Wapres RI, Boediono bersama isteri didampingi Walikota Pekalongan dr HM Basyir Ahmad melihat karya batik, dalam acara PBN 2014.
Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof DR Boediono MEc mengajak Pemprof
Jateng, Pemkab maupun Pemkot untuk menjembatani para pengrajin batik
tingkat UKM dengan pengusaha batik bermodal besar. Dengan begitu, akan
terjadi keseimbangan. Karena pengusaha kecil akan ditarik untuk bisa
menjadi usaha skala besar.
Demikian ia sampaikan saat meresmikan pembukaan Pekan Batik Nusantara
(PBN) 2014 di Kawasan Budaya Jetayu, Kota Pekalongan.
Boediono mengatakan, saat ini batik sudah menjadi komoditi ekonomi,
tidak hanya menjadi ikon budaya. Oleh karena itu, pemerintah harus
memberikan perhatian khusus.
“Pemerintah, mulai dari pusat, provinsi, hingga pemerintah Kota dan
kabupaten harus mencari celah-celah untuk menjembatani agar usaha batik
tidak hanya didominasi oleh pemodal besar, namun juga harus
memperhatikan keberlangsungan ekonomi pada pengrajin-pengrajin
kecil,”ucapnya.
Pria yang akan resmi mengakhiri jabatannya sebagai Wapres pada 20
Oktober mendatang ini, juga mengingatkan kepada para generasi muda
pengrajin batik, untuk bisa peka menangkap keinginan konsumen supaya
produk batik tetap punya daya tarik untuk dibeli.
“Generasi muda perajin batik harus bisa menangkap konsumen dengan
melakukan desain dan motif batik yang lebih menarik. Dengan kepekaan
membaca keinginan konsumen, maka produk baik punya nilai tambah,”
pesannya.
Tak lupa, Boediono mengingatkan kepada para pengrajin batik untuk
bisa memajukan dunia perbatikan dari aspek nilai seni maupun teknologi.
Dari aspek seni, pesan dia, pengrajin harus mampu meningkatkan inovasi,
dan kreativitasnya agar corak dan motif batik tetap diminati konsumen.
“Sisi seni Cina, Arab, Jepang, dan Belanda bisa dipadukan dengan
karya seni batik Pekalongan agar mempunya nilai tambah. Pekalongan
sebagai kota batik, kami nilai mampu melakukan perpaduan menjadi seni
batik,” tuturnya.
Sementara dari aspek teknologi, imbuh Wapres, pemprov maupun
pemkab/pemkot harus bisa mencarikan celah-celah peralatan agar kerajinan
batik tidak mudah rusak.
Akrab dengan Batik
Dalam kesempatan tersebut, Boediono mengaku sudah akrab mengenal batik sejak kecil. Di tempat tinggalnya semasa kecil, Kabupaten Tulung Agung, Boediono kecil sudah pandai untuk membedakan jenis-jenis batik dan jenis-jenis mori bahan baku batik. Hal ini, ia dapatkan dari kakeknya yang juga seorang pengrajin dan pedagang batik.
“Saya sudah mengenal batik sejak kecil,karena kakek saya dulu adalah
seorang pengrajin dan pedagang batik. Bahkan dulu saya bisa membedakan
antara mori Primissima dan mori prima, serta bisa membedakan jenis batik
Solo, batik Jogja, hingga batik Tulung Agung,”lanjutnya.
Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko mengatakan,
bahwa pemerintah Jawa Tengah mengajak daerah kota dan kabupaten lain
untuk mengambangkan batik sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing.
“Kami mengajak daerah lain agar bisa mengangkat batik ciri khas
daerah masing-masing. Karena batik kini selain memiliki nilai budaya
juga memiliki nilai ekonomi yang bisa menyejahterakan rakyat,”ujarnya.
Untuk itu, lanjut Heru, mulai dari pegawai pemerintah baik Provinsi
atau Kabupaten dan Kota harus menggunakan baju batik pada hari-hari
tertentu, agar batik tidak hanya menjadi komoditi. Namun juga menjadi
nafas kehidupan budaya kita sehari-hari.
Setelah acara pembukaan di lapangan Jetayu, Wapres bersama Herawati
Boediono didampingi Walikota Pekalongan, Hm Basyir Ahmad bersama Ketua
DPRD, Balqis Diab, mengunjungi stand-stand batik di Gor Jetayu dan
berdialog dengan pemilik Stand.
No comments:
Post a Comment