Jangan kira mabuk hanya diakibatkan oleh minuman
keras atau terjadi di perjalanan saja. Mabuk juga bisa terjadi di Pasar Grosir
Batik Setono, Pekalongan, Jawa Tengah.
Kira-kira guyonan itulah yang dilontarkan salah seorang pengunjung pasar berasal dari Jakarta bernama Arifin (36). Bagaimana tidak, 600 kios menjajakan aneka batik berupa kaos, kemeja, hingga asesoris.
"Mabuk pasti kan, banyak sekali pilihannya,"ujar Arifin saat ditemui Kompas.com mengunjungi Pasar Batik Setono Pekalongan.
Ia menyeka keringat di dahinya usai berputar-putar mencari batik untuk oleh-oleh keluarga serta rekan kerjanya. Pria itupun kembali menghampiri toko batik lainnya, meski beberapa plastik belanja batik sudah terpegang erat di tangan kanannya.
Pasar yang menjadi sentra batik di Pekalongan itu berada di Jalan Dr Sutomo Pekalongan, jalur utama pantai utara yang menghubungkan antara Tegal - Semarang. Pasar yang diawali dengan perkumpulan warga pebatik sekitar tahun 1939 itu menjadi pusat perdagangan batik yang cukup tenar di Pulau Jawa.
Khoiru Saifudin, salah seorang pedagang di sana mengungkapkan, tak hanya menjajakan batik di kios-kios, para pedagang di pasar itu juga menyuplai batik ke penjuru Tanah Air, misalnya Pasar Tanah Abang Jakarta, Yogyakarta, Bali, Makassar serta beberapa provinsi di Pulau Sumatera.
"Kebanyakan, pedagang di sini nggak buka di tempat lain. Cuma suplai. Pada pilih di sini," ujarnya.
Soal harga, tentu relatif. Kualitas bahan menentukan harga yang harus dibayar pengunjung. Di toko Khoiru misalnya, kemeja batik lengan panjang dengan bahan katun dihargai Rp 50.000 saja, tapi, bahan sutra bisa mencapai harga Rp 4juta.
Sementara itu, batik lengan pendek berbahan katun dihargai Rp 25.000, dan yang berbahan sutra mencapai Rp 2 juta. Daster wanita dewasa ber kisar Rp 25.000 hingga Rp 200.000. Pengunjung yang hanya ingin membeli bahan batik dapat merogoh kocek Rp 50.000 per 2 meter.
Momentum Idul Fitri seperti saat ini, sangat dimanfaatkan pedagang betul untuk meraup untung. Pemudik yang melewati jalur pantura sebagian besar menghentikan kendaraannya untuk membeli batik.
Sayangnya, pengunjung yang datang di Lebaran 1434 Hijriah ini tak lagi bisa menikmati harga batik yang lebih murah seperti tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM bersubsidi mendongkrak harga beberapa jenis batik yang didagangkan.
Upaya meraup untung yang lebih besar oleh pedagang pun diurungkan, meski ada beberapa barang yang harganya naik. Mereka berfikir lebih baik untung sedikit tapi pengunjung tetap banyak yang datang ketimbang sebaliknya.
"Ada beberapa harga batik yang naik. Nggak semuanya, misalnya batik khusus perempuan saja. K enaikannya maksimal 10 persen saja," lanjutnya. Nah, bagaimana, ingin mencoba mabuk di tengah-tengah pasar batik Setono?
Kira-kira guyonan itulah yang dilontarkan salah seorang pengunjung pasar berasal dari Jakarta bernama Arifin (36). Bagaimana tidak, 600 kios menjajakan aneka batik berupa kaos, kemeja, hingga asesoris.
"Mabuk pasti kan, banyak sekali pilihannya,"ujar Arifin saat ditemui Kompas.com mengunjungi Pasar Batik Setono Pekalongan.
Ia menyeka keringat di dahinya usai berputar-putar mencari batik untuk oleh-oleh keluarga serta rekan kerjanya. Pria itupun kembali menghampiri toko batik lainnya, meski beberapa plastik belanja batik sudah terpegang erat di tangan kanannya.
Pasar yang menjadi sentra batik di Pekalongan itu berada di Jalan Dr Sutomo Pekalongan, jalur utama pantai utara yang menghubungkan antara Tegal - Semarang. Pasar yang diawali dengan perkumpulan warga pebatik sekitar tahun 1939 itu menjadi pusat perdagangan batik yang cukup tenar di Pulau Jawa.
Khoiru Saifudin, salah seorang pedagang di sana mengungkapkan, tak hanya menjajakan batik di kios-kios, para pedagang di pasar itu juga menyuplai batik ke penjuru Tanah Air, misalnya Pasar Tanah Abang Jakarta, Yogyakarta, Bali, Makassar serta beberapa provinsi di Pulau Sumatera.
"Kebanyakan, pedagang di sini nggak buka di tempat lain. Cuma suplai. Pada pilih di sini," ujarnya.
Soal harga, tentu relatif. Kualitas bahan menentukan harga yang harus dibayar pengunjung. Di toko Khoiru misalnya, kemeja batik lengan panjang dengan bahan katun dihargai Rp 50.000 saja, tapi, bahan sutra bisa mencapai harga Rp 4juta.
Sementara itu, batik lengan pendek berbahan katun dihargai Rp 25.000, dan yang berbahan sutra mencapai Rp 2 juta. Daster wanita dewasa ber kisar Rp 25.000 hingga Rp 200.000. Pengunjung yang hanya ingin membeli bahan batik dapat merogoh kocek Rp 50.000 per 2 meter.
Momentum Idul Fitri seperti saat ini, sangat dimanfaatkan pedagang betul untuk meraup untung. Pemudik yang melewati jalur pantura sebagian besar menghentikan kendaraannya untuk membeli batik.
Sayangnya, pengunjung yang datang di Lebaran 1434 Hijriah ini tak lagi bisa menikmati harga batik yang lebih murah seperti tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM bersubsidi mendongkrak harga beberapa jenis batik yang didagangkan.
Upaya meraup untung yang lebih besar oleh pedagang pun diurungkan, meski ada beberapa barang yang harganya naik. Mereka berfikir lebih baik untung sedikit tapi pengunjung tetap banyak yang datang ketimbang sebaliknya.
"Ada beberapa harga batik yang naik. Nggak semuanya, misalnya batik khusus perempuan saja. K enaikannya maksimal 10 persen saja," lanjutnya. Nah, bagaimana, ingin mencoba mabuk di tengah-tengah pasar batik Setono?
Sumber : kompas.com
Sumber foto : kompasiana.com
No comments:
Post a Comment