Tuesday, February 16, 2016

Keindahan Batik Kudus



Sepanjang satu pekan penuh, mulai dari Rabu (10/2/2016) hingga Kamis (18/2/2016), kota New York di Amerika Serikat merayakan pergelaran akbar untuk insan mode, New York Fashion Week 2016 (NYFW 2016). Sejumlah perancang busana dengan koleksi terbaik dan inspiratif turut berpartisipasi meramaikan NYFW 2016. Salah satu hal yang membanggakan dari deretan nama yang khas dengan nama orang asing, ada satu nama familiar di ranah mode Indonesia, yaitu Denny Wirawan. Ya benar, pada Minggu (14/2/2016) waktu setempat, Denny Wirawan menghelat pergelaran busana dengan tema “Padma” di Fashion Gallery New York Fashion Week 2016.

Ketertarikan Denny terhadap pesona batik kudus jelas belum usai. Sebab, setelah sukses menampilkan koleksi Balijava Batik Kudus pada September 2015 lalu, sekarang Denny kembali menebarkan keindahan batik kudus di NYFW 2016 atau Pekan Mode New York. Kekaguman seorang anak bangsa terhadap nilai-nilai dan filosofi sastra Nusantara, khususnya kain batik, terangkum penuh rasa hormat dalam 15 gaya padu padan koleksi Balijava Batik Kudus karya Denny Wirawan. Namun, karena mengangkat material kain batik, tak berarti Denny terjebak dengan nilai tradisional masa lalu.


Sebaliknya, kegemarannya untuk memadukan dua hal yang bertentangan dan menyatukan hal yang kontras menjadikan kreativitas Denny terpacu sehingga rancangannya pun lahir dengan inovatif. “Tema koleksi saya untuk New York Fashion Week ini adalah ‘Padma’ yang merupakan bunga lotus atau teratai. Motif Padma adalah motif asli dari Kudus, tapi saya menggabungkannya dengan wajikan yang modern,” jelas Denny Wirawan saat wawancara bersama Kompas Female  di Fashion Gallery New York Fashion Week, Manhattan, New York, AS.

Teknik tabrak motif memang merupakan karakter utama dari keseluruhan rancangan Denny, baik pada waktu lalu maupun pada masa kini. Konsep tersebut terlihat kental pada koleksi Denny untuk New York Fashion Week 2016 ini. Perpaduan motif wajik dengan motif Padma tergubah dengan nuansa gemulai khas wanita Jawa. Kontradiksi motif dan nuansa di tangan Denny ini menjelma menjadi sebuah rangkaian koleksi busana khas Indonesia yang elegan dan modern.

Selain itu, perpaduan kontras juga terlihat pada struktur busana yang menggabungkan gaya tegas cape dan beskap dengan keanggunan detail A line di bagian bawah. Kehadiran permainan tabrak gaya ini pun tampil sebagai elemen busana yang kehadirannya memberikan sentuhan ultramodern. 

Sunday, February 14, 2016

Wali Kota Amerika di Somersworth Bangga Pakai Batik


Pejabat asing memakai batik saat kunjungan ke Indonesia demi menghormati tuan rumah mungkin sudah biasa. Tetapi baru luar biasa jika ada pejabat asing di negaranya sendiri memakai batik ketika merayakan pelantikannya. Itu yang dilakukan Dana S. Hilliard pada perayaan terpilihnya dia sebagai Wali Kota Somersworth, Amerika Serikat, pada Jumat 12 Februari 2016. Ini bukti kedekatan antara Masyarakat Indonesia, KJRI New York dengan Pemerintah Kota Somersworth, New Hampshire.
KJRI New York mengungkapkan, Wali Kota Hilliard pun sebelumnya membacakan ikrar setianya (pledge of allegiance) dengan menggunakan Bahasa Indonesia - selain dalam Bahasa Inggris dan Perancis - pada Kamis, 7 Januari 2016. Kedekatannya dengan masyarakat Indonesia juga ditunjukkan Hilliard pada Jum’at 12 Februari 2016 dalam malam perayaan inaugurasi Walikota, Dewan Kota dan Dewan Pendidikan Somersworth, yang diisi dengan tema Indonesia.
"Dia menggunakan batik guna melengkapi tema Indonesia yang diusung malam itu. Kalau pejabat asing mengenakan batik saat kunjungan ke Indonesia itu merupakan hal yang biasa," ungkap Benny YP Siahaan, Acting Konsul Jenderal RI di New York, yang turut hadir dalam malam inaugurasi itu.
Benny mengungkapkan, perayaan inagurasi Kota Somersworth ini belangsung di Aula  American Legion Somersworth, dan dihadiri oleh sekitar 200 undangan yang terdiri dari jajaran pejabat kota Somersworth, Senator Negara Bagian New Hampshire, David H. Waters, Wali Kota Dover, Karen Weston, serta warga lokal dan diaspora Indonesia Somersworth dan sekitarnya. Benny hadir sebagai undangan khusus Wali Kota. Dalam kesempatan terpisah Acting Konjen RI menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas kerjasama, perhatian dan kedekatan Walikota dengan komunitas Indonesia di Somersworth, New Hampshire.
Dalam sambutannya, Hilliard mengucapkan terima kasih kepada warga Somersworth atas perayaan yang meriah dan tumbuhnya kota Somersworth yang menjadi kota multikultural terdiri dari berbagai suku bangsa. Penghargaan khusus disampaikan kepada masyarakat Indonesia dan KJRI New York yang mempersembahkan kesenian dan kuliner yang lezat. Dia juga menghimbau kerjasama masyarakat Somersworth yang beragam dalam memajukan kota. Tema Indonesia dalam malam perayaan inagurasi dimaksud merupakan permintaan pribadi Walikota Somersworth Dana S. Hilliard yang menginginkan agar hiburan dan menu utama dalam perayaan inagurasi Kota Somersworth berasal dari Indonesia.
Diawali dengan penampilan kesenian Irlandia dan Perancis (Warga Somersworth mayoritas keturunan Irlandia dan Canadian French), berbagai kesenian Indonesia tampil pada perayaan dimaksud antara lain tarian Maluku,  Ghender Gamelan Bali oleh kelompok Gamelan Padma Kencana yang merupakan binaan KJRI New York, musik tradisional Maluku dan band anak muda Indonesia “Boston Collaborative Musician” yang membawakan lagu pop Indonesia. Bahkan kelompok musik tradisional Maluku sempat melakukan jam-session dengan musik tradisional Irlandia yang hasilnya menjadi sangat unik.
Selain hiburan yang bertemakan Indonesia, makanan Indonesia juga menjadi menu utama dan center piece yang disajikan kepada para undangan pada malam tersebut. Beberapa kuliner nusantara yang disajikan adalah nasi goreng, lalampa, dadar gulung hijau, panada, lemper, kue sus, lapis Surabaya. Meriahnya suasana juga ditunjukkan Dalam penampilan musik lokal, masyarakat Indonesia yang mayoritas berasal dari Minahasa spontan turun dan mengajarkan poco poco kepada warga "bule" Somersworth.
"Kerja sama erat antara Pemerintah Kota Somersworth dan KJRI New York dalam mempromosikan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terlihat dengan berbagai kegiatan promosi dan festival Indonesia di Somersworth yang merupakan kerjasama KJRI New York, komunitas dan diaspora Indonesia serta Friends of Somersworth," kata Benny.

Monday, February 1, 2016

Kunjungan Antropolog Belanda, Sandra Niessen ke Kota Batik



Dalam kunjungannya di Kota Pekalongan, Sang Antropolog berdiskusi beberapa maestro batik Pekalongan di ruang Aula Museum Batik. Mereka adalah Dudung Alisyahbana, Hj Fatchiyah A Kadir, H Fatkhurohman Noor, dan H Romi Oktabirawa.Turut pula dalam diskusi, Kepala Dishubparbud Kota Pekalongan Doyo Budi Wibowo, Kepala Museum Batik Tanti Lusiani, pemerhati sejarah Pekalongan Arif Dirhamzah, serta beberapa orang pemerhati batik, dan komunitas pecinta seni dan budaya di Kota Pekalongan.
Dihadapan mereka, Sandra Niessen membeberkan ada 306 kain batik kuno asal Indonesia, khususnya Pulau Jawa, yang disimpan di Istana Kerajaan Thailand. Ratusan kain batik itu merupakan koleksi Raja Siam (sekarang Thailand), dan diperoleh dalam beberapa kali kunjungan sang raja ke Pulau Jawa pada abad ke-19 atau pada masa penjajahan Belanda. Dalam diskusi tersebut, Sandra Niessen mengaku salah satu anggota tim yang ditunjuk Kerajaan Thailand untuk mengidentifikasi 306 kain batik kuno koleksi Raja Thailand tersebut. Disebutkan bahwa ratusan kain batik itu diketahui berasal dari Pulau Jawa. Tetapi belum bisa teridentifikasi secara pasti apa motif kain-kain batik itu, dari mana kain itu berasal, dan dibuat tahun berapa. “Mereka minta tolong saya untuk membantu mencari informasi dan melakukan riset tentang konteks batik yang dikumpulkan Raja Siam itu,”.
Upaya pencarian informasi untuk proses identifikasi itu antara lain melalui penelusuran arsip-arsip dan buku-buku di perpustakaan baik itu yang berbahasa Belanda, Inggris, Thailand, maupun Indonesia. Upaya identifikasi juga melibatkan para pakar pakar batik, tokoh, dan pemerhati kain Indonesia. Sebab, informasi tentang kain-kain batik itu sangat minim. Ternyata proses identifikasi cukup sulit. Sebab label atau tulisan tentang koleksi kain batik milik Raja Siam tersebut sudah banyak yang diganti ataupun hilang. “Maka saya tunjukkan foto-foto kain tersebut kepada para ahli untuk membantu mengidentifikasi. Tetapi yang pasti, identifikasi akan dilakukan secara berulang-ulang,”.
Sandra, yang juga masih keturunan Elyzza Van Zuelen (salah seorang Maestro Batik Indonesia pada masa penjajahan Belanda), kain-kain batik itu didapatkan oleh Raja Syiam lebih dari seratus tahun silam dalam perjalanannya di Pulau Jawa. Ratusan kain batik itu selanjutnya disimpan dalam peti-peti tertutup di dalam istana Raja Thailand. Setelah sekitar 100 tahun tidak pernah dibuka, peti-peti berisi kain batik itu kembali dibuka. Kain-kain itu rencananya akan dibuatkan katalog yang lengkap, dan akan dipamerkan di Museum Tekstil di Thailand. Antara lain perjalanan ke Garut, Jogja, Solo. Kain-kain tersebut sebagian merupakan hadiah, sebagian lagi dibeli sendiri oleh sang raja. “Kain-kain batik itu didapat dari perjalanan Raja Syiam ke Indonesia, khususnya Jawa, pada tahun 1871, 1896, dan 1901,”.
Sementara itu, salah seorang tokoh batik Pekalongan yang hadir dalam diskusi tersebut, H Dudung Alisyahbana, menyatakan bahwa kain batik tak bisa dilepaskan dari budaya Jawa. Dirinya mengkritik, kenapa tidak ada orang Jawa yang dilibatkan dalam tim pengidentifikasi kain batik milik Raja Thailand itu. Padahal, menganalisa sebuah kain batik tidak hanya dilihat dari fisiknya semata, tetapi lebih ke ‘rasa’ dari karya batik itu sendiri. “Dalam kain batik itu ada rasa. Batik merupakan salah satu media untuk bertutur orang Jawa. Di situ ada unsur pengetahuan, perilaku, skill, dan taste (rasa),”. “Ketika kita membaca kain batik, maka akan menuju ke pembuatnya siapa, dibuat di mana, apa motifnya, dan dibuat untuk apa,”.
Sementara, tokoh batik Pekalongan lainnya, H Romi Oktabirawa, menambahkan dalam mengidentifikasi secara mendalam sebuah kain batik tidak bisa hanya melihat foto kain batik yang bersangkutan. Melainkan harus dipegang secara langsung. “Biar tahu tata warnanya, lalu dibuat pada era apa, dan sebagainya,”. Meski demikian, pihaknya sangat mengapresiasi atas kepedulian peneliti Belanda terhadap kain batik Indonesia. Dia juga mengapresiasi pemerintahan negara tetangga, Thailand, yang ternyata memberikan apresiasi luar biasa tentang sejarah kain-kain batik asal Indonesia. “Bagaimanapun, apa yang telah dilakukan mereka sangat patut diapresiasi. Kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa mengapresiasi seni budaya, mahakarya, dan kerajinan kita, salah satunya batik. Sebab, negara tetangga saja memberikan apresiasi terhadap nilai sejarah kain batik asal Indonesia,” 

Be Someone Who Seeks Comfort And Style