Batik secara etimologis merupakan istilah asli tradisional Jawa dari
gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan
"titik" yang bermakna "titik". Dari istilah ini Batik mengacu pada dua
pengertian ;
yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional,
teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Dalam istilah
internasional "Batik is an Indonesian traditional word and refers to a
generic wax-resist dyeing technique used on fabric
(http://www.translationdirectory.com/glossaries/glossary098.htm)".
Batik
sebagai kata benda adalah "a dyed fabric; a removable wax is used where
the dye is not wanted", batik (dye with wax), sebagai kata karja
bermakna "Indonesian fabrics are often batiked"
(http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn?s=batik). Pengertian kedua
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk
penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia,
sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Beberapa
penulis meyakini bahwa kata batik merupakan kata asli Indonesia dan
(seni) batik merupakan karya seni hasil budaya bangsa Indonesia yang
sudah termasuk tua. Dalam Babad Sengkala tahun 1633 dan dalam Pandji
Djaja Lengkaratahu 1770, kata-kata batik dan membatik sudah ada. Tulisan
pada lontar dari Kerajaan Galuh (Cirebon Selatan) kira-kira pada tahun
1520, sudah ada kata tulis dan lukis. Seni batik pada waktu itu dibuat
oleh para pria yang dinamakan lukis, sedangkan (seni) batiknya disebut
tulis. Menurut sumber dar iJawa Timur tahun 1275 disebutkan sudah ada
beberapa pola seperti pola grinsing yang menurut Rouffaer pola grinsing
hanya dapat dibuat dengan alat canting, namun tidak jelas seperti apa
bentuk alat cantingnya dan apakah istilah batik sudah digunakan waktu
itu.
Ditinjau dari segi bahasa, kata batik berasal dari bahasa
Jawa, berasal dari akar kata tik yang berarti kecil. Di daerah-daerah
lain di Indonesia banyak kata yang berakhiran tik dengan arti yang
hampir serupa yaitu kecil, misalnya leutik berarti kecil, pabatik
berarti melukis tubuh orang, mahapantik berarti menulis, patik berarti
menggambar. Kata ambatik dapat diartikan menulis atau menggambar serba
kecil atau rumit. Di dalam seni batik, kata ambatik atau anyerat
diartikan menggambar atau menulis serba rumit di atas kain. Karena
menggambar serba rumit di atas kain hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan alat canting tulis dan menggunakan lilin batik sebagai zat
perintang warna, maka istilah atau kata batik lahir setelah ditemukannya
alat canting tulis dan lilin batik. Sebelumnya orang tidak menyebut
batik. Walaupun motif-motif yang selanjutnya dituangkan dalam (seni)
batik itu sudah tidak ada. Sebagai contoh, motif-motif yang terdapat di
candi-candi sudah ada sebelum lahirnya (seni) batik. Diperkirakan seni
ukir di Indonesia sudah lebih tua usianya dibandingkan dengan seni batik.
Dengan ditemukannya canting tulis dan lilin batik berakibat
memacu kreatifitas para seniman batik Indonesia sehingga (seni) batik
Indonesia mencapai kualitas tertinggi mulai saat itu, apalagi didukung
oleh beberapa kemudahan seperti adanya zat warna sintetis, teknologi
pembuatan canting tulis dan pembuatan lilin batik yang semakin sempurna,
penyediaan kain mori dengan kualitas yang baik, menyebabkan batik
Indonesia terkenal sampai ke luar negeri. Selanjutnya produk batik
berkembang tidak sekedar produk (seni) batik tetapi menjadi produk
industri (kerajinan) batik. Batik sudah menjadi mata dagangan dan
pembatikan sudah merupakan mata pencaharian sebagian masyarakat
Indonesia.
Sumber : //www.pekalongan.go.id
No comments:
Post a Comment