Tiga bagian utama dari canting ini mewakili jiwa orang jawa yang merupakan tempat asalnya batik tulis. Gagang menggambarkan pondasi yang kuat berupa keimanan kepada Tuhaan Yang Maha Esa, kemudian Nyamplung menandakan kebesaran hati dalam menampung semua permasalahan kehidupan, dan cucuk sendiri melambangkan istilah sedikit bicara banyak bekerja, dimana cucuk ini berukuran kecil dan harus sangat hati - hati jika ingin mengeluarkan malam dari cucuk ini.
Canting bagi orang awam mungkin disebut benda mati, tetapi bagi orang - orang yang benar - benar memahami dan menjiwai masalah batik, maka canting ini merupakan benda yang bernyawa, mempunyai ruh yang menyuguhkan corak - corak keindahanyang tak pernah mengenal kata kesudahan, yang tak pernah bisa ditelan ruang dan zaman.
Untuk menghasilkan batik tulis yang bernilai maka diperlukan penyatuan diri antara jiwa pembatik dengan canting yang akan digunakan untuk menulis batik tulis. Dibutuhkan juga harmoni antara hembusan nafas dan perasaan ketika mulai menuangkan cairan malam dalam lembaran kain putih. Tidak hanya dibutuhkan kekuatan untuk memegang gagang canting,tapi juga kebesaran jiwa dan kesabaran dalam menciptakan mili demi mili goresan keindahan yang keluar dari cucuk canting.
Dengan perpaduan jiwa yang telah bersinergi tersebu terciptalah maha karya keindahan batik tulis yang seolah - olah bernyawa.
No comments:
Post a Comment