Tuesday, October 28, 2014

Rekor Batik Terpanjang

Pewarna alami pada batik bawa dampak positif ekonomi dan lingkungan



Penelitih lingkungan mengungkapkan bahwa pengunaan pewarna alami dalam industri batik, yang merupakan mahakarya Indonesia dengan nilai budaya yang tinggi, membawa dampak positif baik dari segi ekonomi maupun dari segi lingkungan.

Hal itu diungkapkan Elzavira Felaza, dari Teknik Lingkungan UI dalam paparannya pada hajatan tahunan PPI UK yang mengelar pertemuan ilmiah Indonesian Scholar International Convention (ISIC) membahas kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan Asean Economic Community (AEC) di Oxford, Inggris, akhir pekan.

Mengikuti Indonesian Scholars International Convention 2014, Elzavira Felaza kepada Antara London, Rabu mengatakan bahwa merupakan pengalaman yang sangat berharga dan juga pengalaman pertama dalam menulis hasil penelitihan serta mempresentasikan di Inggris.

Pada pertemuan ilmiah pelajar Indonesia yang dibuka Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia, Hamzah Thayeb, Elzavira Felaza menyampaikan hasil penelitihannya yang berjudul Konservasi alam Indonesia dan budaya melalui pemberdayaan teknologi adat di UKM industri kreatif.

Dikatakannya alam dan budaya merupakan potensi unik yang dapat optimalkan oleh Indonesia untuk menghadapi tantangan pasar global. Berdasarkan data dari BPS di tahun 2013, UKM berkontribusi 56 persen dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia.

Menurut Elzavira Felaza, salah satu jenis dari UKM yang memiliki pengaruh besar di Indonesia adalah UKM industri kreatif batik. Penggunaan pewarna alami dalam industri batik membawa dampak positif baik dari segi ekonomi maupun dari segi lingkungan.

UKM batik ramah lingkungan yang menggunakan bahan dari pewarna alami merupakan salah satu cara untuk menjaga alam dan juga budaya. Ditambah lagi dengan peluang Indonesia dari segi keanekaragaman hayati, dimana saat ini terdapat 150 jenis flora di Indonesia yang memiliki potensi menjadi sumber zat pewarna alami.

Untuk memahami proses tradisional batik dan juga pewarna alami yang digunakan, penelitian telah dilakukan dengan studi kasus di salah satu UKM batik di Yogyakarta, ujarnya.

Batik dengan proses pembuatan tradisional dan penggunaan pewarna alam akan menghasilkan keuntungan, yaitu nilai jual yang lebih tinggi karena keunikan budaya dan bahan yang ramah lingkungan akan lebih menarik bagi pasar global yang saat ini juga menaruh fokus pada industri ramah lingkungan.

Untuk optimalisasi usaha ini, diperlukan kolaborasi dari berbagai sektor, seperti perdagangan, pertanian serta pendidikan dan budaya. Dari sektor perdagangan dapat membuat regulasi terkait dengan pemberian label pada batik tradisional dengan pewarna alami sehingga pasar akan lebih memahaminya.

Sektor pertanian dapat membantu penanaman dari sumber zat pewarna alami tersebut, karena usaha ini bukan tentang menghabiskan sumber daya alami Indonesia, namun mengoptimalkan penggunaannya dengan tujuan budidaya.

Sektor pendidikan dan budaya dapat membantu dengan memberikan lebih banyak edukasi terkait dengan nilai budaya dari batik kepada masyarakat Indonesia dan juga global, sehingga masyarakat akan lebih memahami dan menghargai nilai budaya batik tersebut.

Dikatakannya dengan usaha ini maka diharapkan Indonesia dapat menjaga alam, budaya dan juga dapat bersaing dengan baik di pasar bebas ASEAN dan AEC.

Elzavira Felaza mengakui mengikuti Indonesian Scholars International Convention 2014 merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya . "Sejujurnya, ini merupakan pengalaman pertama saya dalam menulis paper apalagi mempresentasikan paper dengan Bahasa Inggris," ujar Elzavira Felaza.

"I feel honoured to be presenting my paper in Oxford and to win the best presenter, well... I didn't see it coming and I didn't even think I had it in me," ujar Elzavira Felaza yang menyampaikan kesan kesan dalam mengikuti ISIC 2014.

Diakuinyan banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil dalam mengikuti kegiatan ini, baik saat acara maupun saat penelitian. Pada saat penelitian narasumber memberikan banyak inspirasi dan diharapankannya hasil penelitihannya akan terwujud dan bisa membawa ide unik dan ramah lingkungan dari usaha yang telah dilakukan untuk dipresentasikan di konferensi.

Menurut Elzavira Felaza, seluruh presenter dan juga speakers dalam conference ini memberikan banyak inspirasi dan diharap output dari konferensi ini benar-benar dapat digunakan untuk membantu Indonesia menghadapi pasar global.

Wednesday, October 22, 2014

Branding Pekalongan Lebih Baik dari Yogyakarta



Penatapan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia atau  Badan Kerajinan Dunia atau The World’s Batik City oleh World Craft Council (WCC) yang penobatanya dilakukan di Zhejiang, Tiongkok, rupanya mendapat perhatian dari Walikota Pekalongan HM Basyir Ahmad. Wajar saja, mengingat jauh-jauh hari Kota Pekalongan telah mendeklarasikan diri sebagi World’s City of Batik.
Tidak hanya itu, di Pekalongan juga terdapat beberapa ikon yang menegaskan klaim tersebut, sebut saja Museum Batik Nasional dan acara tahunan Pekan Batik Nusantara dan Pekan Batik International. Disisi lain, industri batik juga menggerakkan lebih dari 1000 keluarga untuk bertahan hidup. Industri ini sendiri sudah ada turun temurun dari generasi ke generasi.
Meski demikian, Walikota Pekalongan, HM Basyir Ahmad mengatakan bahwa penetapan tersebut tidak menjadi masalah. Justru menurutnya Pekalongan dan Yogyakarta Bisa maju bersama sebagai Kota Batik. Namun walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 itu mengklaim bahwa branding Kota Pekalongan masih lebih baik dari Kota Yogyakarta.
“Tidak apa-apa Kota Yogyakarta menjadi Kota Batik. yang penting kita bisa maju bersama, yang baik dari jogja bisa kita ambil begitupun sebaliknya. Namun kita semua tahu branding Kota Pekalongan masih lebih baik dari Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik, hal ini dikarenakan Image Pekalongan sebagai Kota Batik sudah sangat kuat,”.
Namun memang, menurut Basyir, asal sejarah batik di Pekalongan juga tidak terlepas dari Batik Yogyakarta dan solo, sehingga penetapan Kota Yogyakarta sebagai World’s City of Batik akan didukung.
“Pengalaman-pengalaman Kota Yogyakarta sebagai Kota batik akan kami ambil untuk kemajuan, namun semua tahu Kota Batik Dunia di Indonesia itu adalah Kota Pekalongan,”tegas Basyir.
Sebelumnya, Badan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC) menobatkan Yogyakarta sebagai The World’s Batik City. Seperti diberitakan ANTARA. Pada perayaan ulang tahun WCC ke-50 yang digelar 18-24 Oktober 2014 di Zhejiang, Tiongkok tersebut Yogyakarta terpilih menjadi Kota Batik Dunia setelah dinominasikan pada Agustus silam.
Badan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC) adalah  lembaga non-profit yang didirikan tahun 1964 yang memiliki perhatian untuk mempromosikan dan memperkuat kedudukan karya-karya kerajinan dan budaya khas dari berbagai negara.
Badan Kerajinan Dunia yang berkedudukan di Beijing, Tiongkok juga memiliki perhatian untuk member masukan dan mendorong pengembangan hasil budaya dan kerajinan melalui inovasi teknologi untuk memperluas pasar.

Monday, October 20, 2014

Herawati Boediono Bantu Suku Baduy dalam Membatik & Menenun





"Undangan ini merupakan suatu kehormatan bagi Banten untuk terus mengembangkan kerajinan tenun baduy dan juga batik Banten," kata Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten, Rano Karno, melalui BlackBerry Messenger-nya.

Selain didampingi oleh Rano Karno, 11 orang suku Baduy yang mendapat bantuan alat membatik dari Dekranasda juga didampingi oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, dan tokoh adat baduy luar, Jaro Daina.

Bantuan yang diberikan kepada para pengrajin batik dan tenun baduy tersebut di antaranya adalah bahan benang tenun, kain mori, canting serta bahan pewarna alam. Selain itu, perwakilan pengrajin tenun baduy juga menerima bantun berupa kebutuhan pokok sehari-hari.
Kepala Desa di Baduy Luar, Jaro Daina, juga ikut serta dalam pemberian peralatan membatik dan bantuan sembako. "Banten memiliki beragam potensi daerah dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terus dikembangkan, seperti gerabah, kerajinan kulit buaya serta batik Banten," terangnya.

Menurut Jaro Daina saat ini ada sekitar lebih dari 200 pengrajin tenun Baduy yang tersebar di sejumlah dusun. Sebagian Bahan-bahan tenun diperoleh dari luar Baduy, contohnya dari Majalaya-Bandung.

"Bagi masyarakat kami, kegiatan menenun ini hanya sampingan sehingga produksinya masih terbatas," kata Jaro Daina saat di konfirmasi melalui sambungan seluler milik Rano Karno.

Puluhan pelajar di Solo ikut lomba desain batik



Puluhan pelajar dan mahasiswa di Kota Solo antusias mengikuti lomba desain batik, di Kampung Batik Laweyan, Sabtu (11/10). Lomba tersebut selain dalam rangka memperingati Hari Batik Sedunia, juga memperingati Dies Natalis Universitas Batik Solo.

Batik yang dikagumi banyak bangsa dan ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (master pieces of the oral and intangible of humanity)
oleh Unesco 2 Oktober 2009 lalu sempat dikhawatirkan berbagai kalangan terkait kelestariannya. Di Solo hal tersebut tak berlaku. Puluhan remaja terlihat antusias, tak hanya saat belajar membatik, tetapi juga saat berlomba membuat desain motif terbaru.

Meski masih berseragam sekolah para remaja yang didominasi kaum hawa ini tak canggung untuk memegang canting, meniup hingga menorehkan karyanya di selembar kain mori.

Yogya resmi dinobatkan Kota Batik Dunia

Yogya resmi dinobatkan Kota Batik Dunia



Daerah Istimewa Yogyakarta dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia, oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC), pada peringatan 50 tahun organisasi tersebut di Dongyang, Provinsi Zhejiang, China pada 18-23 Oktober 2014.

Penghargaan diserahkan Presiden WCC Wang Shan kepada HRH GKR Pembanyun.

Batik sebagai karya tradisional Indonesia, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Yogyakarta. Selain memiliki nilai seni tinggi serta sejarah tak ternilai, batik juga telah mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Kota Gudeg tersebut.

Thursday, October 9, 2014

Wapres Dukung Pengrajin Batik


Wapres RI, Boediono bersama isteri didampingi Walikota Pekalongan dr HM Basyir Ahmad melihat karya batik, dalam acara PBN 2014.


Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof DR Boediono MEc mengajak Pemprof Jateng, Pemkab maupun Pemkot untuk menjembatani para pengrajin batik tingkat UKM dengan pengusaha batik bermodal besar. Dengan begitu, akan terjadi keseimbangan. Karena pengusaha kecil akan ditarik untuk bisa menjadi usaha skala besar.
Demikian ia sampaikan saat meresmikan pembukaan Pekan Batik Nusantara (PBN) 2014 di Kawasan Budaya Jetayu, Kota Pekalongan.
Boediono mengatakan, saat ini batik sudah menjadi komoditi ekonomi, tidak hanya menjadi ikon budaya. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian khusus.
“Pemerintah, mulai dari pusat, provinsi, hingga pemerintah Kota dan kabupaten harus mencari celah-celah untuk menjembatani agar usaha batik tidak hanya didominasi oleh pemodal besar, namun juga harus memperhatikan keberlangsungan ekonomi pada pengrajin-pengrajin kecil,”ucapnya.
Pria yang akan resmi mengakhiri jabatannya sebagai Wapres pada 20 Oktober mendatang ini, juga mengingatkan kepada para generasi muda pengrajin batik, untuk bisa peka menangkap keinginan konsumen supaya produk batik tetap punya daya tarik untuk dibeli.
“Generasi muda perajin batik harus bisa menangkap konsumen dengan melakukan desain dan motif batik yang lebih menarik. Dengan kepekaan membaca keinginan konsumen, maka produk baik punya nilai tambah,” pesannya.
Tak lupa, Boediono mengingatkan kepada para pengrajin batik untuk bisa memajukan dunia perbatikan dari aspek nilai seni maupun teknologi. Dari aspek seni, pesan dia, pengrajin harus mampu meningkatkan inovasi, dan kreativitasnya agar corak dan motif batik tetap diminati konsumen.
“Sisi seni Cina, Arab, Jepang, dan Belanda bisa dipadukan dengan karya seni batik Pekalongan agar mempunya nilai tambah. Pekalongan sebagai kota batik, kami nilai mampu melakukan perpaduan menjadi seni batik,” tuturnya.
Sementara dari aspek teknologi, imbuh Wapres, pemprov maupun pemkab/pemkot harus bisa mencarikan celah-celah peralatan agar kerajinan batik tidak mudah rusak.

Akrab dengan Batik
Dalam kesempatan tersebut, Boediono mengaku sudah akrab mengenal batik sejak kecil. Di tempat tinggalnya semasa kecil, Kabupaten Tulung Agung, Boediono kecil sudah pandai untuk membedakan jenis-jenis batik dan jenis-jenis mori bahan baku batik. Hal ini, ia dapatkan dari kakeknya yang juga seorang pengrajin dan pedagang batik.
“Saya sudah mengenal batik sejak kecil,karena kakek saya dulu adalah seorang pengrajin dan pedagang batik. Bahkan dulu saya bisa membedakan antara mori Primissima dan mori prima, serta bisa membedakan jenis batik Solo, batik Jogja, hingga batik Tulung Agung,”lanjutnya.
Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko mengatakan, bahwa pemerintah Jawa Tengah mengajak daerah kota dan kabupaten lain untuk mengambangkan batik sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing.
“Kami mengajak daerah lain agar bisa mengangkat batik ciri khas daerah masing-masing. Karena batik kini selain memiliki nilai budaya juga memiliki nilai ekonomi yang bisa menyejahterakan rakyat,”ujarnya.
Untuk itu, lanjut Heru, mulai dari pegawai pemerintah baik Provinsi atau Kabupaten dan Kota harus menggunakan baju batik pada hari-hari tertentu, agar batik tidak hanya menjadi komoditi. Namun juga menjadi nafas kehidupan budaya kita sehari-hari.
Setelah acara pembukaan di lapangan Jetayu, Wapres bersama Herawati Boediono didampingi Walikota Pekalongan, Hm Basyir Ahmad bersama Ketua DPRD, Balqis Diab, mengunjungi stand-stand batik di Gor Jetayu dan berdialog dengan pemilik Stand.

Monday, October 6, 2014

Pertunjukkan Seni Tiga Etnis Meriahkan PBN

Pertunjukkan Seni Tiga Etnis Meriahkan PBN


Pertunjukkan seni yang akan melibatkan tiga etnis berbeda. Masing-masing etnis Jawa, Arab dan Tionghoa akan memeriahkan rangkaian acara Pekan Batik Nusantara pada Rabu mendatang. Rencananya, pertunjukan seni oleh tiga etnis tersebut akan menampilkan Tari Kidang Kencana, dan Tari Garuda Jetayu sekaligus dipadukan dengan kisah dan tari Ramayana yang ditampilkan sebagai background diiringi oleh alunan khas Jawa yaitu gamelan. Penampilan seni tiga etnis itu ditampilkan oleh Paguyuban Seni Budaya Jawa, Rahayu Raras, berkolaborasi dengan Paguyuban Seni Karawitan Ibu Pertiwi. “Kami targetkan enam kali latihan, ini tinggal dua kali lagi untuk menyempurnakan. Semoga kami bisa menampilkan yang terbaik,” tutur Ketua Paguyuban Rahayu Raras.
Bersatunya tiga etnis yang ada di Kota Pekalongan dalam satu panggung seni, bukan kali ini saja terjadi. Dikatakan Karya Budiman, mereka sudah sering tampil dalam berbagai event terutama yang digelar Pemkot Pekalongan. Dalam PBN nanti, mereka dijadwalkan tampil pada hari pertama atau Rabu malam.
Uniknya lagi, seluruh pemain yang akan tampil dalam pertunjukkan tiga etnis itu, hampir seluruhnya bukan merupakan pelaku seni. Mereka justru terdiri dari masyarakat biasa yang mempunyai beragam profesi. Meski begitu, hampir seluruhnya mempunyai semangat tinggi untuk menampilkan yang terbaik. “Kendalanya mereka tidak ada dasar seni sama sekali, jadi berlatih dari nol. Makanya kami berlatih sesering mungkin. Sesekali, kami juga mengundang pelatih khusus dari Solo. Kami juga didukung penuh oleh Pemkot Pekalonmgan karena tujuan kami satu, bersama untuk nguri-nguri budaya daerah. Sehingga kami berharap masyarakat bisa ikut menyaksikan pertunjukkan ini dan bersama untuk nguri-nguri budaya kita,” ucap pria yang juga anggota DPRD Kota Pekalongan tersebut. Sementara itu, Kabid Pariwisata pada Dishubparbud, Sigit Mursito menambahkan, selain pertunjukkan seni tiga etnis, dalam PBN nanti juga akan tampil puluhan pertunjukkan seni lainnya seperti tari sufi, tari kreasi dari siswa SMP Kota Pekalongan, tari bambangan cakil, karoncongan dan pertunjukkan lain.
Tak hanya dari Kota Pekalongan saja, sejumlah daerah juga sudah mendaftarkan diri untuk ikut menampilkan keseniannya selama gelaran PBN mendatang. “Untuk pertunjukkan seni tiga etnis ini, dijadwalkan tampil di hari pertama pada malam harinya. Setelah siang pembukaan, malam hari akan ada pertunjukkan seni yang salah satunya diisi oleh penampilan seni tiga etnis ini,” tuturnya.
Dalam PBN, dikatakan Sigit, pihaknya memang selalu memberikan kesempatan kepada pelaku seni, khususnya dalam kota, untuk ikut menampilkan aksi dan kreasinya. Selain demi memeriahkan event PBN, pertunjukkan seni tersebut juga sebagai upaya untuk melestarikan berbagai seni dan budaya lokal.

Be Someone Who Seeks Comfort And Style