Dalam rangka memeriahkan Pekan Batik Nusantara (PBN) 2016, sekaligus mengapresiasi atas mahakarya desainer batik, Pemkot Pekalongan menggelar gala dinner dan Fashion Show dengan tema ‘Mahakarya Batik Pekalongan’ di halaman Museum Batik, Selasa (4/10) malam.
Sebanyak sembilan desainer batik Pekalongan dan empat desainer dari SMESCO (Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau LLP-KUKM bentukan Kementerian Koperasi dan UKM), turut meriahkan fashion show tersebut. Busana-busana batik yang ditampilkan itu antara lain oleh para desainer dari Wirokuto Batik, Batik Pesisir, Batik Smesco, Tobal Batik, Batik Qonita, Batik Zikin, Batik Kalongguh, Batik Luza dan lain sebagainya.
Meski sempat diguyur hujan, namun antusias tamu undangan serta masyarakat sangat tinggi untuk menyaksikan beragam desain busana batik yang disuguhkan dan diperagakan puluhan model wanita cantik dan beberapa model pria itu. Acara dimeriahkan pula dengan penampilan Nina Tamam. Penyanyi mantan anggota kelompok vokal ‘Warna’ itu menghibur seluruh tamu yang hadir dan masyarakat yang menyaksikan perhelatan fashion show.
Turut hadir dalam gala dinner dan fashion show ini, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, Walikota Pekalongan HA Alf Arslan Djunaid, para pemerhati dan pecinta batik, jajaran forkompinda setempat, serta masyarakat umum. Ketua Pekan Batik Nusantara (PBN) 2016, Slamet Prihantono menyampaikan, fashion show ini sekaligus untuk memberikan kesan bahwa kain batik juga bisa dibuat secara ‘fashionable’.
“Bahkan pertunjukan busana ini sekaligus menjadi momentum untuk mengetahui tren batik 2017 mendatang akan seperti apa,” kata dia.
Dia menambahkan, para pengrajin batik dan desainer batik asal Pekalongan itu patut diapresiasi karena terus mengalami pertumbuhan pesat. Bahkan, berdasarkan datanya, produsen batik asal Pekalongan menyumbang pasokan 60-70 persen batik yang ada di Indonesia. “Mitra kerja pengrajin batik di Pekalongan sudah cukup banyak dari luar kota.
Tidak mengherankan kerajinan batik di sini terus tumbuh dan memasok 60-70 persen batik di seluruh Indonesia,” kata dia.
Sementara itu Walikota Pekalongan, HA Alf Arslan Djunaid berharap perkembangan usaha batik saat ini mampu menjadi penggerak kegiatan ekonomi rakyat yang mendominasi masyarakat Kota Pekalongan, agar mampu membantu perekonomian rakyat dan berbasis kearifan lokal dan kebudayaan. Ia juga mengatakan bahwa sebuah survei berdasar data Kementerian Perdagangan RI, menunjukkan 70 persen responden mengenal dan memberi apresiasi kepada produk batik. Angka 70 persen responden itu juga mengaku menggunakan batik minimal sekali dalam sebulan. Hal itu menunjukkan pencapaian yang cukup baik di bidang batik oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. “Upaya ini terus kita gelorakan termasuk pada gelaran fashion show dan PBN 2016 ini agar capaian dari survei tersebut bisa meningkat, sehingga hampir bisa dikatakan bahwa seluruh dunia mengenal Batik khususnya Batik Pekalongan,” Alex, sapaan akrabnya.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf, mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendukung produksi batik di Indonesia. Bentuk dukungan tersebut salah satunya diwujudkan dalam pelarangan masuknya produk tekstil yang mirip batik. “Produk tekstil yang mirip batik itu sudah dilarang, tujuannya untuk melindungi produsen batik dalam negeri. Tekstil yang memiliki motif batik tersebut bukanlah kain batik. Batik yang asli adalah batik tulis atau cap. Selain itu hanya tekstil yang motifnya mirip batik,” ungkapnya.
Desainer sekaligus pemilik Batik Wirokuto, H Romi Oktabirawa, mengapresiasi adanya Pekan Batik yang dilaksanakan rutin tiap tahun. Even tersebut sangat diperlukan untuk membangun branding batik Kota Pekalongan. Romi menambahkan, momentum itu digunakan pula sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang batik asli. Dia menjelaskan, batik merupakan proses, hingga menjadi kain batik.
FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batiktulismas
No comments:
Post a Comment