Sejak dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009, batik, sebuah karya seni yang dituangkan ke dalam kain melalui ujung-ujung canting, semakin memiliki tempat di hati banyak orang.
Sebagai warisan yang harus terus dijaga dan dipertahankan, sebuah pameran khusus batik yang baru pertama kali diselenggarakan, sedang berlangsung selama empat hari di Jakarta Convention Center. Dalam pameran ini juga, selain pengunjung bisa memilih beragam kain batik, baju batik berkualitas tinggi, juga diadakan lelang batik.
Salah satu dari dua batik yang berhasil terjual dalam lelang dengan nilai sebesar Rp8 juta hari ini, ternyata memiliki makna mendalam dalam setiap goresannya.
Batik yang diberi nama Muhammad Ali, yang merupakan nama dari petinnju legendaris kelas dunia, berhasil dilelang dengan harga tinggi. Batik ini merupakan karya Ibu Yori Nooraini, dari Rumah Seni Pikatan, Temanggung, Jawa Tengah.
Ditemui di booth miliknya, Yori menceritakan bagaimana dia memperoleh inspirasi batik Muhammad Ali tersebut, dan berapa lama proses pembuatannya, yang ternyata menggunakan pewarna alami, yang membutuhkan proses pencelupan lebih banyak.
"Batik Muhammad Ali dibuat dari dia meninggal sampai pameran ini, sekitar empat bulanan. Membuat batik, apalagi dengan warna alam prosesnya lama. Pencelupannya tidak satu kali. Satu warna bisa beberapa kali celup," jelas Yori pada VIVA.co.id, di Cendrawasih Hall, JCC, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016.
Yori mengaku bahwa kematian Muhammad Ali telah membuatnya sadar betapa baik kepribadian petinju legendaris tersebut, hingga semua orang merasakan kehilangan petinju yang meninggal dunia akibat parkinson tersebut.
"Saya menangis waktu dia meninggal, banyak orang tidak hanya muslim, kulit putih, kulit hitam semua bersedih karena hebatnya dia. Desain batik ini terinspirasi dari sisi kehidupan sang legenda tinju dunia Muhammad Ali, bagaimana dia melakukan kebaikan-kebaikan dan memuliakan kehidupannya, di atas kehidupan besarnya yang terlihat 'keras, sombong, glamor, dan tidak bersahabat,".
"Dengan kekuatan cintanya pada sang Pencipta, dia menyampaikan pesan dengan kelembutan, kebersahajaan dan kasih sayang."
Bahkan Yori mengaku setelah mengetahui petinju tersebut meninggal dunia, dia melihat kembali semua video tentang Muhamad Ali di YouTube, hingga mengetahui betapa baik petinju tersebut, yang akhirnya membuatnya terinspirasi menuangkan ceritanya ke dalam kain berukuran 250 x 115 sentimeter, dan selendang berukuran 235 x 75 sentimeter dengan rumbai, berbahan sutera ATBM.
"Di lihat dari motifnya kawung sarung tinju berbentuk hati, sebagai pesan tentang kelembutan, kerendahan hati dan cinta kasih terhadap sesama. Galar yang ada di antaranya, kotakan terus stupa, memiliki makna kekuatan dia dengan Tuhan, dia sangat religius. Sedangkan mawar biru berarti duka."
Kain ini sendiri dibuat dengan teknik pencelupan warna alam, yaitu mahogani, soga, daun tom (indigovera).
Selain kain Muhammad Ali, kain batik yang terjual satu lagi adalah batik Taman Telaga Teratai karya program doktoral seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Bandung. Mengadopsi tema tiga Keraton Cirebon, yang memiliki makna spiritualitas, mitos kota Cirebon.
Semua hasil lelang akan diberikan pada pecanting kain tersebut."Hasil lelang akan diberikan pada pecanting,"
FB : Griya Batik Mas, Instagram : tokobatikmas, kainbatikmas, batikulismas
No comments:
Post a Comment