Monday, November 28, 2016

Peserta Didik Ujung Tombak Pelestarian Batik





Keberadaan peserta didik yang jumlahnya cukup banyak, dinilai dapat dijadikan sebagai ujung tombak dalam pelestarian seni batik tradisional. Dengan jumlah yang banyak, mereka diyakini dapat menjadi generasi penerus bagi para perajin batik yang saat ini jumlahnya terus berkurang. Guru mata pelajaran seni batik SMA 1 Sokaraja, Heru Santoso, mengatakan supaya mereka dapat melestarikan seni batik, maka mereka perlu memiliki keterampilan di bidang seni tersebut. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bekal keterampilan kepada mereka.
”Mereka memiliki peran yang cukup penting sebagai generasi penerus perajin batik. Apalagi usia mereka masih sangat produktif dan panjang, sehingga sangat tepat bila mereka dijadikan sasaran dalam mendapatkan pelatihan membatik,” terangnya.
Pada dasarnya upaya untuk memberikan bekal keterampilan dapat dilakukan oleh seluruh sekolah kepada peserta didik dengan melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah. Sekolah bisa menjadikan seni kerajinan batik sebagai bagian dari materi muatan lokal atau bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Dengan memberikan bekal keterampilan melalui kegiatan pelatihan kepada generasi muda, khususnya kalangan peserta didik sejak dini, diharapkan keberadaan seni kerajinan batik, khususnya batik Banyumas dapat terjaga dari ancaman kepunahan. Selain itu, upaya regenerasi perajin batik juga dapat berjalan.
Kendati demikian, proses regenerasi tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. ”Regenerasi perajin batik tidak terjadi dalam jangka waktu sebulan atau dua bulan, tetapi butuh waktu tahunan. Ini menjadi tantangan tersendiri,” terangnya.
Heru menambahkan, upaya untuk melestarikan seni batik dengan menggelar kegiatan pemberian bekal pelatihan bagi generasi muda, sebenarnya sudah dilakukan oleh sejumlah sekolah di Kabupaten Banyuams, di antaranya SMA 1 Sokaraja.





FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Saturday, November 26, 2016

Lily Mariasari Bawa Batik Betawi ke ICF 2016 di Amsterdam




Banyak desainer muda yang kini tak takut lagi untuk memamerkan karya mereka dengan nuansa Indonesia yang kental di ajang fashion di luar negeri. Salah satunya adalah desainer muda Lily Mariasari yang akan menampilkan batik Betawi di Indonesia Cultural Fashion (ICF) 2016 Amsterdam.


"Busana yang akan ditampilkan adalah muslim ready to wear, two pieces yang menggunakan paduan bahan polos dan batil cap campuran tulis," 


Busana berciri khas Betawi itu memiliki materi bahan katun, brokat, dan payet yang akan membedakan antara busana yang satu dengan yang lain. "Dalam ajang ini saya ingin lebih memperkenalkan hasil busana Elemwe ke pasar internasional, sehingga dapat membantu pemerintah dalam memperkenalkan hasil budaya Indonesia melalui fashion,". Dalam pameran itu, Elemwe ingin mengangkat karya para perajin busana yang ada di Betawi, terutama yang memiliku ciri khas Betawi. Indonesia Cultural Fashion (ICF) 2016 yang digelar di Amsterdam ini mengundang 250 tamu dari Eropa. 





FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Friday, November 18, 2016

Kombinasi Cantik Koleksi Batik Bali dengan Sentuhan Tionghoa




Perancang busana Adjie Notonegoro kembali mengeluarkan karya terbaru dengan ide cemerlangnya. Terinspirasi dari Indonesia bagian timur, dia  menciptakan lima koleksi batik. Adjie mengatakan bahwa untuk koleksinya kali ini ada yang beda dibanding sebelumnya. Itu karena dia menyertakan nuansa Tionghoa dalam rancangannya.
"Saya terinspirasi dari kecantikan Indonesia bagian Timur, yakni Bali. Batik dengan motif Bali, namun dengan dandanan China,".
Sebelumnya, dia sudah menciptakan rancangan yang terinspirasi dari daerah lain, seperti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan lainnya yang memikat hatinya. Sementara koleksinya kali ini dipersembahkan untuk acara kondangan peranakan Tionghoa. Acara tersebut belum lama ini digelar untuk kali ketiga oleh The Association of Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina). Dalam produksinya, Adjie tidak menggunakan tambahan lain lantaran batik sudah memiliki motif yang cantik.
"Saya tidak menggunakan payet sama sekali, karena ini batik utuh, sehingga tidak ada kendala," ucapnya.
Adapun warna dalam koleksinya, kombinasi antara burgundy, gold, hitam, silver, emerald dan kuning-merah. Dan model yang mengenakan koleksinya didandani, dengan aksesori ala Jawa, serta sarung tangan buatan sendiri.
"Ada motif bunga kamboja juga dengan dandanan rambut ala Tionghoa, mata modelnya dibikin sipit dengan rona lipstik merah," 






FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Wednesday, November 16, 2016

Mengenal Lebih Dekat Carmanita Si Desainer Batik




Bagi pecinta fesyen, nama Carmanita mungkin sudah tidak asing lagi. Cucu dari ibu Sud ini telah menggeluti dunia batik tradisional dan kontemporer sejak 1982. Terinspirasi dari keseharian keluarga, minat Carmanita terhadap batik kian bertumbuh. Namun bedanya, Carmanita lebih memilih menciptakan batik ke arah yang lebih universal dan modern.
Carmanita pun berusaha untuk menyatukan elemen batik yang chicagar lebih mudah dinikmati pecinta batik. Semenjak kreasinya dikenal masyarakat luas, dia pun mulai membuat gebrakan baru dengan membatik mobil Merceder-Benz C 250 Avant Garde.
"Kecintaan saya terhadap batik berawal dari keseharian keluarga saya yang menggeluti batik. Basic saya awalnya adalah seorang marketing tapi karena saya mencintai batik jadi saya ingin mengembangkan batik menurut gaya saya sendiri," ujar Carmanita kepada VIVA.co.idsaat ditemui pada acara Kenal Lebih Dekat Dengan Carmanita di Alun-Alun Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, 14 November 2016.
Wanita lulusan University of San Fransisco ini manambahkan bahwa dia pun membebaskan pengrajinnya dalam membuat motif. Di mana dia tidak memberi aturan menggunakan pensil sebelum di canting dengan malam yang umumnya dilakukan pengrajin kebanyakan.
Carmanita meyakini bahwa esensi membatik tetaplah seperti umumnya, namun bila berbicara motif dan warna dia akan membuatnya sesuai perkembangan zaman. Carmanita lebih mengikuti selera membatik sendiri tanpa pakem seperti batik tradisional.
"Batik itu sebuah proses pembuatan tekstil dan tentunya harus menggunakan malam. Kita tidak perlu meng-copy batik zaman dahulu karena saya lebih suka berkreasi dan mengembangkan batik tanpa batas," katanya.


FB : Griya Batik Mas
Intagram : @tokobatikmas, @kainbatikmas, @batiktulismas
Pinterest : Griya Batik Mas

Be Someone Who Seeks Comfort And Style