Sunday, November 16, 2014

Motif Batik Baru di Bazaar Fashion Festival



Batik tidak melulu dikenal dengan motif-motif klasik, seperti parang dan sawunggaling. Beberapa desainer kini merancang batik dengan motif baru. Sebut saja Nonita Respati dari Purana Batik, Iwet Ramadhan dan Erica Lisani dari Tikprive, serta Bai Sumarlono dari Populo, label lokal yang belakangan juga merambah batik pada gelaran Neo Batik di Bazaar Fashion Festival.

“Saya mengambil motif batik dari tegel-tegel kuno di rumah saudagar-saudagar kaya di pesisir Jawa,” ujar Nonita Respati di Jakarta Convention Center akhir pekan lalu. Noni mengambil motif flora yang terukir pada tegel di rumah saudagar keturunan Tionghoa.

Ada rasa peranakan pada koleksi berupa gaun dan blus dari sutera Thailand dengan warna merah, kuning muda, biru, dan hijau muda yang diperagakan pada runway. Meski berasal dari ubin kuno, rancangannya tidak serta-merta menjadi jadul. Sebaliknya, Noni membuat gaun-gaun yang menarik untuk dilihat dan blus yang bisa digunakan untuk bekerja ataupun acara santai.

Pendekatan berbeda soal konsep Neo Batik dilakukan oleh Tikprive. “Kami menggunakan batik karya Bapak Hanafi dari Pekalongan,” kata Iwet Ramadhan. Batik-batik itu dikerjakan di atas denim sehingga menjadi pakaian yang lebih modern.

Konsep batik pada denim sendiri sebenarnya bukan hal baru. Denim-denim bercorak flora itu jadi terlihat sangat 90-an. Apalagi ditambah dengan iringan lagu Bebas karya rapper Iwa K. Belum cukup, ada penutup kepala berwarna putih ala rapper yang membuat para penonton benar-benar terbawa pada nostalgia masa 90-an.

Bai Sumarlono dari Populo justru membuat batik dengan motif klasik yang banyak dikenal di Barat. Mulai dari geometri segitiga hingga motif gigi anjing dan tulang ikan herring. Populo—yang juga memasuki usia dua dekade tahun ini—membuatnya menjadi sangat urban.

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style