Monday, June 30, 2014

Drama keegoisan tiga motif batik meriahkan Solo Batik Carnival



Solo Batik Carnival (SBC) 7 yang digelar di Stadion Sriwedari Solo, Minggu (22/6) sore, berlangsung meriah. Acara tahunan yang dibuka oleh Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu, diawali dengan pementasan sendratari kolosal Wahyu Tumurun.

Sendratari kolosal yang bercerita tentang keegoisan tiga motif batik yang sudah ada terlebih dahulu tersebut berhasil memukau ribuan penonton, yang memadati stadion bersejarah tersebut.

Tiga motif batik itu diantaranya motif Buketan, Truntum dan motif Sidomukti. Dalam perjalanannya tiga motif batik itu saling mengklaim sebagai batik yang paling baik di antara ketiga batik yang ada. Batik motif Truntum, mengaku dirinya paling berharga, karena memiliki filosofi keagungan yang terkandung dalam dirinya. Sedangkan Sidomukti memiliki filosofi tinggi mengenai kehormatan, sehingga batik itu harus ada dalam setiap masyarakat. Sementara Buketan memiliki filosofi kemakmuran bagi para pemakaianya, sehingga harus digolongkan sebagai batik yang terbaik.

Keegoisan yang terus dipertahankan oleh ketiga motif tersebut, membuat ketiganya bersitegang dan terjadi peperangan. Namun sebelum terjadi peperangan yang lebih besar dan menimbulkan korban, muncullah Pemimpin di Negeri Pembatikan yang diperankan oleh walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang sekaligus membawa motif Wahyu Tumurun yang dikenal bersih dan membawa perdamaian.

Usai pertunjukan yang berdurasi 25 menit tersebut, para peserta SBC memamerkan kostum batik dengan berbagai model yang ada, di lintasan lari Stadion yang merupakan Monumen PON I tersebut. Sambutan luar biasa, dilakukan oleh ribuan penonton, saat peserta SBC keluar stadion dan memasuki Jalan Slamet Riyadi, menuju Balai Kota Solo.

Ketua Yayasan SBC, Susanto, mengatakan SBC 7 ini diikuti 200 talent, 160 penari, 150 prajurit TNI dari Korem 074/Warastratama Surakarta, 25 pemusik, dan 10 peserta dari Kalimantan Timur serta 180 volunteer ini disutradarai Sosiawan Leak. Kostum yang memperoleh penghargaan President Award di Pasadena Tournament of Roses California Amerika pun juga ditampilkan. Sementara pemilihan tema Wahyu Tumurun dalam Sendratari SBC 7 mempunyai makna luar biasa, mulai dari ketenangan, kedamaian dan tatanan kehidupan.

"Pementasan ini adalah bagian eksplorasi batik yang kami lakukan selama berbulan-bulan, dengan kegiatan ini kami berharap batik akan tetap terjaga sebagai warisan dunia," ujarnya.

Menparekraf, Mari Elka Pangestu mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Kota dalam upaya melestarikan batik. Dengan digelarnya SBC, semakin menambah referensi masyarakat untuk memanfaatkan batik yang ada.

"SBC bukan sekedar mengangkat batik tapi juga melestarikan dengan membuatnya hidup dengan mengangkatnya dalam karanval. Karnaval mulai dari Jember kemudian diikuti Solo sekarang ada 23 kota yang memiliki karnaval. SBC sekarang sudah menjadi kalender event nasional," ucapnya


Sumber : merdeka.com

Sunday, June 29, 2014

Wasit dan Hakim Servis pun Berbatik

Ada yang berbeda dari penyelenggaraan turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 di Istora Senayan, Jakarta. Seperti yang terlihat pada laga semifinal, Sabtu (21/6/2014), di mana para wasit dan hakim servis mengenakan seragam batik saat bertugas.

"Tahun ini kami mencari sesuatu yang baru karena merupakan tahun pertama dengan sponsor baru. Kami tak ingin hanya ada euforia dari nuansa warna Merah berubah jadi Biru, tetapi ingin ada yang lain," tutur Wakil Manajer Turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014, Mimi Irawan.

Inisiatif ini mendapat sambutan positif dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang menganggap seragam batik untuk wasit serta hakim servis ini menambah nilai plus dari turnamen berhadiah total US$ 750.000 ini. Panitia pelaksana menyiapkan dua jenis batik yang akan digunakan, tujuh wasit/hakim servis internasional dan enam wasit/hakim servis nasional. Batik berwarna merah digunakan di semifinal, sementara batik berwarna biru untuk final.

"Sesuai dengan tema turnamen Spirit of The Nation, kami ingin menjadi negara yang dikenal dengan batiknya. Minimal, kalau prestasi belum sesuai yang diharapkan, paling tidak kami dikenal sebagai penyelenggara turnamen terbaik di dunia," pungkas Mimi.

Tak berhenti sampai di sini, Indonesia akan terus mencari inovasi-inovasi baru di penyelenggaraan tahun berikutnya. Bukan cuma di ajang Indonesia Open, tapi juga BWF World Championships yang akan berlangsung pada 9-16 Agustus 2015 di Jakarta.


Sumber : liputan6.com

Monday, June 23, 2014

Lagi, Pekalongan Meraih Rekor Muri Batik



Pada peringatan hari batik dunia tahun 2011 ini, kembali para pemerhati batik di Pekalongan menyumbangkan karya terbaik spektakulernya. Karya tersebut berupa membatik di media topi. Akan tetapi topi yang digunakan ini bukan topi biasa, yaitu topi kamar operasi yang dimiliki oleh para dokter.

Memang benar-benar dahsyat antusiasme masyarakat Pekalongan terhadap perkembangan batik, sampai-sampai komunitas dokter dan guru besar pun turut serta dalam menjaga dan meningkatkan image batik Pekalongan.
Proses pembatikan di atas media topi kamar operasi ini melibatkan sedikitnya 700 orang dokter dengan topinya masing-masing. Acara ini tidak disia-siakan oleh ikatan dokter tersebut dan bekerjasama dengan paguyuban pengrajin batik di Pekalongan untuk menciptakan REKOR MURI. Dan ternyata Museum Rekor Indonesia langsung menganugerahkan piagam penghargaan MURI atas kegiatan "Membatik dengan Media Topi Kamar Operasi".

Semoga terus bermunculan ide-ide kreatif untuk menjaga kelestarian batik di Indonesia.


Sumber : parasantique.com

Jaya Suprana Usulkan IBC Jadi World Heritage


Pada Hari Sabtu 3 Maret 2012, Seribuan lebih tokoh batik nusantara akan hadir mengikuti peresmian pembukaan ikon baru Batik Indonesia, Inter­national Batik Center (IBC) yang berlokasi di Jalan Raya Ahmad Yani, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan.

Namun  beberapa acara sudah digelar, salah satunya penganugerahan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) kepada IBC atas prakarsanya membuat canting dan wajan raksasa.

Pendiri Muri, Jaya Suprana datang langsung menyerahkan sertifikat Rekor Dunia Mahakarya Kebudayaan kepada PT Gunatex Jaya dan IBC yang membuat canting dan wajan terbesar di dunia.

Canting dan wajan raksasa yang dinyatakan sebagai mahkota gerbang IBC dibuat dari tembaga seberat 200 kg dengan diameter 4 m dan dibuat oleh para perajin tembaga dari Boyolali dengan proses pembuatan selama dua bulan.

Canting dan wajan itu dihiasi motif batik dan arsitektur Jawa, Arab dan China. Canting dan wajan raksasa digagas oleh berbagai komponen di IBC, salah satu di antaranya ulama karismatik yang bertempat tinggal di Pekalongan Habib Luthfiy bin Ali bin Yahya.

Jaya Suprana mengatakan, dirinya pada awalnya tidak terlalu bersemangat datang ke Pekalongan. Namun setelah sampai di IBC dia mengaku terpana dan takjub dengan Gerbang IBC. ”Jika ada orang yang tidak ka­gum dengan gerbang IBC maka matanya rabun,” tegasnya.

Dia khusus kali ini datang untuk mem­berikan piagam sebagai ma­ha­karya budaya dunia. Dia berharap be­berapa bulan mendatang Muri akan datang lagi untuk memberikan piagam rekor yang lain. ”IBC sendiri bisa didaftarkan sebagai pusat budaya dunia dan saya rasa ini luar biasa,” tegasnya.

IBC, kata dia, layak dinobatkan sebagai pusat batik dunia. Dia mengaku sudah berkeliling ke berbagai negara dan melihat tempat-tempat luar biasa. IBC, kata dia, sangat luar biasa dan tidak kalah. ”Saya minta jangan tanggung-tanggung, IBC akan saya usulkan untuk menjadi World Heritage ke UNESCO, kita undang CNN, BBC dan Discovery untuk meliput IBC,” tandasnya.

Penganugerahan piagam untuk IBC, tambah dia, terbilang istimewa. Jika biasanya masyarakat yang mengajukan diri maka kali ini MURI yang datang untuk menyerahkan piagam ini.

Presiden Komisaris PT Gunatex Jaya Yusuf Gunawan mengatakan, terwujudnya IBC adalah anugerah Tuhan. ”Sebenarnya saya tak pernah membayangkan dan merencanakan ada IBC,” tuturnya.

Sumber : suaramerdeka.com

Saturday, June 21, 2014

Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta Gelar Pelatihan Homestay di Kampoeng Batik Kauman Pekalongan



Pada hari Sabtu-Ahad, 21-22 Juni 2014, Pemerintah Kota Pekalongan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta menyelenggarkan kegiatan Pelatihan Pondok Wisata (Homestay) dan Pramuwisata (Guide Tour) di Kampoeng Batik Kauman Pekalongan. Diikuti lebih dari 20 peserta, acara ini memberi pandangan warga tentang pentingnya menerima tamu wisata dan memberikan pelayanan kepada tamu wisata agar mempunyai nilai jual yang sebanding.


Dalam paparan materinya, Instruktur mendiskusikan tentang profesionalisme – yaitu ketika konsistensi dan kualitas saling berpadu. Para Pramuwisata profesional adalah mereka yang konsisten mempertahankan kualitas karya mereka, di samping itu mereka juga bisa mengkonversi kualitas karya mereka menjadi peluang (opportunity).

Sesuai dengan rencana panitia dan program dari Pemerintah Kota Pekalongan, para peserta pelatihan diminta untuk dapat aktif dalam menerima materi yang disampaikan dan saling bekerjasama dalam menerapkan ilmu yang telah diberikan untuk mendapatkan hasil yang ditargetkan. Pemerintah Kota Pekalongan juga memfasilitasi program ini dengan memberikan keringanan dalam hal promosi dan di bantu mendorong wisatawan untuk singgah di Kampoeng Batik Kauman Pekalongan.

Semoga semua peserta mendapatkan manfaat dari kegiatan yang diselenggarakan ini. Tak lupa, Pemerintah Kota Pekalongan juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelatihan ini.
Salam Sukses !

Wednesday, June 18, 2014

Modifikasi VW "Herbie" Menjadi VW "Batik"




Volkswagen Beetle atau yang di Indonesia disebut  VW Kodok memang "tidak ada matinya". Pada Pasar Jongkok Otomotif (Parjo) 2 di Parkir Timur Senayan, Jakarta, VW Kodok  "pamer diri" memeriahkan acara sepanjang akhir pekan tersebut. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung adalah VW Kodok "Batik" yang seluruh body-nya dicat dengan motif batik. 

"Ini hanya sebagai bentuk untuk melestarikan kebudayaan biar tidak dicuri orang," kata pemiliknya, Suparman, saat ditemui di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu. Dia menjelaskan desain batik yang juga dihiasi dengan gambar dua burung tersebut dibuatnya sendiri.

Proses pengecatan yang menggunakan sistem airbrush  dilakukan oleh timnya. "Tapi gambar serta konsep memang dari saya semua," kata Suparman yang menolak menyebut biaya pembuatan VW "Batik" itu. "Seni itu enggak bisa dinilai dengan harga," kata Suparman tentang VW keluaran 60'an itu.

Lain lagi dengan Yanto Herlambang, Ketua Harian Volkswagen Indonesia sekaligus pemilik empat VW. Ia menghadirkan "Herbie", yang terinspirasi dari film buatan Hollywood dengan judul serupa.

VW kodok dengan ciri nomor body  53 itu telah beberapa kali dibuat filmnya. "Karena speknya sudah sama dengan mobil Herbie asli jadi tinggal diberi sentuhan stiker dan nomor saja," katanya.

"Spek" yang dimaksud Yanto adalah setir mobil berada di sebelah kiri,  bemper pagar, serta atap yang bisa dibuka. Yanto menyebutkan konsep Herbie dia pilih untuk modifikasi karena mobil Herbie identik dengan VW Beetle.

"Sudah menjadi ikon dan movie legend, makanya saya ingin membawa Herbie ke Indonesia," katanya. Berbagai jenis dan warna Volkswagen pun banyak dipamerkan dalam acara Pasar Jongkok Otomotif kali ini,  Mulai dari jenis VW Safari, Combi, Beetle, Varian hingga jenis terbaru New Beetle.


Sumber : antaranews.com

Be Someone Who Seeks Comfort And Style