalagi usia mereka masih sangat produktif dan panjang, sehingga sangat tepat bila mereka dijadikan sasaran dalam mendapatkan pelatihan membatik,” terangnya.
Pada dasarnya upaya untuk memberikan bekal keterampilan dapat dilakukan oleh seluruh sekolah kepada peserta didik dengan melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah. Sekolah bisa menjadikan seni kerajinan batik sebagai bagian dari materi muatan lokal atau bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Dengan memberikan bekal keterampilan melalui kegiatan pelatihan kepada generasi muda, khususnya kalangan peserta didik sejak dini, diharapkan keberadaan seni kerajinan batik, khususnya batik Banyumas dapat terjaga dari ancaman kepunahan. Selain itu, upaya regenerasi perajin batik juga dapat berjalan.
Kendati demikian, proses regenerasi tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. ”Regenerasi perajin batik tidak terjadi dalam jangka waktu sebulan atau dua bulan, tetapi butuh waktu tahunan. Ini menjadi tantangan tersendiri,” terangnya.
Heru menambahkan, upaya untuk melestarikan seni batik dengan menggelar kegiatan pemberian bekal pelatihan bagi generasi muda, sebenarnya sudah dilakukan oleh sejumlah sekolah di Kabupaten Banyuams, di antaranya SMA 1 Sokaraja.





FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Saturday, November 26, 2016

Lily Mariasari Bawa Batik Betawi ke ICF 2016 di Amsterdam




Banyak desainer muda yang kini tak takut lagi untuk memamerkan karya mereka dengan nuansa Indonesia yang kental di ajang fashion di luar negeri. Salah satunya adalah desainer muda Lily Mariasari yang akan menampilkan batik Betawi di Indonesia Cultural Fashion (ICF) 2016 Amsterdam.


"Busana yang akan ditampilkan adalah muslim ready to wear, two pieces yang menggunakan paduan bahan polos dan batil cap campuran tulis," 


Busana berciri khas Betawi itu memiliki materi bahan katun, brokat, dan payet yang akan membedakan antara busana yang satu dengan yang lain. "Dalam ajang ini saya ingin lebih memperkenalkan hasil busana Elemwe ke pasar internasional, sehingga dapat membantu pemerintah dalam memperkenalkan hasil budaya Indonesia melalui fashion,". Dalam pameran itu, Elemwe ingin mengangkat karya para perajin busana yang ada di Betawi, terutama yang memiliku ciri khas Betawi. Indonesia Cultural Fashion (ICF) 2016 yang digelar di Amsterdam ini mengundang 250 tamu dari Eropa. 





FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Friday, November 18, 2016

Kombinasi Cantik Koleksi Batik Bali dengan Sentuhan Tionghoa




Perancang busana Adjie Notonegoro kembali mengeluarkan karya terbaru dengan ide cemerlangnya. Terinspirasi dari Indonesia bagian timur, dia  menciptakan lima koleksi batik. Adjie mengatakan bahwa untuk koleksinya kali ini ada yang beda dibanding sebelumnya. Itu karena dia menyertakan nuansa Tionghoa dalam rancangannya.
"Saya terinspirasi dari kecantikan Indonesia bagian Timur, yakni Bali. Batik dengan motif Bali, namun dengan dandanan China,".
Sebelumnya, dia sudah menciptakan rancangan yang terinspirasi dari daerah lain, seperti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan lainnya yang memikat hatinya. Sementara koleksinya kali ini dipersembahkan untuk acara kondangan peranakan Tionghoa. Acara tersebut belum lama ini digelar untuk kali ketiga oleh The Association of Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina). Dalam produksinya, Adjie tidak menggunakan tambahan lain lantaran batik sudah memiliki motif yang cantik.
"Saya tidak menggunakan payet sama sekali, karena ini batik utuh, sehingga tidak ada kendala," ucapnya.
Adapun warna dalam koleksinya, kombinasi antara burgundy, gold, hitam, silver, emerald dan kuning-merah. Dan model yang mengenakan koleksinya didandani, dengan aksesori ala Jawa, serta sarung tangan buatan sendiri.
"Ada motif bunga kamboja juga dengan dandanan rambut ala Tionghoa, mata modelnya dibikin sipit dengan rona lipstik merah," 






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Wednesday, November 16, 2016

Mengenal Lebih Dekat Carmanita Si Desainer Batik




Bagi pecinta fesyen, nama Carmanita mungkin sudah tidak asing lagi. Cucu dari ibu Sud ini telah menggeluti dunia batik tradisional dan kontemporer sejak 1982. Terinspirasi dari keseharian keluarga, minat Carmanita terhadap batik kian bertumbuh. Namun bedanya, Carmanita lebih memilih menciptakan batik ke arah yang lebih universal dan modern.
Carmanita pun berusaha untuk menyatukan elemen batik yang chicagar lebih mudah dinikmati pecinta batik. Semenjak kreasinya dikenal masyarakat luas, dia pun mulai membuat gebrakan baru dengan membatik mobil Merceder-Benz C 250 Avant Garde.
"Kecintaan saya terhadap batik berawal dari keseharian keluarga saya yang menggeluti batik. Basic saya awalnya adalah seorang marketing tapi karena saya mencintai batik jadi saya ingin mengembangkan batik menurut gaya saya sendiri," ujar Carmanita kepada VIVA.co.idsaat ditemui pada acara Kenal Lebih Dekat Dengan Carmanita di Alun-Alun Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, 14 November 2016.
Wanita lulusan University of San Fransisco ini manambahkan bahwa dia pun membebaskan pengrajinnya dalam membuat motif. Di mana dia tidak memberi aturan menggunakan pensil sebelum di canting dengan malam yang umumnya dilakukan pengrajin kebanyakan.
Carmanita meyakini bahwa esensi membatik tetaplah seperti umumnya, namun bila berbicara motif dan warna dia akan membuatnya sesuai perkembangan zaman. Carmanita lebih mengikuti selera membatik sendiri tanpa pakem seperti batik tradisional.
"Batik itu sebuah proses pembuatan tekstil dan tentunya harus menggunakan malam. Kita tidak perlu meng-copy batik zaman dahulu karena saya lebih suka berkreasi dan mengembangkan batik tanpa batas," katanya.


FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Wednesday, October 12, 2016

Pameran Batik JIBB 2016 di Yogyakarta




Batik bagi orang jawa bukan sekadar pakaian biasa, namun setiap motif yang tergores dalam batik itu mempunyai nilai filosofis yang begitu tinggi. Kali ini Yogyakarta menggelar pameran batik JIBB (Jogja International Batik Biennalle) 2016 di JEC Center, Jl. Raya Janti, Bantul, Yogyakarta. Pameran batik JIBB digelar selama lima hari, mulai hari Rabu sampai hari Minggu. Acara ini dibuka langsung oleh Ibu Wakil Presiden RI Mufida Jusuf Kalla dan Sultan Hamengku Buwono X. Mufida Jusuf Kala juga sempat membatik sebagai simbol peresmian acara ini digelar. Ratusan motif batik di pajang dengan indah di sana. Pengunjung juga bisa melihat motif koleksi Karaton Ngayogyakarta, koleksi Batik Pura Paku Alaman, dan koleksi Batik Pura Mangkunegaran Surakarta. Namun koleksi batik dari Karaton Kasunanan absen dari acara JIBB 2016 yang digelar penuh semarak di Yogyakarta ini.
Beberapa batik koleksi milik Kesultanan Yogyakarta di pameran JIBB adalah: batik Parang Barong, batik Parang Kemitir batik Kampuh Semen Raja, batik Cempok Purnam, dan masih banyak koleksi lainnya. Nah, batik Parang Barong merupakan batik parang rusak dengan ukuran paling besar yaitu 8 cm ke atas. Dulunya motif batik ini dipakai hanya oleh seorang raja, mempunyai makna agar raja atau pemimpin harus selalu hati-hati agar dapat mengendalikan diri (lahir batin), sehingga menjadi pemimpin yang bertanggungjaawab, berwatak, dan berprilaku luhur. Sedangkan motif batik Kampuh Semen Raja dibuat untuk dipersembahkan kepada raja sebagai rasa hormat, dan penghargaan kepada seorang raja pemimpin dari rakyat. Batik Kampuh ini biasanya dipakai saat upacara kebesaran di keraton, seperti penobatan raja, dan pernikahan putra-putri raja. Selanjutnya di koleksi Pura Pakualaman terdapat juga foto Paku Alam X yang menggenakan batik bersama keluarganya.
Tepat di belakang koleksi Pura Pakualaman, koleksi batik indah Pura Mangkunegaran Surakarta yang penuh filosofis juga tak kalah menarik untuk disimak. Koleksi batik di sini motiftnya bernilai filosofis tentang cerita anak manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian. Misalnya saja motif batik Semen Cuwiri (Kopohan). Batik ini biasanya digunakan saat kelahiran bayi dari keluarga pangeran. Bayi yang lahir itu diberi alas batik yang sudah tua milik neneknya. Kain ini disebut “kopohan” yang berarti basah, yang mengandung harapan agar si bayi nantinya dikaruniai umur panjang seperti neneknya. Dan kain itu berpola mempunyai arti filosofis yang baik, sehingga kebaikan akan terbawa oleh bayi yang masih suci ini terbawa hingga ia dewasa nanti. Pada motif batik tersebut mengingatkan kita pada batik Kopri di zaman orde baru, yaitu saat Soeharto menjadi Presiden RI selama 32 tahun. Kesamaan motif batik Semen Cuwri dengan batik Kopri zaman Soeharto adalah gambar burung garuda di dalam motif batik tersebut.
“Di zaman orde baru, batik Kopri memang seperti ini, Mas, ada burung garudanya di seragam batik tersebut,”.
Salah satu mendunianya batik di Indonesia tak terlepas dari Ibu Tien Soeharto. Beliau memang kerap mempromosikan batik ke internasional, salah satunya dengan selalu memakai batik setiap ada acara di luar negeri. Begitu juga dengan Soeharto. Di zaman orde baru batik mulai disorot dunia internasional,  tentu saja ini salah satu kiprah jejak budaya batik dalam sejarahnya.
“Ibu Tien Soeharto dari keluarga Mangkunegaran, itu juga motif batik dari Surakarta ini memengaruhi motif batik Kopri pada zaman Soeharto,” kata dia lagi.
Namun di tahun 2012, batik Kopri sudah berganti karena menuai kontroversi setelah tumbangnya rezim orde baru. Di pameran JIBB ini karya-karya batik yang sangat indah dari berbagai home industri dan sekolah juga bisa dilihat. Misalnya saja karya batik dari SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, yang juga pernah mendapat penghargaan dari MURI, sebagai sekolah pelopor batik karya sendiri.
Duh.. pastinya pengunjung akan geram sekali melihat batik-batik di pameran JIBB Yogyakarta 2016 ini. Kalau pengunjung ingin membatik di sini juga bisa. Di pameran Litbang, salah seorang wanita tampak serius menulis batik di kain yang masih berwarna putih. Dengan canting di tangan ibu itu serius melukiskan goresan batik dengan motif yang ia buat sendiri.
Selain pameran batik yang digelar di sini, pengunjung juga mendapatkan edukasi mengenai batik asli dan batik palsu. Batik palsu alias batik tiruan ini tidak ditulis seperti batik asli, namun menggunakan cap. Dan tiruan yang lain lagi adalah paduan cap batik dengan ditulis.
“Sebenarnya perbedaan batik asli dengan batik tiruan mudah dilihat. Ciri-cirinya batik tiruan terlihat rapi, karena menggunakan cetak. Sementara batik asli tidak terlalu rapi, pasti ada bentuk kesalahan, atau sisa lilin yang meluber,” terang Ridwan penjaga pameran Litbang, katanya lagi, “ada juga batik tiruan yang dicap, kemudian dipadu dengan batik tulis. Namun tetap saja bisa dilihat dari polanya, kalau polanya tampak begitu rapi, itu batik tiruan.”
Selain batik dari Jawa yang dipamerkan, terdapat juga batik-batik dari daerah lain. Misalnya saja batik Motif Perahu Pinishi dari Sulawesi. Batik ini terinspirasi dari Perahu Pinishi dengan filosofisnya menggambarkan katangguhan pelaut Indonesia dalam melintasi samudera. Yang memakai batik ini diharapkan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam kehidupan. Nah, jika Anda penggemar lukisan, di sini juga ada batik lukisan. Bermacam-macam lukisan batik dipajang di acara pameran JIBB ini. Yang jadi perhatian saya adalah karya lukisan batik yang membentuk Gunung Merapi. Lukisan batik ini sangat indah dengan memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Ada bermacam-macam motif batik pada lukisan tersebut. Lukisan batik itu karya dari Suhartanto Agung BWA, yang dibuat di Jogjakarta, pada tahun 2016. Para modeling tampak anggun berjalan di cathwalk. Mereka cantik nan anggun memakai beragam design batik dengan konsep yang berbeda-beda. Mulai dari busana batik yang relijius, sampai yang berkonsep modern. Dan semuanya itu cukup keren. Para undangan dan pengunjung tampak menikmati design batik terbaik dari putra-putri terbaik Yogyakarta. Patut diapresiasi, membudayakan batik yang dipadukan dengan style modern tentu akan memberi warna fashion Indonesia ke ranah Internasional lagi





FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Roti Batik Sajian Unik Resto Canting Hotel Dafam



Hari Batik Nasional diperingati warga Indonesia setiap tanggal 2 Oktober. Bermacam cara memperingati hari Batik. Banyak orang mengenakan batik untuk menunjukkan apresisasinya. Tapi ternyata, batik tidak saja hanya dikenakan. Batik bisa juga dimakan.
Hotel Dafam Semarang merayakan hari batik tahun ini menampilkan sajian khas spesial untuk para tamu berupa roll cake Batik. Roll cake atau disebut juga roti gulung oleh chef pastry Hotel Dafam Semarang dibuat tampil cantik menarik dengan tambahan motif batik nusantara lapisan atasnya.

Roti bolu gulung dibuat dari adonan bolu kukus dengan isian butter original atau coklat plus parutan keju sedangkan lapisan terluarnya diberi hiasan motif tema batik nusantara. Ada motif batik Ceplok Grompol Yogyakarta, Mega Mendung Cirebon, Parang, Sido Mukti, Kawung, Gonggong Batam dan Sinaran Madura. Rasa aroma bolu gulung bermotif batik dengan keunikan motif dan warna-warninya membuat mata tertarik pada pandangan pertama. Roll Cake Batik ini bisa dinikmati di resto Canting pada saat breakfast atau bisa juga pesan tersendiri sebagai teman pasangan minum kopi, teh sambil meeting bisnis dengan kolega di lounge Hotel Dafam Semarang.

“Bagi anda yang berencana berkunjung dan menginap di kota Semarang, Hotel Dafam Semarang adalah pilihan yang tepat karena kami memberikan harga spesial untuk Senin – Jumat di bulan Oktober 2016. Promo paket kamar spesial ini diberi nama Octofest. Hanya dengan Rp 388.000,- (++) room/night, anda dapat menginap di kamar dengan tipe deluxe di Hotel Dafam Semarang. Paket harga promo tersebut sudah termasuk makan pagi untuk 2 orang, gratis penjemputan dari dan menuju stasiun atau bandara, gratis penggunaan ruang fitness, discount up to 50% spa treatment, wifi 24 jam nonstop,”

Ari menambahkan, sedangkan di akhir pekan, Hotel Dafam Semarang bulan Oktober ini juga memberikan spesial rate bagi anda yang berniat berlibur di kota Semarang. Dengan harga Rp. 298.888,- (++) room only, dapat menginap di kamar dengan tipe deluxe di hari Sabtu atau Minggu. Paket promo ini bernama ‘Someday’ in Dafam (Sabtu Minggu Holiday di Dafam).





FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Sunday, October 9, 2016

Selembar kain batik Dewa Ruci ditawar Rp250 juta



Selembar kain batik "Dewa Ruci" milik seniman batik Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sapuan, sudah ditawar kolektor seharga Rp250 juta.

Sang pemilik, Sapuan, di Pekalongan pada Rabu mengatakan, masalah batik tidak akan lepas dari proses dan bukan sekadar menyoal "printing".

Ia menjelaskan ada batik yang penggarapannya halus dengan mengedepankan seni dan roh penjiwaan dalam membuatnya.

Hal itu, katanya, menaikkan gengsi suatu produk batik. 

Oleh karena itu, ia mengaku tidak heran jika selembar kain batik bertema "Dewa Ruci" miliknya tersebut pernah ditawar kolektor Rp250 juta.

"Akan tetapi, karena saat itu untuk mengisi materi pameran di Istana Negara sehingga waktu itu belum saya lepas," katanya.

Bupati Batang Asif Kholbihi mengatakan bahwa harga batik yang fantatis, antara lain karena latar sejarah batik yang panjang hingga menjadi budaya di Kabupaten Pekalongan dan corak penggarapan. 

Proses pembuatan batik yang membutuhkan waktu panjang dengan penggarapan yang halus, ketelitian yang tinggi, hingga pesan yang terkandung di dalam karya seni batik, kata dia, membuat kerajinan itu makin diminati oleh para kolektor dan masyarakat umum.

Ia menyebut wajar terhadap harga batik yang bisa fantatis tersebut.

"Proses pembuatan kain batik yang butuh waktu panjang dengan penggarapan yang halus, ketelitian yang tinggi hingga pesan yang terkandung di dalam karya seni batik tersebut maka masyarakat akan mengenalnya," katanya.



FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Batik Bagian Ekonomi Kreatif sebagai Pilar Penerimaan Negara







Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui visi Nawacita dinilai terbukti serius memajukan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar perekonomian negara. Ketua Citra Kartini Indonesia - Perkumpulan Pemberdayaan Perempuan (CIRI) Ayu Reni Rosan mengatakan, banyak  karya seni yang menjadi komoditi ekonomi kreatif yang lahir dari masyarakat dari Sabang sampai Merauke, antara lain batik dan tenun.

"Dengan kata lain masyarakat  Indonesia sesungguhnya orang-orang kreatif dan sudah sejak lama mengandalkan buah kreativitas sebagai daya ekonominya," kata Ayu Heni Rosan di Kemang Timur, Jakarta Selatan, Minggu (02/10/2016).

Menurutnya, batik adalah salah satu bukti nyata ihwal tersebut. Bahkan UNESCO sudah menobatkan batik sebagai karya asli bangsa Indonesia dan merupakan salah satu warisan budaya dunia. Pada 2 Oktober sendiri, merupakan hari bersejarah yang diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Sebagai wujud kepedulian CIRI turut melestarikan batik, Ayu belum lama ini mengundang high tea bersama 14 isteri para Duta Besar untuk Indonesia sharing kebudayaan bertajuk "Nusantara Art, Culture & Culinary Heritage Indonesia. Tampak Ayu didampingi pegiat pelestarian batik pesisiran khususnya Kudus, Miranti Serad Ginanjar.

"Para madame sangat antusias mendengar cerita proses dari membatik dan mencoba membatik, terutama Madame Agatha, isteri Dubes Polandia yang sangat antusias membatik dengan arahan Bu Miranti Serad," ujar Ayu.

Menurut Miranti yang juga pembina batik, berdasarkan hasil riset antropolog dan kurator dari British Museum, Polandia, DR Maria Wronska Frens, diketahui mempunyai Javanesse - Polski Batik (wax dyeing textile) di Cracow Workshop sejak 1913-1926 dengan teknologi wax dyeing. Dia menambahkan juga mengutip hasil riset dua ilmuwan Cracow, yaitu Marian Raciborski dan Michal Siedlecki, bahwa di awal tahun tersebut bahkan di tahun 1980 The Art Academy Luczniva serius mengembangkan tehnik wax dyeing tersebut. 

"Kehadiran CIRI untuk saling mendukung sesama perempuan dalam mewujudkan peran perempuan dalam keluarga sebagai garda terdepan yang penuh dengan daya cipta dan kreatifitas untuk terus membuka wawasan akan pentingnya peran perempuan di berbagai bidang," tutur Miranti.

Diterangkan lewat beberapa program yang sedang dirintis seperti;  program pembinaan kain di pesisir, kain Batak, kain Bali, dan kain NTB lewat Indonesia Women Expo 2016, CIRI berharap mampu membuka dan memperluas kesempatan bagi kaum perempuan untuk lebih mengembangkan potensi dirinya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui  pengembangan aktivitas ekonomi yang lebih produktif.

"Kami percaya usaha kami ini tidak sia-sia, sehingga posisi tawar kaum perempuan dalam mengakses sumber daya ekonomi dengan memiliki daya cipta serta kreatifitas yang dapat membuat inovasi dalam pemberdayaan keluarga dan ekonomi menjadi lebih baik, karena dengan memberdayakan perempuan berarti memelihara kehidupan," tukas Ayu.

Hadir pada acara tersebut, antara lain madame Yasmin Fachir (Spouse of Vice Minister Foreign Affair RI), madame Agata (Spouse of Ambassador Poland), madame Nino (Spouse of Ambassador Georgia), madame Amany (Spouse of Ambassador Jordania), madame Jitka (Spouse of Ambassador Czech), madame Elvira (Spouse of Ambassador Italy), madame Lenise (Spouse of Ambassador Brazil), madame Houda (Spouse of Ambassador Tunisia), Madame Durhan (Spouse of Ambassador Turkey), Madame Datin Masnunah (Spouse of Ambassador Brunei Darussalam), Madame Syed Mustari (Spouse of Ambassador Bangladesh), Madame Badriya (Spouse of Ambassador Oman), Madame Khikoyat Jamolova (Spouse of Ambassador Uzbekistan), dan Madame Yeon Young (Spouse of Ambassador Korea to Asean). Citra Kartini Indonesia (CIRI) adalah perkumpulan nirlaba pemberdayaan perempuan baik itu kuliner, art, fashion seperti ciri kain Nusantara, ciri kuliner Indonesia





FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Saturday, October 8, 2016

Meski Diguyur Hujan, Arak-arakan Batik Berlangsung Meriah




Pelaksanaan Arak-arakan Batik yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan berlangsung meriah, meskipun diguyur hujan, Sabtu (8/10). Para peserta maupun penonton tetap antusias mengikuti acara hingga selesai.
Di tengah guyuran hujan, warga Kota Pekalongan memadati sejumlah ruas jalan yang dilewati iring-iringan peserta Arak-arakan Batik. Dimulai dari Alun-alun Kota Pekalongan, peserta menyusuri Jalan Hayam-Jalan Pemuda-Jalan Imam Bonjol-Jalan Diponegoro dan berakhir di kawasan Jetayu.
Dalam Arak-arakan Batik tersebut, peserta menampilkan beragam kreasi batik dengan tema flora dan fauna. Misalnya angsa, mangrove dan kupu-kupu yang ditampilkan siswa-siswa dari SDN Kuripan Lor 01. Arak-arakan Batik terbagi menjadi lima kategori. SD, SMP, SMA, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan umum.
Arak-arakan Batik juga dimeriahkan dengan beragam kesenian. Di antaranya Tari Halong yang dimainkan siswa Kota Pekalongan, Tari Angguk Suko dari Kabupaten Boyolali, Team Hore Kradenan dan Kesenian Bambu Berisik. Pawai dibuka oleh Marching Band dari Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, dan ditutup juga dengan Marching Band SMK Medika. Artis Pong Harjatmo juga ikut memeriahkan pawai hari itu.
Ia berjanji, pada pelaksanaan tahun depan akan lebih meriah dan melibatkan warga Kota Pekalongan lebih banyak lagi. Dia berharap dengan rutin digelarnya pawai batik ini kecintaan masyarakat Pekalongan terhadap batik semakin meningkat.



FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Arti Batik Bagi Era Soekamto




Perkembangan batik belakangan ini memang cukup memuaskan. Kain batik telah menunjukkan eksistensinya dengan ragamnya yang menarik. Batik erat dikaitkan dengan kebudayaan etnis Jawa, bahkan sudah dikenal semenjak zaman Raden Wijaya pada masa kerajaan Majapahit. Setelah akhir abad XVIII, batik mulai meluas menjadi milik rakyat Indonesia.
"Batik itu sejarahnya memang dari Jawa. Enggak bisa dimungkiri motif-motif dalam batik itu kronogram, yaitu memiliki pesan khusus buat peradaban ini. Hanya saja euphorianya banyak daerah yang membuat batik, sebenarnya itu enggak masalah, hanya tidak perlu disebut batik bila prosesnya di-print," ujar Era Soekamto selaku desainer batik
Dia menambahkan bahwa batik yang sesungguhnya memiliki proses teknik membatik dengan menggunakan canting dan mengandung pesan.
"Jadi batik itu ada dua macam, yakni teknik membatik dengan menggunakan canting, baik itu cap maupun tulis. Yang kedua, memiliki pesan atau arti di balik motif dan motif yang asli itu memiliki konsidental,"
Sementara itu, batik sendiri awalnya dibuat dengan menggunakan kain mori. Kemudian dewasa ini batik dibuat juga dari bahan-bahan lainnya, misalnya sutera, rayon atau poliester. Dan dalam memeringati Hari Batik Nasional dan Ulang Tahun Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) ke-30, digelar The Spectrum of Batik. Acara yang berlangsung di pusat perbelanjaan Senayan City ini mengangkat simbol keberagaman batik dari setiap desainer anggota IPMI.
Sedikitnya 23 desainer memamerkan satu koleksi batik dengan menggunakan tata cahaya yang sangat dramatis menggunakan fiber optic. Tata cahaya yang diciptakan dibuat sedemikian rupa seolah menggambarkan ide yang datang dari Sang Pencipta melalui sebuah karya. Sementara itu, keterkaitan  batik terhadap cahaya yang dimaksudkan adalah banyaknya arti dan filosofi batik yang bercerita tentang cahaya, sehingga terciptalah konsep ini. Beberapa desainer yang ikut serta dalam pameran ini, seperti Era Soekamto, Didi Budiardjo, Sebastian Gunawan, Ghea Panggabean, Choosy Latu dan Carmanita.


FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Friday, October 7, 2016

Melihat Karya Batik Pekalongan Senilai Ratusan Juta




Bicara batik, tak lepas dari bicara proses, dan bukan hanya sekadar menyoal printing saja. Namun ada batik yang penggarapannya halus dengan mengedepankan seni dan ruh penjiwaan dalam membuatnya sehingga menaikkan gengsi suatu produk seni budaya tersebut. Tak heran jika selembar kain batik yang bertema Dewa Ruci karya Sapuan, salah seorang seniman batik asal Desa Delegtukang, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, pernah ditawar kolektor hingga Rp250juta. Bahkan tawaran senilai fantastis itu tidak ia lepas lantaran saat itu batik Dewa Ruci sengaja diperuntukan untuk mengisi materi pameran di Istana Negara.
Menurut Sapuan, nilai tinggi seni batik yang harganya mencapai ratusan juta rupiah itu dipengaruhi dari proses pengerjaannya yang membutuhkan waktu lama, dan memiliki kesulitan yang tinggi dalam penggarapannya. Baik dari teknik membatik, pewarnaan hingga memberikan “ruh” pada produk setiap pembatikannya. “Selama ini batik yang saya produksi, saya simpan di Jakarta. Kalau dijual sekarang harganya 100 juta dan akan selalu naik harga dan nilainya pada setiap tahunnya. Mereka yang membeli Batik saya adalah kolektor barang seni khususnya Batik,” aku Sapuan.
Ia mengaku, memang awalnya ia berpikir bisnis ketika memulai berkecimpung di dunia batik, dengan kalkulasi yang tidak terlalu ribet dan rumit, cepat jadi, cepat dapat duit. Namun, dalam perjalanan waktu, ternyata saya memang tidak diranah itu. “Saya mulai belajar proses tentang batik sehingga mengerti tentang filosofi batik, yang disitu mengandung makna kehidupan, kebersamaan, keuletan dan kultur masyarakat Kabupaten Pekalongan. Sehingga untuk itu kami menempatkan batik sebagai sebuah mahakarya yang tinggi yang didalamnya ada sentuhan seni yang bernilai tinggi,” tandasnya. Setiap pembatik rata-rata menghabiskan waktu hingga dua tahun untuk proses pembuatan selembar batik. “Bisa dibayangkan betapa halus pembuatan batik ini, dan betapa ekslusifnya batik ini,” tutur Sapuan yang juga berprofesi sebagai guru di SMP 2 Paninggaran.

Proses Panjang

Sementara, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi juga menyampaikan tentang adanya produk batik di Kabupaten Pekalongan bernilai hingga 20 ribu dollar lebih di setiap lembarnya. Hal itu juga ia ungkapkan dalam kesempatan pertemuan beberapa duta besar di Jakarta akhir pekan kemarin. Menurutnya itu wajar. Sebab, batik memang menjadi produk seni yang dicari bagi mereka pecinta seni batik. Hal ini terkait dengan kehalusan dan corak batik yang memiliki makna dalam kehidupan dan unsur seni yang tinggi.
“Nilai fantatis tersebut wajar. Karena disamping latar sejarah batik yang panjang hingga menjadi budaya di Kabupaten Pekalongan. Sehingga mempengaruhi corak penggarapannya. Serta proses pembuatannya yang butuh waktu panjang dengan penggarapan yang halus, ketelitian yang tinggi hingga pesan yang terkandung di dalam karya seni batik tersebut,” terang Asip, kemarin.
Ia menambahkan, batik yang memiliki nilai ekonomis ini erat kaitannya dengan kandungan seni yang tinggi didalamnya membutuhkan proses penggarapannya yang begitu lama  dan membutuhkan keuletan serta ketelitian.
“Ketika memperoleh informasi ini para duta besar tersebut begitu takjub dan mereka menyampaikan keterarikannya untuk berkunjung di Kabupaten Pekalongan untuk menikmati produk batik di Pekalongan,”




FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Fashion Show Mahakarya Batik Meriahkan PBN 2016, Hasil Karya sejumlah Desainer



Dalam rangka memeriahkan Pekan Batik Nusantara (PBN) 2016, sekaligus mengapresiasi atas mahakarya desainer batik, Pemkot Pekalongan menggelar gala dinner dan Fashion Show dengan tema ‘Mahakarya Batik Pekalongan’ di halaman Museum Batik, Selasa (4/10) malam.
Sebanyak sembilan desainer batik Pekalongan dan empat desainer dari SMESCO (Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau LLP-KUKM bentukan Kementerian Koperasi dan UKM), turut meriahkan fashion show tersebut. Busana-busana batik yang ditampilkan itu antara lain oleh para desainer dari Wirokuto Batik, Batik Pesisir, Batik Smesco, Tobal Batik, Batik Qonita, Batik Zikin, Batik Kalongguh, Batik Luza dan lain sebagainya.
Meski sempat diguyur hujan, namun antusias tamu undangan serta masyarakat sangat tinggi untuk menyaksikan beragam desain busana batik yang disuguhkan dan diperagakan puluhan model wanita cantik dan beberapa model pria itu. Acara dimeriahkan pula dengan penampilan Nina Tamam. Penyanyi mantan anggota kelompok vokal ‘Warna’ itu menghibur seluruh tamu yang hadir dan masyarakat yang menyaksikan perhelatan fashion show.
Turut hadir dalam gala dinner dan fashion show ini, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, Walikota Pekalongan HA Alf Arslan Djunaid, para pemerhati dan pecinta batik, jajaran forkompinda setempat, serta masyarakat umum. Ketua Pekan Batik Nusantara (PBN) 2016, Slamet Prihantono menyampaikan, fashion show ini sekaligus untuk memberikan kesan bahwa kain batik juga bisa dibuat secara ‘fashionable’.
“Bahkan pertunjukan busana ini sekaligus menjadi momentum untuk mengetahui tren batik 2017 mendatang akan seperti apa,” kata dia.
Dia menambahkan, para pengrajin batik dan desainer batik asal Pekalongan itu patut diapresiasi karena terus mengalami pertumbuhan pesat. Bahkan, berdasarkan datanya, produsen batik asal Pekalongan menyumbang pasokan 60-70 persen batik yang ada di Indonesia. “Mitra kerja pengrajin batik di Pekalongan sudah cukup banyak dari luar kota.
Tidak mengherankan kerajinan batik di sini terus tumbuh dan memasok 60-70 persen batik di seluruh Indonesia,” kata dia.
Sementara itu Walikota Pekalongan, HA Alf Arslan Djunaid berharap perkembangan usaha batik saat ini mampu menjadi penggerak kegiatan ekonomi rakyat yang mendominasi masyarakat Kota Pekalongan, agar mampu membantu perekonomian rakyat dan berbasis kearifan lokal dan kebudayaan. Ia juga mengatakan bahwa sebuah survei berdasar data Kementerian Perdagangan RI, menunjukkan 70 persen responden mengenal dan memberi apresiasi kepada produk batik. Angka 70 persen responden itu juga mengaku menggunakan batik minimal sekali dalam sebulan. Hal itu menunjukkan pencapaian yang cukup baik di bidang batik oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. “Upaya ini terus kita gelorakan termasuk pada gelaran fashion show dan PBN 2016 ini agar capaian dari survei tersebut bisa meningkat, sehingga hampir bisa dikatakan bahwa seluruh dunia mengenal Batik khususnya Batik Pekalongan,” Alex, sapaan akrabnya.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf, mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendukung produksi batik di Indonesia. Bentuk dukungan tersebut salah satunya diwujudkan dalam pelarangan masuknya produk tekstil yang mirip batik. “Produk tekstil yang mirip batik itu sudah dilarang, tujuannya untuk melindungi produsen batik dalam negeri. Tekstil yang memiliki motif batik tersebut bukanlah kain batik. Batik yang asli adalah batik tulis atau cap. Selain itu hanya tekstil yang motifnya mirip batik,” ungkapnya.
Desainer sekaligus pemilik Batik Wirokuto, H Romi Oktabirawa, mengapresiasi adanya Pekan Batik yang dilaksanakan rutin tiap tahun. Even tersebut sangat diperlukan untuk membangun branding batik Kota Pekalongan. Romi menambahkan, momentum itu digunakan pula sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang batik asli. Dia menjelaskan, batik merupakan proses, hingga menjadi kain batik.




FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Wednesday, October 5, 2016

Terpukau Penampilan Blora Fashion Carnival, Kali Pertama Digelar untuk Peringati Hari Batik



Diluar dugaan. Pagelaran Blora Fashion Carnaval (BFC) yang kali pertama di Kabupaten Blora menyedot ribuan penonton kemarin (1/10). Apalagi kreasi yang dipentaskan peserta tak kalah menarik dengan yang digelar tingkat Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Peserta yang ingin tampil di BFC ini membeludak. Bahkan, panitia terpaksa membatasi jumlah peserta yang tampil. “Banyak pendaftar belum mendapat kesempatan ikut menampilkan kreasi dan tampil dalam Blora Fashion Carnaval (BFC) ini. Karena keterbatasan waktu, kami terpaksa membatasi para pendaftar. Kalau tidak, bisa sampai malam. Sebelum pukul 18.00 sudah selesai,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora Slamet Pamuji usai BFC kemarin.
Mumuk – sapaan akrap Slamet Pamuji- menambahkan, semuanya di luar dugaan panitia dan dinas terkait. Sebab, para peserta yang ikut BFC ini sangat menakjubkan. Penonton juga sangat antusias sekali. “Tahun depan kita perlu atur waktu lagi agar semua warga Blora yang ingin ikut berpartisipasi bisa tampil,” tambahnya.
BFC ini, lanjutnya, sebagai salah satu cara Pemerintah Kabupaten Blora memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini (2/10). Namun, acara digelar kemarin (1/10). “Cari hari baik, malam minggu dan malam satu sura,” jelasnya.
Mumuk berharap, adanya pagelaran BFC ini dapat menumbuhkan cinta batik bagi masyarakat Blora. Apalagi, Blora juga memiliki batik tulis. Sementara itu, Sugiyanto, kepala Bidang Pariwisata Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora mengakui, animo penonton dan peserta sangat luar biasa. Meski, ada beberapa evaluasi yang akan dilakukan. Di antaranya penataan peserta agar tidak terlihat semrawut. “Untuk penonton juga perlu penataan. Mereka berebut selfi dengan peserta BFC,” imbuhnya.
Dia mengaku, BFC ini berkat kerjasama antara pemerintah Kabupaten Blora, DPPKKI, BAPPEDA dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Blora. “Acara berlangsung meriah dan sukses. Terima kasih untuk semuanya atas partisipasinya dalam acara ini,” imbuhnya.
Dari pantauan Jawa Pos Radar Kudus, satu per satu peserta tampil di panggung kehormatan depan pendapa Kabupaten Blora. Mereka unjuk kebolehan di hadapan bupati, wakil bupati, dan pejabat lainnya. Puluhan kelompok tampil dengan berbagai kreasi. Masing-masing tampil dengan manakjubkan. Bahkan, penonton tak mau kalah. Mereka mengabadikan momen spesial itu dengan kamera handphone dan selfie.
Usai tampil di depan panggung kehormatan, peserta mengitari Alun-Alun Blora. Setelah sampai di selatan alun-alun, mereka kembali menampilkan atraksi di depan juri dan penonton. Dari 27 kelompok peserta yang tampil menjadi 33 kelompok. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok mulai umum, kecamatan dan sekolah.
Ainur Rohmah, salah satu penonton mengaku, senang dan bahagia melihat BFC tersebut, sebab acara itu baru kali pertama dilihatnya. Dalam bayangan acara tidak seperti itu. Setelah pelaksanaan menakjubkan. Apalagi kostum yang dipakai peserta sangat menarik. “Luar biasa. is the best acaranya,”




FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas

Be Someone Who Seeks Comfort And Style