Dalam masyarakat kraton jawa,membatik dianggap sebagai kegiatan
pengabdian kepada raja.
Batik Kraton
Batik kraton adalah jenis batik
yang dikembangkan dan digunakan di lingkungan keraton. Motif dan penggunaannya
diatur dengan norma-norma kraton.
Selain proses pembuatannya yang rumit dan selalu disertai dengan serangkaian
ritual khusus,batik juga mengandung filosofi tinggi yang terungkap dari
motifnya.Hal ini terkait dengan sejarah penciptaan motif batik sendiri yang
biasanya diciptakan oleh sinuwun,permaisuri atau putri-putri kraton yang semuanya
mengandung falsafah hidup tersendiri bagi pemakainya.
Hal ini disebabkan pada awalnya motif-motif tertendu dilarang dikenakan oleh
masyarakat umum, kecuali oleh kerabat kraton.
Motif larangan tersebut
dicanangkan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1785.Pola batik yang
termasuk larangan antara lain: Parang Rusak Barong, Parang Rusak
Gendreh, Parang Klithik, Semen Gedhe Sawat Gurdha,Semen Gedhe Sawat Lar,Udan
Liris,Rujak Senthe,serta motif parang-parangan yang ukurannya sama dengan
parang rusak.
Semenjak perjanjian Giyanti tahun 1755 yang melahirkan Kasunanan
Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta,segala macam tata adibusana termasuk di
dalamnya adalah batik,diserahkan sepenuhnya oleh Keraton Surakarta kepada
Keraton Yogyakarta. Hal inilah yang kemudian menjadikan Keraton Yogyakarta
menjadi kiblat perkembangan budaya,termasuk pula khazanah batik.
Kalaupun batik di Keraton Surakarta mengalami beragam inovasi,namun sebenarnya
motif pakemnya tetap bersumber pada motif batik Keraton Yogyakarta.Ketika tahun
1813,muncul Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta akibat persengketaan Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Letnan Gubernur Inggris Thomas Stamford
Raffles,perpecahan itu ternyata tidak melahirkan perbedaan mencolok pada
perkembangan motif batik tlatah tersebut.
Menurut KRAy SM Anglingkusumo,menantu KGPAA Paku Alam VIII,motif-motif larangan
tersebut diizinkan memasuki tlatah Keraton Puro Pakualaman,Kasultanan Surakarta
maupun Mangkunegaran.Para raja dan kerabat ketiga kraton tersebut berhak
mengenakan batik parang rusak barong sebab sama-sama masih keturunan Panembahan
Senopati.
Batik tradisional di lingkungan Kasultanan Yogyakarta mempunyai ciri khas dalam
tampilan warna dasar putih yang mencolok bersih.Pola geometri Keraton
Kasultanan Yogyakarta sangat khas,besar-besar,dan sebagian diantaranya
diperkaya dengan parang dan nitik.Sementara itu,batik di Puro Pakualaman
merupakan perpaduan antara pola batik Keraton KasultananYogyakarta dan warna
batik Keraton Surakarta.
Jika warna putih menjadi ciri khas batik Kasultanan Yogyakarta,maka warna putih
kecoklatan atau krem menjadi ciri khas batik Keraton Surakarta.Perpaduan ini
dimulai sejak adanya hubungan keluarga yang erat antara Puro Pakualaman dengan
Keraton Surakarta ketika Sri Paku Alam VII mempersunting putri Sri Susuhunan
Pakubuwono X.Putri Keraton Surakarta inilah yang memberi warna dan nuansa
Surakarta pada batik Pakualaman,hingga akhirnya terjadi perpaduan keduanya.
Dua pola batik yang terkenal dari Puro Pakulaman,yakni Pola Candi Baruna yang
tekenal sejak sebelum tahun 1920 dan Peksi Manyuro yang merupakan ciptaan RM
Notoadisuryo.Sedangkan pola batik Kasultanan yang terkenal,antara lain:Ceplok
Blah Kedaton,Kawung,Tambal Nitik,Parang Barong Bintang Leider,dan sebagainya.
Begitulah.Batik painting pada awal kelahirannya di lingkungan kraton dibuat
dengan penuh perhitungan makna filosofi yang dalam.Kini,batik telah meruyak ke
luar wilayah benteng istana menjadi produk industri busana yang dibuat secara
massal melalui teknik printing atau melalui proses lainnya.Bahkan diperebutkan
sejumlah negara sebagai produk budaya miliknya.
Dalam masyarakat kraton jawa,membatik dianggap sebagai kegiatan pengabdian
kepada raja.
Beberapa motif kraton antara lain sebagai berikut:
a. Sawat
b. Parang rusak
c. Cemukiran
d. Sembagen Huk
e. Kawung
f. Semen
g. Alas-alasan
h. Sidomukti–sidoluhur–sidoasih-sidomulya
i. Truntum
j. Pisan bali
k. Madubranta
Batik Larangan menurut Fungsi dan Filosofinya
l. Ciptoning
m. Segaran Candi Baruna
n. Abimanyu
o. Sekar Jagad
p. Grompol atau Grombol
q. Tambal
r. Udan Riris
s. Rujak Senthe
Beberapa contoh motif kraton antara lain sebagai berikut:
Batik Motif Sawat
Sawat yaitu motif berbentuk sayap-sayap besar menggambarkan burung garuda
sebagai kendaraan Dewa Wisnu yang melambangkan kekuasaan atau raja.
Motif Batik Sawat
Motif Sawat Manak
Parang
rusak
Motif parang rusak melambangkan
menangkal kebatilan,kekuatan,kecepatan,keperkasaan,pertumbuhan,dan kesucian.
PARANG: simbol ketajaman berpikir, keberanian, kepemimpinan
Motif parang termasuk ragam hias larangan, artinya hanya raja dan kerabatya
diijinkan memakai. Besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial
pemakainya di dalam lingkungan kerajaan. Parang Barong, merupakan parang paling
besar, diatas 20 cm ukuran besarnya garis putih
Misal, para bupati hanya diperkenankan memakai parang ukuran 4 cm. Sedangkan
raja, permaisuri, putra mahkota bebas memakai ukuran berapa pun. Para putra
putri permaisuri diijinkan memakai ukuran 10 cm, sedangkan para selir raja
dibawah ukuran tersebut (8 cm). Motif ini sangat baik dikenakan ksatria
karena menyimbolkan usahanya dalam mempertahankan negara dari ancaman
musuh. Parang pantang dipakai mempelai ketika prosesi panggih. Konon, rumah
tangga mereka bakalan perang terus.
Untuk gaya putri Jogja : arah parang dari kiri atas ke kanan bawah
Untuk laki laki jogja : arah parang dari kanan atas ke kiri bawah
Untuk gaya surakarta, laki laki dan putri sama arahnya, yaitu dari kanan atas
ke kiri bawah
Pemakaian batik motif parang gaya Surakarta
Motif Parang
Rusak.Motif ini
diciptakan oleh Panembahan Senopati,pendiri Keraton Mataram.Setelah memindahkan
pusat kerajaan dari Demak ke Mataram,Senopati sering bertapa di sepanjang
pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan seribu yang
tampak seperti pereng(tebing)berbaris.Akhirnya,ia menamai tempat bertapanya
dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang.Di salah satu tempat
tersebut ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak
karena deburan ombak laut selatan sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan
motif batik yang kemudian diberi nama Parang Rusak.
motif Parang Rusak Barong Merupakan induk dari semua pola parang
Pola Parang
Rusak Barong,diciptakan
Sultan Agung Hanyakrakusum a yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya
sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya,dan kesadaran sebagai seorang
manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.Kata barong berarti sesuatu
yang besar dan hal ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada
kain.Merupakan induk dari semua pola parang,pola barong dulu hanya boleh
dikenakan oleh seorang raja.Mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati
dan dapat mengendalikan diri.
Motif parang sendiri mengalami
perkembangan dan memunculkan motif-motif lain seperti:
Parang Rusak Barong,Parang Kusuma,Parang Pamor,Parang Klithik,Parang
Slobog dan Parang Lereng Sobrah.
Parang Rusak
BarongKarena
penciptanya pendiri Keraton Mataram,maka oleh kerajaan,motif-motif parang
tersebut hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya dan tidak boleh
dipakai oleh rakyat biasa.Jenis batik itu kemudian dimasukkan sebagai
kelompok“batik larangan”.
Bila dilihat secara mendalam,garis-garis lengkung pada motif parang sering
diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam,dalam hal ini
yang dimaksudkan adalah raja.Komposisi miring pada parang juga melambangkan
kekuasaan,kewibawaan,kebesaran,dan gerak cepat sehingga pemakainya diharapkan
dapat bergerak cepat.
Batik Motif Parangkusumo
Motif Batik Parangkusumo
Batik Parangkusumo berasal dari kata“kusumo”yang artinya kembang atau bunga
yang dikaitkan dengan kembanging ratu.Sesuai dengan namanya,batik Parangkusumo
hanya dipakai oleh kalangan keturunan raja secara turun-temurun bila berada
didalam keraton.
Motif batik Parangkusumo terdiri dari unsur motif api dan motif
mlinjon.Motif-motifnya tersusun menurut garis diagonal,motif api atau motif
parang posisinya bertolak belakang dengan motif mlinjon yang berbentuk segi
empat belah ketupat.Di tengahtengah motif api terdapat dua motif bunga kecil
yang bertajuk tiga dan saling bertolak belakang.
Motif batik parang kusuma biasanya digunakan untuk busana pengantin Kasatrian
Ageng.
Pengertian bunga sama dengan kusuma yang mempunyai makna generasi muda bunga
harapan,Jika dirasakan dengan arti perlambangnya memang sesuai dengan fungsinya
yaitu sebagai busana putra-putri Sultan yang semula digunakan untuk malem
selikuran,sekarang menjadi busana pengantin.Batik ini berkembang pada masa
Penembahan Senopati Mataram pada abad XVI.
Batik Parang Pamor
Motif Batik Parang Pamor berasal dari kata“pamor”berarti memancarkan cahaya
atau bersinar. Batik Parang Pamor termasuk batik parang awal,artinya
termasuk dalam yasan Mataram Kuthagedhe pada abad XVI.
Dalam istilah keris pamor adalah hasil campuran bahan pembuat bilahan keris
yang menjadi desain yang memancarkan cahaya keindahan serta mendatangkan“daya
perbawa”atau wibawa.Makna batik parang pamor bagi si pemakai diharapkan akan
mendatangkan kewibawaan.
Parang Klitik,
motif ini merupakan pola parang dengan stilasi
motif yang lebih halus.Ukurannya pun lebih kecil,dan mengandung citra
feminin.Parang jenis ini melambangkan kelemah-lembutan,perilaku halus dan
bijaksana. Motif batik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana.Dulu
motif batik ini hanya dikenakan oleh para putri raja.
Parang Slobog,
motif parang ini menyimbolkan
keteguhan,ketelitian,dan kesabaran,dan biasa digunakan dalam upacara
pelantikan.Motif ini mengandung makna harapan agar pemimpin yang dilantik itu
diilhami petunjuk dan kebijaksanaan dalam mengemban amanah.
Bisa juga dikenakan dalam upacara kematian karena mengandung doa agar derajatnya
diangkat ke tempat yang lebih terhormat. MOTIF SLOBOG artinya agar
longgar. bagusnya untuk melayat. jangan dipakai untuk menghadiri pernikahan,
dianggap memujikan agar cepat menuju kematian
Parang Curigo
adalah salah satu motif yang termasuk pola
geometrik-parang. Ciri khas dari pola ini adalah ragam hias yang disusun sejajar
dengan sudut 45 derajat.Kemudian selalu ada ragam hias berbentuk belah ketupat
yang juga sejajar dengan ragam hias utama pola parang,ragam hias ini disebut
sebagai mlinjon.
Batik Motif Cemukiran
Motif cemukiran berbentuk motif lotus yang melambangkan kekuasaan. Motif
ini sejajar lurus dan disusun secara diagonal yang melambangkan kesuburan.
Motif ini bisanya dipakai untuk
jenis ikat kepala atau disebut udheng/dhestar atau lebih dikenal dengan sebutan
Blangkon. Corak ini berbentuk garis tepi/pinggiran bathik dengan bidang polos
yang disebut modang. Gambar yang menghiasi corak bathik ini adalah lidah api
yang mengandung makna kesaktian untuk meredam angkara, hal ini mengandung
ajaran bahwa sebelum bisa mengalahkan musuh dari luar harus bisa mengalahkan
musuh yang dating dari diri sendiri (nafsu).
Motif ini berkembang pada masa PB. III dan hanya boleh dipergunakan
Pepatihdalem dan Sentanadalem.
Motif Sembagen Huk
Motif sembagen huk yang berbentuk mirip burung phoenik yang melambangkan kelincahan,kemegahan,dan
keperkasaan.
motif ini hanya digunakan oleh
para penguasa, putera mahkota dan permaisuri/istri raja.
Motif ini merupakan motif larangan, sebelum pemerintahan Sultan HB IX
(1940-88), hanya boleh dipakai putra mahkota dan Raja.
Simbol bahwa sbg pemimpin harus
bertanggung jawab penuh pd rakyat. diibaratkan seperti Burung Hantu yang
tajam penglihatannya, meskipun malam menyelimuti kerajaan, seorang pemimpin
tetap waspada mengayomi rakyatnya. Huk merupakan kata lain dari burung hantu
Motif Batik Kawung
Motif kawung berbentuk motif
flora seperti biji aren yang melambangkan manusia dan kesuburan alam.
adalah motif yang digunakan
keluarga jauh bergelar raden mas.
Motif Batik Kawung Pada intinya motif kawung diartikan sebagai bentuk
bulat lonjong atau elips.
Motif Kawung berupa empat lingkaran atau elips mengelilingi lingkaran kecil
sebagai pusat dengan susunan memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri
atau ke kanan berselang-seling. Melambangkan 4 arah angin atau sumber tenaga
yang mengelilingi yang berporos pada pusat kekuatan, yaitu : timur (matahari
terbit: lambang sumber kehidupan), utara (gunung: lambang tempat tinggal para
dewa, tempat roh/kematian), barat (matahari terbenam : turunnya keberuntungan)
selatan (zenit:puncak segalanya).
Dalam hal ini raja sebagai pusat yang dikelilingi rakyatnya. Kerajaan merupakan
pusat ilmu, seni budaya, agama, pemerintahan, dan perekonomian. Rakyat harus
patuh pada pusat, namun raja juga senantiasa melindungi rakyatnya.
Kawung juga melambangkan kesederhanaan dari seorang raja yang senantiasa
mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Motif ini juga berarti sebagai symbol
keadilan dan kesejahteraan.
Ada yang beranggapan bahwa kawung merupakan salah satu jenis pohon palem atau
aren dengan buah yang berbentuk bundar lonjong, berwarna putih agak jernih yang
disebut “kolang-kaling”. Pendapat lain mengatakan bahwa kawung merupakan bentuk
stirilisasi teratai (Lotus) yang bermakna kesakralan dan kesucian. Pada zaman
klasik (pengaruh Hindu Budha), lotus merupakan simbol dewa-dewa. Oleh karena
itu motif ini diartikan sebagai segal sesuatu yang murni, suci, kembali ke
putih.
Batik Motif Semen
Moti semen berbentuk motif gunung yang melambangkan pertumbuhan,kesuburan,sumber
segala keberadaan,dan pusat kekuasaan.
Motif semen yang bersayap garuda ganda maupun tunggal, khusus untuk pada
anggota keluarga yang bergelar pangeran keturunan penguasa.
“Semen Romo” adalah nama sebuah motif Batik kuno, dikatakan kuno karena sejak
tahun 1940-an pun motif ini sudah dikenal. Kata “semen” dalam bahasa Jawa
mempunyai arti “semi” atau “berseminya tanaman”. Karena itu pada motif ini
terdapat banyak unsur tanaman yang mulai bersemi atau tumbuh.
Semua motif Batik Kuno atau Klasik dipercayai ditulis dengan kalam canting dan
tinta malam diiringi doa dan puasa atau berserah diri. Agar semua perlambang
yang diterjemahkan pada selembar kain yang dibatik mempunyai makna dan
mudah-mudahan diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu makna dari Semen Romo adalah sumber kehidupan manusia.‘Semen
Romo’ adalah perlambang bertemunya sperma laki2 dengan wanita, sehingga
terlahirlah kita semua. Dapat pula diartikan sebagai perlambang kesuburan.
“Semen Romo” juga mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki
oleh seorang pemimpin, ini diterjemahkan dalam 9 ornamen utama, selain
tanaman yang bersemi, dalam pembentuk motif semen romo.
Unsur penyusun motif semen umumnya terdapat ornamen yang melambangkan atau
mengajarkan hal-hal keutamaan dan kebaikan-kebaikan dalam filosofi jawa kuno
terkenal dengan ajaran Hastha Brata artinya ajaran keutamaan melalui delapan jalan,
yaitu:
- Ornamen meru, melambangkan tanah atau
bumi atau gunung tempat para dewa, melambangkan keadilan;
- Ornamen lidah api, melambangkan api
(agni) atau dewa api, lambang kesaktian untuk membela kebenaran dan menghukum
yang bersalah;
- Ornamen Baito atau kapal laut, barang
yang bergerak di air dapat dianggap sebagai lambang air atau banyu. Pada
motif-motif lain air ini dilambangkan dengan binatang-binatang yang hidup
di air, seperti katak, ular, siput dan sebagainya, melambangkan sifat
pemaaf, melambangkan sifat pemaaf;
- Ornamen burung, lambang dunia atas atau
udara. Kadang-kadang digambarkan dengan binatang lain yang terbang
misalnya kupu-kupu, melambangkan penghargaan / anugrah
- Ornamen garuda atau rajawali, lambang
matahari dan tata surya, melambangkan kebijakan dan keteguhan hati.
- Ornamen pusaka atau rembulan, pusaka
biasanya digambarkan dengan tombak, mempunyai makna semacan ndaru atau
wahyu, yaitu semacam cahaya gemerlapan, lambang kegembiraan dan
ketenangan.
- Ornamen dampar atau tahta atau
singgasana, lambang kekuasaan yang adil dan mengayomi rakyat. Biasa
dilambangkan dengan mahkota yang digubah seperti garuda.
- Ornamen binatang, binatang yang hidup di
darat, melambangkan dunia tengah atau alam semesta, dalam ajaran hindu
binatang biasa dianggap jelmaan dewa wisnu. Melambangkan kedudukan tinggi
yang andhap asor atau rendah hati.
- Pohon hayat atau bumi juga melambangkan
dunia tengah melambangkan dharma.Pemakaian kain batik motif semen biasanya
sebagai pakaian wanita.
Motif Batik Alas-alasan
MOTIF ALAS-ALASAN untuk ritual upacara-upacara agung, pengantin agung,
dan tari Bedhaya.
Alas-alasan berarti hutan, karena itulah segala
sesuatunya (hewan dan tumbuh-tumbuhan) ada dalam
motif ini seperti hewan-hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Motif Alas-alasan sangat dominan dengan ornamen hewannya
seperti stilasi laut, awan, dan hewan-hewan
Kain batik tulis alus dengan motif
Alas-alasan ditampilkan dalam komposisi yang terkesan ramai dengan gaya bebas
namun masih mengacu ke unsur alam. Bentuk-bentuk stilasi alam masih
tampak jelas dalam bentuk yang sebenarnya,
seperti jago dengan ayam betina, kupu dengan kumbang, harimau dengan
kuda, dan sebagainya. Motif Alas-alasan menekankan pada objek binatang,
sehinggga stilasi bentuk yang ditampilkan banyak
mengarah ke unsur binatang dengan penempatan
yang ditata rapi ke arah vertikal maupun
horinsontal dengan jarak yang sama. Untuk memberi kesan tidak monoton dalam
penempatan, maka peran tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan sebagai pengisi
ruang kosong dan sebagai penguhubung pada tiap-tiap bentuk binatang.
Selain itu Dari segi visual motif kain batik alas-alasan
mempunyai keindahan yang luar biasa karena memasukkan
unsur-unsur alam dengan objek hutan seisinya
yang dibuat secara spontan seakan mengingatkan
kita pada lukisan primitif dengan segala
kemegahan. Motif Alas-alasan menggambarkan keadaan hutan
atau alam seisinya yang melambangkan keadaan
Alam yang baik dan yang buruk. Namun Alas-alasan
berarti hewan yang dianggap sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.
Bila diperhatikan secara teliti dan mendalam maka pada motif Alas-alasan
tampak adanya hewan yang merusak tanaman atau memangsa hewan
lain seperti serangga dan macan, dan
hewan yang tidak merusak tanaman seperti
kupu-kupu, ular, dan sebagainya. Umumnya motif batik
alas-alasan bermotif burung, kura-kura, kelabang, katak, serangga, kepiting,
merak, dan sebagainya. Berbagai sifat hewan tersebut mengartikan
adanya kehidupan di alam ini. Manusia yang hidup untuk menuju kemakmuran
dan ketenteraman seringkali mendapat berbagai halangan dan rintangan. Jenis
batik ini sering digunakan oleh Raja untuk
upacara-upacara agung, pengantin agung, dan tari Bedhaya.
Sidomukti–sidoluhur–sidoasih-sidomulya
Motif ini melambangkan kekasih keraton.
Motif Batik Sidomukti
Berasal dari kata sido yang berarti jadi, menjadi atau terus menerus.
Mukti berarti bahagia, sejahtera,
berkecukupan. Motif ini melambangkan harapan suatu kehidupan masa depan yang
baik, penuh kebahagiaan, dan kesejahteraan yang kekal untuk pengantin tanpa
melupakan Tuhan yang telah memberi kehidupan.
Motif Batik Sido Luhur
Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan
yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.
Makna : Mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari
keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala
kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat,
maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk
keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai
hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.
Motif Batik Sido Asih
filosofinya : agar mendapatkan
cinta kasih, welas asih. Bagus dipakai ketika prosesi pernikahan bagi kedua
mempelai Asih artinya kasih sayang. Motif ini bermakna agar hidup rumah tangga
kedua pengantin selalu dipenuhi rasa kasih sayang sehingga mereka selalu merasa
bahagia dalam suka maupun duka.
Motif Batik Sido Mulya
Mulya berarti mulia. Motif ini menyimbolkan harapan agar keluarga yang dibina
akan terus menerus mendapat kemuliaan meskipun mendapat suatu kesulitan.
Namun dengan doa dan usaha yang
tekun serta sabar maka kesulitan tersebut akan teratasi. Mereka pun tetap
diberi anugerah kemuliaan.
Makna : Bahagia, rejeki melimpah, hidup dalam kemuliaan.
Motif Batik Truntum
Nama motif truntum berasal dari bahasa jawa yaitu tumaruntum yang memiliki
arti salim membimbing.
Motif Truntum yang diciptakan
oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta
yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang
tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang
(tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang
tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang
tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa
orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan
baru.
Motif Batik Pisan bali
Motif pisan bali melambangkan harapan,do’a,dan keselamatan
Beberapa bilang namanya ‘Pisang
Bali’, tapi beberapa literatur lama menyebut motif ini sebagai motif ‘Pisan
Bali’. Motif ini banyak ditemukan di pahatan batu-batu di candi-candi di Jawa
pada abad ke 9 (sembilan). Motif ini melambangkan kehormatan dan status
pemakainya. Motif ini juga banyak dibuat di Surakarta.
Madubranta
Nama motif madubranta berasal dari bahasa jawa yaitu madu dan branta.Madu
artinya manis sedangkan branta artinya cinta.motif madubranta melambangkan rasa
cinta kasing dan sayang.
Motif
Batik CIPTONING
Ornamen hias berupa sisik/gringsing, wayang, parang dan gurdo.
Simbol kebijaksanaan.
Pemakainya pada zaman kerajaan, biasanya para pejabat pemerintahan
dengan harapan agar bijaksana dlm mengatur negara.
Batik ini berasal dari daerah Yogyakarta, namun daerah lainnya banyak yang
memproduksi dengan pengembangan motif dan warnanya. Motif ciptoning termasuk
dalam pola ceplok (bentuk geometris yang diulang dan saling berhubungan).
Motif ini menceritakan Arjuna yang mesu diri, manembah, dan manekung sehingga
berhasil mengalahkan segala godaan dan hawa nafsu jahat dan menjadi Begawan
Ciptoning Mintaraga.
Dengan harapan yang mengenakan dapat meneladaninya. Dahulu kain motif ini
dikenakan oleh para ksatria.
Batik motif ciptoning tersusun
dari beberapa motif yaitu motif wayang, motif parang, motif gurda, motif
burung, isen-isen, yang kesemuanya dipadukan menjadi satu kesatuan motif yang
cantik dan menarik.
Dulunya kain batik motif ciptoning dimanfaatkan sebagai kain panjang pada acara
resmi.
Motif SEGARAN CANDI BARUNA
Baruna merupakan dewa lautan, dewa yang mengajarkan makna hidup dan kehidupan
kpd Bima dlm pencariannya mengenai hakiki hidup.
Motif ini menjadi kebanggaan raja raja di Pura Pakualaman
Batik Motif ABIMANYU
Abimanyu merupakan putra Arjuna (Pandawa).
Ia akan mempunyai keturunan
(Parikesit) yg akan menurunkan ksatria yg menjadi raja-raja Jawa. Motif ini
menyiratkan harapan agar pemakainya dapat memiliki sifat sifat ksatria seperti
sang Abimanyu.
Motif Batik Sekar Jagad
Sekar=bunga, Jagad= dunia,
Ornamen motif ini berupa aneka bunga dan tanaman yang tumbuh di seluruh dunia,
tersusun di dalam bentuk-bentuk elips.
Motif Sekar Jagad mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain
yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad
sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga
motif ini juga melambangkan keragaman diseluruh dunia.
Sekar jagad melambangkan luapan
kegembiraan hati serta kebahagiaan. Oleh karena itu pada berbagai kesempatan
acara keluarga, sering dipakai, misal pada pertunangan, wisuda, syukuran, dll.
Pada acara ijab kabul dipakai orang tua pengantin putri. Melambangkan
kegembiraan hati orang tua karena putrinya telah mendapatkan jodoh.
Grompol atau Grombol
Grompol dalam bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Melambangkan harapan
orang tua agar semua hal yang baik akan berkumpul, yaitu rejeki, kebahagiaan,
kerukunan hidup, ketentraman untuk kedua keluarga pengantin.
Selain itu, juga bermakna harapan
supaya pasangan keluarga baru itu dapat berkumpul atau mengingat keluarga
besarnya ke mana pun mereka pergi. Harapan yang lain agar semua sanak saudara
dan para tamu akan berkumpul sehingga pesta pernikahan berjalan meriah.
Motif Batik Tambal
(Tambal Kanoman, Surakarta)
Konon, orang sakit yang menggunakan motif tambal sebagai selimut akan lekas
sembuh. Menurut Serat Sanasunu karya R.Ng. Yasadipura II, rakyat biasa dilarang
memakai motif Tambal Kanoman karena menimbulkan sesuatu yang tidak baik. Motif
ini pun sebaiknya tidak dipakai pengantin karena dikhawatirkan akan mendapat
kesulitan ekonomi. Seperti telah disebutkan di atas motif tambal diilhami dari
pakaian pendeta yang bertambal. Pakaian itu sering dianggap sebagai pakaian
orang miskin.
Tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan
hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik,
lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bias membantu
kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit
tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang
sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu
“ditambal”.
Motif Batik Udan Riris
Motif Udan Riris termasuk dalam pola lereng yang terdiri dari minimal 7 motif
batik yaitu lidah api setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada ada,
untu walang, yang tersusun dalam bentuk lereng berlatar putih. Udan Riris
berarti hujan rintik-rintik melambangkan kesuburan yang barokah untuk
kesejahteraan lahir batin
Tambal dalam bahasa Jawa artinya
menambal atau memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik. Motif ini merupakan
perpaduan berbagai motif yang diilhami pakaian para pendeta yang terbuat dari
kain bertambal.Dipercaya pakaian pendeta itu dapat melawan pengaruh-pengaruh
jahat atau tolak bala.
Dahulu termasuk motif larangan
yang hanya boleh dikenakan raja dan keluarganya.
Mengharapkan rejeki yang datang
terus-menerus, meski tidak besar namun berlangsung secara berkesinambungan,
seperti halnya hujan gerimis yang telah memberi kehidupan di bumi sehingga
biji-bijian dapat bersemai dan tumbuh menjadi tanaman untuk dimakan manusia
(memberi kesejahteraan/prosperity) Arti kedua, menggambarkan perasaan yang
tengah berduka seperti rintik rintik air hujan.
Motif
Batik Rujak Senthe
Motif RUJAK SENTHE motif
ini termasuk motif lereng karena motif ini selalu identik dengan garis-garis
diagonal yang bermotif, biasanya paling tidak terdiri dari 7 motif batik,
diantaranya : lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis,
ada-ada, dan watu walang.
Rujak Senthe ketujuh motif
tersebut berlatar hitam
Rujak Senthe dari kata rujak
tentu langsung terfikirkan macam-macam buah-buahan yg diberi cairan gula aren
yang telah diberi cabe/rawit dan terasi yang akan memberikan rasa kesegaran dan
kesenangan dan juga rasa pedas bagi penikmatnya. Merupakan suatu sensasi yang
bermacam-macam.
Oleh karena itu motif rujak
senthe terdiri dari beberapa motif yang tentunya memberikan rasa senang bagi
pemakainya, selain juga menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupannya.
bahwa dalam menjalani kehidupan harus disertai ketabahan dan prihatin biarpun
dilanda panas dan hujan. Dalam suatu rumah tangga segala macam halangan dan
rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Dahulu kedua motif ini termasuk motif larangan yang hanya diperkenankan
dikenakan oleh keluarga kerajaan.
SEMOGA BERMANFAAT
Agar diterapkan sesuai dengan fungsi dan penciptaannya...jangan asal cocok
(fashionable)
sumber : akucintanusantaraku.blogspot.com