Friday, January 1, 2016

Beberapa Tempat Wisata Keluarga Liburan Tahun Baru di Kabupaten Pekalongan

AIR TERJUN CINDE




Curug Cinde merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kecamatan Lebakbarang tepatnya di Desa Depok. Jarak Desa Depok sendiri kira – kira 24 Km dari Tugu Durian Kecamatan Karanganyar. selama perjalanan menuju objek wisata ini kita akan disuguhi pemandangan alam yang sangat mempesona dan masih asri, mulai dari perjalanan melewati tengah hutan, jalan pegunungan yang berkelok – kelok dengan tanjakan serta turunan dan gemericik suara air sungai. Suasana alam pedesaan khas daerah pegunungan akan nampak dari deretan perkampungan yang dilalui.
Perjalanan menuju curug Cinde dapat ditempuh dengan sepeda motor ataupun bisa menumpang menggunakan kendaraan mobil bak terbuka. Masyarakat setempat biasa menyebut dengan sebutan angkutan mobil “doplak”.
Untuk menuju curug Cinde bila dari Pantura Pekalongan dapat menggunakan jasa bus ataupun angkutan kota - pedesaan dari terminal Pekalongan ke arah terminal angkutan pedesaan/pasar Kecamatan Karanganyar atau melalui rute perjalanan Pertigaan Pantura Wiradesa - Kota Kajen - Tugu Durian Kota Karanganyar. Dari perempatan Tugu Durian depan kantor kecamatan Karanganyar atau dari pasar Karanganyar bisa menggunakan mobil bak terbuka “doplak” menuju Kecamatan Lebakbarang ataupun langsung menuju Desa Depok dengan jarak kira – kira 10 Km dari Kantor Camat Lebakbarang.
Rute perjalanan dari Karanganyar menuju Kecamatan Lebakbarang akan melalui jalan desa Lolong, yaitu sebuh desa yang terkenal sebagai sentra penghasil durian lokal. Awal musim durian yang biasanya jatuh di bulan Desember hingga musim puncaknya pada bulan Januari-Pebruari ini akan menghadirkan suasana "musim durian tiban" ditandai munculnya  gubuk-gubuk atau tenda penjual durian unggul varietas lokal  disepanjang jalan Karanganyar - Lolong. Kanan kiri jalan akan nampak kebun durian dengan buahnya yang bergelantungan, dan hasil panenan akan langsung dipajang dipinggir-pinggir jalan. Puncak acaranya musim panen durian ini telah dijadikan agenda wisata tahunan dengan digelar festival/kontes durian varietas lokal di Desa Lolong Karanganyar.
Dari Lolong ke Desa Depok Lebakbarang akan melalui jalan beraspal dengan membelah hutan pinus. Kendaraan akan berhenti sampai di desa Depok, dan rute selanjutnya ke Curug Cinde hanya dapat ditempuh dengan perjalanan kaki kurang lebih 2,5 km atau selama kurang lebih 2 jam. Perjalanan menuju lokasi curug Cinde sendiri masih melalui jalan setapak yang menanjak dan licin. Selama perjalanan menuju curug ini akan disuguhi pemandangan air terjun kecil dengan ketinggian masing-masing sekitar 5 dan 30 m. Masyarakat setempat menamainya sebagai air terjun Silengsar yang digunakan sebagai sumber mata air dan dialirkan melalui pipa ke pemukiman penduduk sekitar.
Datang ke Curug Cinde memberikan tantangan adrenalin tersendiri bagi penggemar wisata alam dan pecinta alam karena menarik sebagai obyek bidikan kamera. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang eksotik khas pegunungan, bebatuan besar berserakan, air jernih yang mengalir di sekitaran tebing, pepohonan tinggi yang menjulang, gemuruh suara air terjun jatuh dari tebing yang tinggi.
Selain menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang terletak di desa yang berbatasan langsung dari kabupaten Banjarnegara ini kita pun dapat menikmati alam pedesaan yang masih sangat asri. Masih terdapat beberapa pembangkit listrik tenaga air (kincir air) yang digunakan oleh warga Depok khususnya untuk memenuhi kebutuhan penerangan sehari – hari.
Selian itu kita pun dapat menikmati hijaunya pemandangan sawah yang baru akan menguning ataupun sekedar mampir dan sowan ke rumah penduduk desa dan ramah – ramah untuk sekedar mampir ngombe (mampir minum) kopi khas Lebakbarang, yaitu kopi buatan sendiri yang cara pembuatanya masih ditumbuk menggunakan alat penumbuk tradisional yang juga merupakan salah satu hasil mata pencaharian para penduduk Kecamatan Lebakbarang bila musim panen telah tiba.
Untuk oleh-oleh dari kawasan ini, pelancong wisata alam dapat membeli kopi tumbuk asli Lebakbarang, madu hutan dan gula merah aren alami tanpa pengawet. Desa Mendolo Kecamatan Lebakbarang sudah dikenal sebagai pengumpul madu hutan dan Desa Timbangsari sebagai sentra pengrajin gula aren di Kecamatan Lebakbarang Kabupaten Pekalongan.

AIR TERJUN MUNCAR
Curug Muncar berada di lereng Gunung Ragajambangan di ketinggian 1249 m diatas permukaan laut (dpl).  Ada beberapa air terjun di kawasan ini, tetapi salah satu yang besar dan banyak dikunjungi adalah Curug Muncar. Berjarak sekitar 30 km dari Kajen atau 70 km dari ibu kota kabupaten Pekalongan.  Untuk mencapai air terjun ini dapat ditempuh dari Kota pekalongan sekitar 2 s.d. 2,5 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.  Kondisi jalan menuju kesana tidak mudah karena harus melewati jalanan mendaki, bertebing dan berkelok-kelok. Jalan beraspal hanya sampai di jalan utama kecamatan, sehingga untuk sampai di lokasi harus berjalan kaki mendaki perbukitan.  Selain itu belum ada akses angkutan umum ke desa Curug Muncar, begitupun dengan ojeg.

WATU IRENG



Pekalongan memang sudah lama dikenal dengan julukan sebagai Kota Batik. Hampir disetiap sudut kotanya kita bisa menemukan sentra produksi dan penjualan batik khas Pekalongan yang cantik. Untuk mengetahui tentang sejarah batik pun Pekalongan mempunyai Museum Batik yang terletak di Jalan Jetayu nomor 1 Kota Pekalongan. Namun tidak hanya batiknya saja yang menjadi andalan pariwisata dari Pekalongan, wilayah Kabupaten Pekalongan juga ternyata mempunyai pemandangan alam yang cantik yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Kalau di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ada Gunung Kelam yang merupakan sebongkah batu monolit yang paling besar di dunia, maka di Pekalongan punya yang namanya Bukit Watu Ireng yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan Gunung Kelam. Bukit Watu Ireng terletak di lereng Gunung Rogojembangan yang masuk dalaam wilayah Desa Lambur, Kecamatan Kandang Serang, Kabupaten Pekalongan dan berjarak sekitar 20 km dari Kota Kajen yang merupakan ibukota Kabupaten Pekalongan. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Watu Ireng (batu hitam) karena memang batu yang ada ditempat tersebut berwarna hitam.
Bukit Watu ireng mempunyai luas sekitar 2 hektar. Dari atas Bukit Watu Ireng ini kita bisa melihat pemandangan kearah hutan pinus dan karet serta perkebunan dan sawah warga sekitar yang sangat hijau dan menyejukan. Sejauh mata memandang kita akan melihat pemandangan yang sangat menenangkan. Ditambah lagi dengan udara sejuk yang pegunungan akan membuat siapa saja akan betah berlama-lama untuk menikmati pemandangan indah dari Bukit Watu Ireng ini. Ada satu keunikan yang bisa kita temukan saat berada diatas Bukit Watu Ireng ini yaitu jika kita menghentak kaki diatas batu tersebut maka akan mengeluarkan bunyi seperti suara gong.
Selain mempunyai pemandangan yang indah, Bukit Watu Ireng ini ternyata menyimpan banyak cerita mistis. Menurut cerita masyarakat sekitar, di Bukit Watu Ireng ini terdapat pintu yang bisa menghubung kedalam sebuah gua yang ada dibawah batu tersebut. Dipercaya bahwa didalam gua tersebut terdapat satu set gamelan dan juga beberapa gaman yang dianggap keramat. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat dan masuk didalam gua tersebut.
Sampai saat ini belum diketahui secara benar bagaimana asal usul dari Bukit Watu Ireng ini. Banyak yang memprediksi bahwa Bukit Watu Ireng ini merupakan peninggalan dari zaman megalitikum.

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style