Saturday, April 18, 2015

Perajin Batik Kembangkan Motif Baru

tokobatikmas.com

Para perajin batik Semarang mulai mengembangkan motif-motif baru untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan akhir tahun ini.
Sebelumnya, berbagai motif ciri khas Semarang seperti motif batik Tugu Muda, Lawang Sewu, daun Asem dan Arang banyak diproduksi oleh perajin batik Semarang. Saat ini, mereka mulai mengembangkan motif-motif baru tentunya masih seputar ciri khas kota Semarang.
Misalnya, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), nama-nama jalan dengan kekhasannya seperti Jalan Srondol yang dilambangkan dengan Blekok karena di sepanjang jalan tersebut banyak burung Blekok di pepohonan. Kemudian, ada motif Vihara di Jalan Watugong, Sam Po Koong, burung Merak di Jalan Merak, serta bandeng presto dan lumpia yang merupakan makanan khas kota Semarang dan juga Warak Ngendog.
”Mereka mengembangkan motif-motif baru sesuai dengan ciri khas kota Semarang. Misalnya, Sam Poo Kong, Warak Ngendog, Merak dan masih banyak lagi. Motif-motif tersebut sebelumnya belum ada dan belakangan mulai banyak yang membuat,” tutur Ketua Paguyuban Kampung Batik Semarang Tri Mujiono di Kampung Batik Bubakan Semarang, akhir pekan lalu.
Motif baru tersebut, kata dia, merupakan inovasi yang dilahirkan oleh perajin untuk menghadapi MEA 2015. Inovasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen. Konsumen akan bosan dengan motif yang itu-itu saja. Banyaknya motif membuat konsumen dihadapkan dengan banyak pilihan.
”Jangan sampai kalah dengan produk asing. Batik merupakan andalan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam menghadapi gempuran produk impor. Sudah saatnya berbenah diri menghadapi persaingan yang semakin sengit,”.
Selain motif baru, perajin batik juga menyiapkan kualitas serta kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk penguatan bagi kalangan perajin batik. Pihaknya menyambut baik langkah pemerintah yang mewajibkan perajin batik memiliki Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Untuk membentengi diri dari serbuan batik asing, perajin batik diwajibkan memiliki SKKNI di bidang batik. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Provinsi Jateng akan membantu para perajin batik untuk memiliki sertifikasi ini.
Dengan SKKNI ini diharapkan kualitas dari pelaku industri batik sesuai dengan standar yang diharapkan. Sehingga produk yang dihasilkan dapat berkualitas dan berdaya saing tinggi mengalahkan batik asing.
Dikatakan Tri, terhitung di Kampung Batik Semarang Bubakan ada sekitar lima perajin. Selama ini masih mengalami banyak kendala dan tantangan ke depan. Di antaranya keterbatasan pemasaran, kekurangan modal sampai permasalahan limbah.

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style