Solo Batik Carnival (SBC) 7 yang digelar di Stadion
Sriwedari Solo, Minggu (22/6) sore, berlangsung meriah. Acara tahunan yang
dibuka oleh Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu, diawali dengan pementasan
sendratari kolosal Wahyu Tumurun.
Sendratari kolosal yang bercerita tentang keegoisan tiga motif batik yang sudah ada terlebih dahulu tersebut berhasil memukau ribuan penonton, yang memadati stadion bersejarah tersebut.
Tiga motif batik itu diantaranya motif Buketan, Truntum dan motif Sidomukti. Dalam perjalanannya tiga motif batik itu saling mengklaim sebagai batik yang paling baik di antara ketiga batik yang ada. Batik motif Truntum, mengaku dirinya paling berharga, karena memiliki filosofi keagungan yang terkandung dalam dirinya. Sedangkan Sidomukti memiliki filosofi tinggi mengenai kehormatan, sehingga batik itu harus ada dalam setiap masyarakat. Sementara Buketan memiliki filosofi kemakmuran bagi para pemakaianya, sehingga harus digolongkan sebagai batik yang terbaik.
Keegoisan yang terus dipertahankan oleh ketiga motif tersebut, membuat ketiganya bersitegang dan terjadi peperangan. Namun sebelum terjadi peperangan yang lebih besar dan menimbulkan korban, muncullah Pemimpin di Negeri Pembatikan yang diperankan oleh walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang sekaligus membawa motif Wahyu Tumurun yang dikenal bersih dan membawa perdamaian.
Usai pertunjukan yang berdurasi 25 menit tersebut, para peserta SBC memamerkan kostum batik dengan berbagai model yang ada, di lintasan lari Stadion yang merupakan Monumen PON I tersebut. Sambutan luar biasa, dilakukan oleh ribuan penonton, saat peserta SBC keluar stadion dan memasuki Jalan Slamet Riyadi, menuju Balai Kota Solo.
Ketua Yayasan SBC, Susanto, mengatakan SBC 7 ini diikuti 200 talent, 160 penari, 150 prajurit TNI dari Korem 074/Warastratama Surakarta, 25 pemusik, dan 10 peserta dari Kalimantan Timur serta 180 volunteer ini disutradarai Sosiawan Leak. Kostum yang memperoleh penghargaan President Award di Pasadena Tournament of Roses California Amerika pun juga ditampilkan. Sementara pemilihan tema Wahyu Tumurun dalam Sendratari SBC 7 mempunyai makna luar biasa, mulai dari ketenangan, kedamaian dan tatanan kehidupan.
"Pementasan ini adalah bagian eksplorasi batik yang kami lakukan selama berbulan-bulan, dengan kegiatan ini kami berharap batik akan tetap terjaga sebagai warisan dunia," ujarnya.
Menparekraf, Mari Elka Pangestu mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Kota dalam upaya melestarikan batik. Dengan digelarnya SBC, semakin menambah referensi masyarakat untuk memanfaatkan batik yang ada.
"SBC bukan sekedar mengangkat batik tapi juga melestarikan dengan membuatnya hidup dengan mengangkatnya dalam karanval. Karnaval mulai dari Jember kemudian diikuti Solo sekarang ada 23 kota yang memiliki karnaval. SBC sekarang sudah menjadi kalender event nasional," ucapnya
Sendratari kolosal yang bercerita tentang keegoisan tiga motif batik yang sudah ada terlebih dahulu tersebut berhasil memukau ribuan penonton, yang memadati stadion bersejarah tersebut.
Tiga motif batik itu diantaranya motif Buketan, Truntum dan motif Sidomukti. Dalam perjalanannya tiga motif batik itu saling mengklaim sebagai batik yang paling baik di antara ketiga batik yang ada. Batik motif Truntum, mengaku dirinya paling berharga, karena memiliki filosofi keagungan yang terkandung dalam dirinya. Sedangkan Sidomukti memiliki filosofi tinggi mengenai kehormatan, sehingga batik itu harus ada dalam setiap masyarakat. Sementara Buketan memiliki filosofi kemakmuran bagi para pemakaianya, sehingga harus digolongkan sebagai batik yang terbaik.
Keegoisan yang terus dipertahankan oleh ketiga motif tersebut, membuat ketiganya bersitegang dan terjadi peperangan. Namun sebelum terjadi peperangan yang lebih besar dan menimbulkan korban, muncullah Pemimpin di Negeri Pembatikan yang diperankan oleh walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang sekaligus membawa motif Wahyu Tumurun yang dikenal bersih dan membawa perdamaian.
Usai pertunjukan yang berdurasi 25 menit tersebut, para peserta SBC memamerkan kostum batik dengan berbagai model yang ada, di lintasan lari Stadion yang merupakan Monumen PON I tersebut. Sambutan luar biasa, dilakukan oleh ribuan penonton, saat peserta SBC keluar stadion dan memasuki Jalan Slamet Riyadi, menuju Balai Kota Solo.
Ketua Yayasan SBC, Susanto, mengatakan SBC 7 ini diikuti 200 talent, 160 penari, 150 prajurit TNI dari Korem 074/Warastratama Surakarta, 25 pemusik, dan 10 peserta dari Kalimantan Timur serta 180 volunteer ini disutradarai Sosiawan Leak. Kostum yang memperoleh penghargaan President Award di Pasadena Tournament of Roses California Amerika pun juga ditampilkan. Sementara pemilihan tema Wahyu Tumurun dalam Sendratari SBC 7 mempunyai makna luar biasa, mulai dari ketenangan, kedamaian dan tatanan kehidupan.
"Pementasan ini adalah bagian eksplorasi batik yang kami lakukan selama berbulan-bulan, dengan kegiatan ini kami berharap batik akan tetap terjaga sebagai warisan dunia," ujarnya.
Menparekraf, Mari Elka Pangestu mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Kota dalam upaya melestarikan batik. Dengan digelarnya SBC, semakin menambah referensi masyarakat untuk memanfaatkan batik yang ada.
"SBC bukan sekedar mengangkat batik tapi juga melestarikan dengan membuatnya hidup dengan mengangkatnya dalam karanval. Karnaval mulai dari Jember kemudian diikuti Solo sekarang ada 23 kota yang memiliki karnaval. SBC sekarang sudah menjadi kalender event nasional," ucapnya
Sumber : merdeka.com