Sebagai busana kebanggaan bangsa Indonesia, batik terus dipopulerkan ke mancanegara. Agar populer, batik tak lagi hanya dipandang sebagai busana resmi, namun juga bisa dipakai sebagai baju trendi, yang bisa dipakai untuk acara apa pun dan di mana pun.
Pandangan itulah yang menjadi tema Pameran Busana Batik Indonesia di Belanda, pada Senin malam waktu setempat. Uniknya, pameran ini berlangsung di sebuah bangunan gereja kuno nan megah peninggalan abad ke-14 di jantung Kota Den Haag, yaitu Grote Kerk.
Pameran ini, yang diselenggarakan Dharma Wanita Kedutaan Besar RI di Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia, menampilkan koleksi dua desainer berbakat asal Tanah Air. Mereka adalah Harry Rahmat Darajat, pemilik rumah mode Ai Syarif 1965, dan Anita Winata, pendiri rumah mode Tjantingkoe.
“Batik sebenarnya sudah sangat dikenal oleh banyak warga Belanda. Di banyak kesempatan, saat saya diundang ke acara-acara setempat, para pengundang selalu mengenakan baju batik,” kata Ibnu Wahyutomo, Kuasa Usaha KBRI Den Haag.
Namun, selama ini kesan bahwa batik hanya dianggap sebagai baju formal masih sangat melekat. “Batik pun bisa dipakai untuk kegiatan-kegiatan santai, atau untuk bepergian sehari-hari. Itulah pesan yang kami sampaikan dalam acara Indonesian Art, Culture, and Performance ini,” lanjut Ibnu.
Azis Nurwahyudi, ketua panitia Pameran Batik ini, mengungkapkan bahwa para model yang tampil adalah mahasiswa maupun mahasiswi Belanda dan para anggota Dharma Wanita KBRI Den Haag.
Azis Nurwahyudi, ketua panitia Pameran Batik ini, mengungkapkan bahwa para model yang tampil adalah mahasiswa maupun mahasiswi Belanda dan para anggota Dharma Wanita KBRI Den Haag.
“Ini untuk menunjukkan kepada para penonton bahwa batik sebagai busana kasual ini cocok digunakan siapa pun dari berbagai usia dan latar belakang, tua maupun muda,” lanjut Azis.
Sambil dipandu dengan lantunan lagu-lagu pop dan tradisional oleh dua penyanyi dari tanah air, Leo Mokodompit dan Elvy Zubaedah, para model bergantian membawakan kreasi Ai Syarif 1965 dan Tjantingkoe. Busana batik yang mereka tampilkan memadukan penampilan santai namun tetap elegan.
Nuansa motif Batik khas Indonesia terlihat dari atasan maupun bawahan yang dipadu dengan busana warna polos. Contohnya, atasan warna polos terlihat atraktif dengan kebaya bermotif batik dan begitu pula saat sejumlah model menampilkan kemeja kasual dengan celana bermotif batik.
Itulah sebabnya pameran yang berlangsung lebih dari dua setengah jam di bangunan gereja kuno ini mendapat sambutan antusias dari para penonton. Mereka adalah kalangan pemerhati mode, pemilik butik maupun wartawan fesyen (fashion) di Belanda.
Pujian dilontarkan oleh istri Wali Kota Den Haag, Henriette van Aartsen. “Ini acara yang bagus dan efektif untuk mengubah persepsi bahwa Batik, yang merupakan busana khas Indonesia, tidak saja dikenal sebagai baju untuk acara-acara formal, namun juga cocok dipakai untuk acara santai,” kata van Aartsen, yang menjadi tamu kehormatan pada pameran itu.
Nuansa motif Batik khas Indonesia terlihat dari atasan maupun bawahan yang dipadu dengan busana warna polos. Contohnya, atasan warna polos terlihat atraktif dengan kebaya bermotif batik dan begitu pula saat sejumlah model menampilkan kemeja kasual dengan celana bermotif batik.
Itulah sebabnya pameran yang berlangsung lebih dari dua setengah jam di bangunan gereja kuno ini mendapat sambutan antusias dari para penonton. Mereka adalah kalangan pemerhati mode, pemilik butik maupun wartawan fesyen (fashion) di Belanda.
Pujian dilontarkan oleh istri Wali Kota Den Haag, Henriette van Aartsen. “Ini acara yang bagus dan efektif untuk mengubah persepsi bahwa Batik, yang merupakan busana khas Indonesia, tidak saja dikenal sebagai baju untuk acara-acara formal, namun juga cocok dipakai untuk acara santai,” kata van Aartsen, yang menjadi tamu kehormatan pada pameran itu.
Desainer Harry Rahmat Darajat pun tak menutupi kegembiraannya. “Saya bangga dan terharu. Ternyata antusiasme publik di Belanda atas pameran batik ini cukup besar. Buktinya, usai pameran, mereka bertanya bagaimana cara memesan koleksi kami ini,” kata Ai, panggilan akrab Harry, yang sudah menggelar pameran serupa di Portugal, Ceko, dan Jepang.
Kesan serupa juga dilontarkan Anita Winata, pendiri butik Tjantingkoe. “Saya tidak menyangka bisa mendapat sambutan luar biasa dari para penonton. Ini merupakan kebanggaan bagi kami dan menambah semangat untuk mempopulerkan batik kreasi kami ke banyak negara,” kata Anita.
Kesan serupa juga dilontarkan Anita Winata, pendiri butik Tjantingkoe. “Saya tidak menyangka bisa mendapat sambutan luar biasa dari para penonton. Ini merupakan kebanggaan bagi kami dan menambah semangat untuk mempopulerkan batik kreasi kami ke banyak negara,” kata Anita.
Pameran busana batik ini diramaikan oleh penampilan sejumlah tarian kreatif dari kelompok tari Warna Indonesia. Mereka menampilkan tari “Persembahan” (Sumatera Barat), “Gandrung Banyuwangi” (Jawa Timur), dan “Topeng Ireng” dari Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment