Tempat Wisata Belanja dan Edukasi Pelatihan Membatik (Showroom Batik, Workshop Batik dan Pendopo Pelatihan)
Saturday, February 28, 2015
Bupati Banyuwangi Perkenalkan Batik Khas Kotanya di IFW 2015
Batik sudah menjadi salah satu bagian dari budaya Indonesia yang dipelihara dan diwariskan secara turun-menurun. Setiap daerah di Tanah Air memiliki berbagai macam jenis dan corak batik yang beraneka ragam, salah satunya adalah kota Banyuwangi.
Meski eksistensi batik Banyuwangi belum begitu terdengar gaungnya, namun antusiasme dari para turis lokal maupun mancanegara banyak berdatangan. Inilah yang membuat pemerintah daerah kota Banyuwangi tergerak untuk mempromosikan batik ciri khasnya ke hadapan masyarakat luas melalui ajang Indonesia Fashion Week 2015 (IFW 2015).
"Banyak yang bertanya sama saya, kalau mau beli oleh-oleh batik khas Banyuwangi di mana? Dari situlah kita ingin mengenalkan batik Banyuwangi lebih gencar lagi melalui ajang fashion week ini," tutur Bupati Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas, M.Si dalam konferensi pers Novum Etno: Colorful Banyuwangi di IFW 2015, Senayan, Jakarta Pusat.
Keikutsertaan kota Banyuwangi pada perhelatan tahunan ini diakui Anas merupakan kelanjutan dari rangkaian acara festival batik yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini pula yang mendorongnya untuk bekerja sama dengan desainer Priscilla Saputro yang bertugas untuk mengolah kain batik Banyuwangi menjadi koleksi busana yang siap pakai dan dapat dikenakan oleh semua orang.
Tak hanya itu saja, Anas dan Priscilla juga bekerja sama dalam mendorong industri batik dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada pembatik asli Banyuwangi agar bisa menciptakan karya yang tak kalah menarik dengan desainer ternama. "Jadi ada semacam transfer knowledge yang diberikan agar jumlahnya pembatik meningkat dan perekonomian di bidang industri kreatif juga meningkat,".
Lebih lanjut bupati yang memimpin Banyuwangi sejak 2010 ini mengatakan, kotanya memiliki lebih dari 40 jenis motif batik yang berbeda-beda. Bersama sang desainer Priscillia, ia berencana akan mengembangkan setidaknya 20 jenis motif batik baru yang didapat dari hasil kombinasi antara batik-batik tersebut.
Salah satu motif batik yang paling terkenal adalah motif Gajah Oling, yaitu batik yang memiliki corak seperti bentuk tanda tanya yang memiliki filosofi bahwa setiap orang harus selalu ingat kepada Tuhannya. Dengan hadirnya batik Banyuwangi di IFW 2015 ini, pria 41 tahun tersebut berharap bahwa kain tradisional khas Banyuwangi akan lebih dikenal lagi di hadapan masyarakat luas.
Semangat Anas dalam mempromosikan kebudayaan khas Banyuwangi ini juga turut didukung penuh oleh menteri pariwisata Arief Yahya. Ia mengatakan kota Banyuwangi merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan industri kreatif yang sangat pesat.
"Kalau pemerintah daerah konsisten mempromosikan Banyuwangi untuk kegiatan pariwisata termasuk mengangkat festival batik menjadi salah satu ajang internasional, saya yakin acara ini akan sukses menarik pengunjung lokal maupun luar negeri,
Rumah Mode Australia Terkesima Koleksi Batik Indonesia
Kendati hubungan diplomatik Australia dan Indonesia sedang tegang karena kasus hukuman mati, namun kecintaan terhadap budaya RI tetap hidup. Setelah sebelumnya, Paviliun Indonesia ramai dikunjungi warga Negeri Kanguru saat Festival Nasional Multikultur, kali ini ratusan undangan terbatas menghadiri pagelaran busana di Gedung KBRI.
Total, 180 undangan terbatas yang terdiri dari para pecinta dan pengamat mode, pengusaha, duta besar dan media hadir menyaksikan acara tersebut.
Namun, yang spesial dalam pagelaran busana kali ini, KBRI Canberra menggandeng rumah mode terkenal dari Australia, Perri Cutten. Kolaborasi yang indah tercipta ketika dalam satu runaway para model memperagakan baju koleksi musim gugur dan dingin dipadu dengan syal batik khas Indonesia.
"Sekitar enam syal batik milik koleksi pribadi istri Duta Besar, Nino Riphat Kesoema, dipadankan dengan gaun koleksi Perri Cutten,".
Selain itu, turut ditampilkan 8 busana daerah yakni dari Batak (Sumatera Utara), Lampung, Jawa Tengah, Sunda (Jawa Barat), Dayak (Kalimantan Tengah), Bali, Makassar (Sulawesi Selatan) dan Pulau Sumba. KBRI turut menggelar pameran tekstil yang menampilkan berbagai kain nusantara serta pameran kuliner.
"Sambil menikmati berbagai makanan ringan, para tamu juga dimanjakan dengan suguhan merdu musik gamelan dan minikmati miniatur Indonesia di Rumah Budaya Indonesia,".
Menurut Dubes RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, peragaan busana ini tidak hanya bertujuan untuk mempromosikan kekayaan dan keindahan kain nusantara.
"Melainkan juga untuk merayakan perpaudan budaya Indonesia dan Australia yang unik lewat fashion,". Mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belgia itu berharap Perri Cutten dapat mengaplikasikan motif batik dalam koleksi mereka. Kepala Desainer, Perri Cutten, Penelope Loorham terkesima dengan busana daerah yang diperagakan oleh para model. "Kostum yang sangat mewah dan karya seni yang luar biasa," yang telah menjadi desainer bagi Perri Cutten selama 16 tahun.
Friday, February 27, 2015
Naga Raksasa Motif Batik Bakal Meriahkan PBTY
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) kembali digelar. Festival kesepuluh kali ini akan dimeriahkan naga bermotif batik sepanjang 168 meter.
Desain batik yang dipilih adalah parang dan truntung. Properti ukuran raksasa itu bakal diarak di sepanjang kawasan Malioboro pada tanggal 1 Maret mendatang. Tampilnya naga ini sesuai dengan tema PBTY yakni “merajut budaya merenda kebersamaan”.
Ketua pantia PBTY, Tri Kirana Haryadi mengatakan naga motif batik baru pertama kali ditampilkan dalam ajang ini. Tahun sebelumnya, panitia membuat naga sepanjang 134 meter yang dibakar dan dilarung di Pantai Parangtritis.
“Kami ingin sesuatu yang berbeda. Kali ini dibuat naga dengan ukuran panjang 168 meter yang diharapkan bisa memecahkan rekor MURI,” kata Tri Kirana.
Pembuatan properti ini memakan waktu hampir dua bulan, dengan biaya kurang lebih Rp 100 juta. Naga batik yang merupakan cerminan akulturasi budaya itu akan diusung oleh 250 personel TNI AU.
Karnaval pembukaan PBTY ke-10 nantinya dimulai dari Taman Abu Bakar Ali melewati jalan Malioboro dan berakhir di titik nol kilometer. Pawai ini akan melibatkan sekitar seribu peserta.
Selain naga motif batik, akan ditampilkan pula naga hitam
Batik Unik dari Lereng Merapi Diminati Wisatawan Asing
Sejak dahulu, warga lereng Merapi di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten bergantung pada pertanian dan peternakan. Namun, sejak erupsi hebat 2010 silam, mereka merasa butuh ketrampilan yang bisa dijadikan sumber penghidupan ketika berada di pengungsian.
Kini di Balerante sudah ada kelompok perajin batik yang menghasilkan batik tulis dengan motif yang unik dan tak dijumpai di daerah lain. Perajin membuat motif-motif dengan inspirasi Merapi, seperti gulunganawan panas, lava merah meleleh, evakuasi, flora fauna Merapi dan keindahan alam Merapi.
Warna-warna batik yang ditampilkan cenderung tua, namun ada pula yang dipadu dengan warga merah dan kuning cerah pada dasar dan motifnya. Pelatihan itu merupakan bagian dari mitigasi bencana karena ancaman letusan Merapi bisa terjadi sewaktu-waktu.
”Saat ini, ada 15 orang perajin baik muda mudi, ibu-ibu bahkan anak-anak yang tekun menggeluti batik. Pelatihan batik diberikan saat kami mengungsi di barak Dodiklatpur tahun 2011, awalnya sulit karena kami mulai dari nol. Beda dengan sentra batik lain yang sudah turun temurun,” kata Ketua Kelompok Batik, Darwono.
Sayangnya, produksi masih tergantung pada pesanan dan bila ada event saja, belum ada permintaan rutin bagi perajin Merapi. Namun, batik bermotif unik itu digemari wisatawan manca negara, di antaranya dari Australia dan Inggris.
”Turis-turis dari luar negeri itu datang ke Balerante untuk belajar membatik. Mereka dikasih latihan di atas kain 30 cm2. Mereka senang sekali, kemudian saat pulang beli kain yang sudah jadi. Saat ini, harga selembar batik berkisar antara Rp 375.000 sampai Rp 400.000,” kata Jainu.
Ketrampilan warga sudah bagus, namun pemasaran masih terkendala. Mereka berharap ada dukungan dari pihak terkait untuk kemajuan sentra batik Balerante, karena mereka sudah mempunyai keunikan yang bisa dijual.
Cerita dibalik batik Papua Jokowi dan Iriana
Jimmy Afaar menjadi salah satu perajin berhasil membongkar dominasi batik Jawa. Pria berusia 51 tahun itu telah membawa batik Papua melanglang buana.
Ini membuat Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Widodo kepincut untuk mengenakan batik bermerek "Port Numbay" di acara kenegaraan. Kedua sejoli itu langsung memesan ke Jayapura.
Dan, meminta selesai dalam waktu sepuluh hari. Celakanya, Jokowi lupa memberikan ukuran badan.
Jimmy kalang kabut. Dia meminta bantuan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise untuk memenanyakan ukuran badan pada Jokowi dan Iriana.
Sayang, Yohana menyatakan tidak sanggup memenuhi permintaan kawan satu daerah itu. Mungkin, khawatir dianggap kurang ajar oleh Jokowi.
Tak kehabisan akal, Jimmy menerka ukuran badan Jokowi dan Iriana lewat foto banyak beredar di media massa dan media online.
"Akhirnya 10 hari jadi. Warnanya agak keunguan ini karena dicampur buah pinang. Pas dicoba Presiden (Jokowi) pas. Saya bersyukur," ujar Jimmy di Jakarta
Terkait motif, kata Jimmy, Jokowi memilih gambar burung cendrawasih dan dayung khas Papua.
"Dua-duanya sama motif dan warnanya.
tokobatikmas.com
Sukses jual batik Papua hingga Eropa, Jimmy kantongi 700 juta/tahun
Tidak dipungkiri lagi, wilayah Papua masih jauh tertinggal dibanding daerah lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makasar dan lain sebagainya. Namun siapa sangka, selain mempunyai wilayah yang indah, Papua juga mempunyai produk yang dijual ke luar negeri dan menembus pasar Eropa.
Adalah Jimmy Afaar yang mampu membuat batik asli Papua. Dia mengawali karirnya menjadi asisten desainer dalam negeri. Lalu, dia mencoba untuk membuat desain baju dan motif sendiri. "Saya dulu jadi asisten desainer. Tetapi, saya disuruh maju untuk bikin batik ini," ujar dia kepada wartawan di Graha CIMB Niaga, Jakarta.
Sebelum berkarya membuat batik, Jimmy terlebih dulu belajar untuk menulis batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Usai belajar selama enam bulan, pria asal Jayapura ini pulang kampung untuk mulai membangun usahanya.
Dengan modal hanya Rp 6 juta, pada tahun 2007 Jimmy mampu membuat 16 kain batik dengan motif burung Cenderawasih yang identik dengan Papua. Lalu, dia jual dalam pameran yang digelar di Jayapura. Jimmy pun tidak menyangka dagangannya laris manis.
Bahkan, banyak konsumen yang memesan kain batik tersebut. Hasil dagangannya sebesar Rp 60 juta langsung dijadikan kain batik untuk dipasarkan kembali. Hingga saat ini, Jimmy mampu meraup untung Rp 700 juta per tahun. "Omzetnya paling minim itu Rp 50-60 juta per bulan," kata dia.
Saat ini, usaha Jimmy telah mempekerjakan enam orang untuk membantu dia dalam menulis batik dengan motif Papua. Harga kain batiknya pun bermacam-macam, mulai dari Rp 125.000 per meter hingga Rp 4,75 juta per meternya.
Kain batiknya pun dijual di kota-kota besar seperti Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang hingga pasar di Eropa
Wednesday, February 25, 2015
Puluhan Siswa SD Belajar Membatik di Museum
Siapa bilang belajar membatik cuma bisa dilakukan orang dewasa? sekitar 50 siswa SDN Sekaran, Gunungpati, memperoleh kesempatan untuk belajar mbathik di Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Semarang. Program yang diberi nama “Mbathik Museum” ini bertujuan memperkenalkan warisan budaya tak benda (intangible heritage) kepada generasi muda. Sebab, bagi anak-anak, membatik bisa menjadi hal yang menyenangkan. Mereka bisa bermain melukis batik sekaligus belajar.
Sekitar pukul 11.00 WIB, pelatihan pun dimulai. Sebelumnya, para siswa memperoleh arahan terlebih dahulu mengenai peralatan dan cara menggambar batik menggunakan canting. Mereka diberi kebebasan untuk menggambar pola apapun sebelum nantinya dilukis dengan canting. Kreativitas mereka nampak terlihat lewat goresan-goresan tangan mereka yang membentuk gambar bunga, perahu, dan lainnya.
Salah seorang siswa, Lukman, mengaku, ini adalah pengalaman pertamanya belajar membatik di museum. Dia pun mengaku senang dengan kegiatan ini.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini memantik antusiasme tersendiri di diri siswa. “Anak-anak sangat antusias, mereka senang bisa belajar membatik di museum,” tutur Atika Kurnia Putri, edukator Museum Jawa Tengah Ranggawarsita,
Napi Lapas Pekalongan Dilatih Produksi Tong Sampah Batik
Pihak Lembaga Pemasyarakatan Lapas Kelas 2A Kota Pekalongan, terus berinovasi dalam menggali potensi dari Warga Binaannya, melaui kegiatan Kelas Inspirasi dengan membuat tong sampah batik.
Kepada Radio Kota Batik, Ketua Kelas Inspirasi di Taman Bacaan WBP Lapas Kelas 2A Muhammad Anang Saefulloh menjelaskan, bulan Februrai 2015 ini, para warga binaan akan dilatih dengan membuat tempat sampah yang dicat dengan berbagai motif batik.
Program ini sebenarnya juga sudah dirintis sejak tahun 2014 lalu, sehingga meskipun untuk tahap awal baru bisa memproduksi dalam skala kecil maka di tahun 2015 akan direalisasikan untuk bisa dipasarkan secara umum.
Anang Saefulloh menambahkan, sebelumnya pihaknya sudah pernah memberikan materi pembuatan miniature kapal Phinisi dengan bahan dari bahan kardus yang dikombinasi dengan kayu maupun bamboo.
Dengan meraih prestasi seperti tahun 2014 lalu, Ide materi pelatihan yang muncul tidak hanya dari para pembina saja, melainkan juga ide-ide dari warga binaan sendiri.
Saturday, February 21, 2015
Imlek, Batik Motif Naga di Buru Pembeli
Perayaan Imlek tahun ini, para perajin batik tulis di Blora mulai kebanjiran order pesanan. Pesanan yang diterima kebanyakan menginginkan motif batik yang bernuansa imlek, seperti naga serta buah naga. Sehingga motif batik yang dibuat oleh para perajin umumnya seputar naga dan buah naga.
“Sejak awal Januari lalu banyak yang pesan untuk dibuatkan kain batik dengan motif naga,”.
Menurutnya mereka yang pesan banyak berasal dari etnis keturunan tiongha yang ada di Blora, namun masyarakat juga banyak yang pesan motif naga tersebut. batik bernuansa imlek itu, nantinya akan digunakan saat perayaan, serta kegiatan lainnya yang masih bernuansa imlek.
Untuk motif lanjutnya memang yang memilih adalah pemesan mau dibuatkan motif yang seperti apa. Namun karena momen imlek, banyak yang meminta gambar naga, serta lampion-lampion. Motif tersebut kemudian dipadukan dengan motif menunjukkan ciri khas Blora, seperti akar jati dan motif lainnya yang sudah ada namun tidak meninggalkan ciri khas batik Blora.
“Sesuai nuansa imlek untuk warna yang dominan adalah warna merah serta hitam, dan ada yang meminta warna biru,”.
Dia mengungkapkan karena semuanya dibuat dengan tangan, sehingga memakan waktu yang lama dan pemesan harus melakukan pemesanan jauh-jauh hari. Setelah melihat beberapa kain yang sudah jadi, hasilnya cukup bagus dan sangat menarik, sebab warnanya sangat cerah.
Hingga saat ini beberapa karyawan yang ada di rumah produksinya masih sibuk membuat gambar naga, sebab banyakn yang dibuat dengan tangan.
Miss Universe Paulina Vega belajar membatik
Miss Universe 2014, Paulina Vega, belajar membatik selagi berada di Indonesia. Di pusat perbelanjaan di Alam Sutera, Tangerang,
Paulina Vega bersama Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri, diajari membatik.
Para pemandu mengajarkan cara memegang dan menggoreskan canting berisi malam sesuai pola batik pada kain.
Kemudian keduanya membatik mengikuti pola-pola di atas kain putih selama beberapa belas menit.
Usai memamerkan hasil karyanya, Paulina berkomentar membatik adalah proses yang sulit.
"Tadi hasilku berantakan, saat disuruh memamerkannya sebenarnya aku tidak mau," seloroh Paulina.
Menurut dia, karya seni buatan tangan termasuk batik adalah hal-hal berharga yang patut dibanggakan.
"Kalian
(Indonesia) punya banyak sekali orang-orang berbakat,".
Dia
juga memuji keindahan busana batik yang dipakainya hari ini. Menurut
dia, suatu kebanggaan bagi dia sebagai Miss Universe 2014 dapat
mengenakan gaun batik khas Indonesia.
Tuesday, February 17, 2015
19 Mahasiswa Asing Ikuti Kelas Batik
Sebanyak sembilan belas mahasiswa asing dari delapan negara pelajari batik di Universitas Pekalongan (Unikal) Kota Pekalongan. Kunjungannya ke Kampus Sriwijaya itu, untuk mengetahui lebih banyak terkait batik yang merupakan warisan budaya tak benda sebagaimana ditetapkan oleh Unesco tersebut. Sembilan belas mahasiswa itu masing-masing berasal dari negara Jerman, Perancis, Taiwan, Brasil, China, Vietnam, Korea Selatan dan Bahrain.
Kedatangan rombongan mahasiswa asing yang tergabung dalam universe project AIESEC local comite Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu disambut Wakil Rektor III Unikal Benny Diahmadusari, Dekan Program Studi (Prodi) Teknologi Batik Zahir Widadi, serta Kepala Prodi Teknologi Batik Muhtadin.
Saat di Unikal, selain mendapatkan paparan tentang Batik Indonesia, mahasiswa dimaksud juga berkesempatan belajar langsung dan praktek cara membatik di workshop Prodi Teknologi Batik. Menurut Benny Diahmadusari, didirikannya Prodi Teknologi Batik, kata dia, itu tidak terlepas karena Kota Pekalongan merupakan Kota Batik. Kota Pekalongan sendiri, lanjut dia, memiliki sejarah panjang terhadap dunia batik di Indonesia, bahkan dunia.
“Melalui kunjungan ini, setiap mahasiswa asing diharapkan dapat menginformasikan ke negara asal masing-masing. Dengan demikian, batik Pekalongan bisa lebih dikenal di seluruh penjuru dunia,”. Ditambahkan, kedatangannya ke Unikal, mahasiswa asing diharapkan dapat berkesan. Sementara, Prodi Teknologi Batik Muhtadin, menyambut baik adanya kunjungan mahasiswa asing ke Unikal. Melalui kunjungan itu, mereka dikenalkan batik Indonesia. Secara lebih khusus, menguatkan kepada mereka, jika batik berasal dari Indonesia.
“Melalui praktek membatik. Mereka bisa tahu persis mengetahui, bagaimana kerumitan membuat batik. Baik cara mencanting, pewarnaan dan lain sebagainya. Kemudian, diharapkan tumbuh penghargaan batik pada diri mereka bisa muncul. Itu karena selain memiliki budaya yang tinggi, batik memiliki art yang tinggi,”.
Koordinator mahasiswa asing, Setyoningsih Subroto, menyatakan kunjungan mahasiswa asing ke Jateng, untuk belajar banyak budaya serta destinasi wisata yang ada di Jateng. Termasuk di kampus Unikal, mereka sengaja datang untuk belajar tentang kebudayaan batik di Pekalongan. Dijelaskan, menurutnya, batik bagi mahasiswa asing dinilai unik. Mereka senang terkait motif maupun kainnya. Dijelaskan, sembilan belas mahasiswa itu merupakan representasi dari kampus mereka di negara masing-masing, bukan mahasiswa Undip.
Yogyakarta terbitkan buku ensiklopedi batik
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta menerbitkan buku ensiklopedi batik khas Yogyakarta, namun buku itu masih dicetak dan disosialisasikan secara terbatas ke kalangan tertentu.
"Buku ini berisi informasi mengenai batik khas Yogyakarta yang diramu dari berbagai sumber sebagai hasil kerja sama dengan akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM)," kata Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta.
Menurut dia, ensiklopedi batik tersebut disusun sejak 2012 dengan mengumpulkan data dari berbagai referensi yang ada, maupun dengan melakukan riset secara langsung ke praktisi batik yang ada di Yogyakarta. Selain berisi informasi mengenai jenis-jenis batik khas Yogyakarta dan filosofi yang terkandung di dalamnya, buku setebal 84 halaman tersebut juga mengulas mengenai peralatan yang digunakan untuk menghasilkan batik serta cara pembuatan batik dan sentra-sentra batik di Yogyakarta.
Saat ini, lanjut Tri Karyadi, pihaknya mengintensifkan sosialisasi mengenai ensiklopedi batik tersebut ke perajin batik, hingga ke pelajar di kota tersebut. "Penetapan Yogyakarta sebagai kota batik dunia menjadi salah satu dasar bagi kami untuk terus mensosialisasikan batik khas Yogyakarta,". Di dalam sosialisasi itu, Disperindagkoptan menyisipkan pengetahuan mengenai tata cara dan estetika pemakaian batik karena banyak masyarakat yang belum mengerti jenis batik dan tata cara pemakaian secara benar.
"Kami juga mensosialisasikan penggunaan pewarna alami untuk batik kepada perajin karena pewarna itu lebih ramah lingkungan dibanding pewarna kimia,". Ensiklopedi tersebut telah didistribusikan ke seluruh SMP, SMA dan SMK negeri di Yogyakarta dan diharapkan dapat dijadikan koleksi perpustakaan dan referensi pembelajaran mengenai batik.
"Disperindagkoptan akan memperbanyak buku tersebut untuk didistribusikan ke sekolah-sekolah swasta yang ada di Yogyakarta,". Pada tahun ini, lanjut Tri, Disperindagkoptan juga menggelar lomba pembuatan desain batik khas Yogyakarta yang akan diselenggarakan pada Maret atau April. Lomba tersebut terbuka untuk masyarakat umum.
"Motif yang ditetapkan sebagai pemenang akan digunakan sebagai batik seragam pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta,"
Friday, February 13, 2015
Teater Gandrik Tangis, Cermin Intrik Kekuasaan Dari Perusahaan Batik
Bukan hanya pengamat politik dan tokoh partai yang begitu bersemangat mengomentari kondisi Indonesia belakangan. Teater Gandrik, lewat lakon Tangis di Taman Budaya Yogyakarta pun ikut mengambil tempat itu. Tentu saja dengan karya pertunjukan mereka yang sarat kritik sosial lewat guyon parikena.
Tidak heran, jika naskah Tangis yang digodok sejak enam bulan lalu seperti berevolusi. Mulai dari ide menggabungkan dua naskah lama karya almarhum Heru Kesawamurti, Juragan Abiyoso dan Tangis oleh Agus Noor, hingga dramaturgi yang cukup baru bagi mereka.
Tema suksesi kekuasaan, intrik, tampaknya menjadi hal yang tidak pernah habis digali. Begitu juga apa yang dipaparkan Tangis.
Drama yang dibesut sutradara Djaduk Ferianto dengan pemain kondang Butet Kartaredjasa ini pun mencoba hal baru. Salah satunya menghadirkan Dalang yang menganyam cerita.
Selain itu, Dalang ditugaskan membuka komunikasi dua arah dengan penonton. Ini berbeda dengan gaya sampakan Teater Gandrik sebelumnya, karena penonton benar-benar dimintai pendapat.
“Menurut Anda bagaimana jika ada karyawan yang pintar tapi kritis, apa perlu dihilangkan?
Penonton yang disodori pertayaan ada yang menginginkan dipecat. Ada pula yang membiarkan untuk keseimbangan. Adegan ini seperti berupaya menguatkan peran Sumir, sebagai salah satu korban kekuasaan.
“Lakon ini menjadi gambaran bagaimana cara-cara tidak bermoral digunakan untuk menyelesaikan persoalan kehidupan. Semoga apa yang dimainkan Gandrik bisa menjadi cermin untuk kita,”
Monday, February 9, 2015
Terjun ke Dunia Batik
SETELAH berhasil menjadi juara II lomba desain batik, kategori pelajar yang diselenggarakan Pemkot Pekalongan beberapa waktu lalu, Sera Syarifah Rahmania bertekad terjun dalam bisnis batik. Walaupun sebelumnya orang tuanya tidak mengizinkan untuk menekuni usaha bidang perbatikan.
“Awalnya orang tua tidak setuju, Mungkin karena kakak saya sudah mengambil kuliah dengan jurusan yang berhubungan batik, hingga saya diarahkan untuk mengambil jurusan yang beda. Saya disuruh untuk lebih belajar di bidang kuliner, tapi setelah jadi juara II lomba desain batik, mereka mendukung,” akui Siswi SMA Negeri 1 Pekalongan
Sera begitu ia sering disapa mengatakan, bahwa lomba batik yang diadakan oleh Pemkot Pekalongan beberapa waktu lalu tersebut memang telah lama ia tunggu-tunggu. Oleh karena itu, saat mendengar akan ada lomba, dia langsung mempersiapkan diri. Kemudian mencari inspiras melalui internet.
“Alhamdulillah hasilnya lumayan bagus, walau hanya dapat juara 2, namun hal tersebut cukup membuat orang tua saya yakin untuk mengijinkan anaknya berada di jalur yang sama seperti mamah dan kakaknya, yaitu batik,”.
Selain berhasil mendapatkan juara 2 lomba desain batik tingkat Pekalongan kategori pelajar. Gadis yang lahir pada 24 November 1997 tersebut juga pernah meraih pengahargaan sebagai juara harapan II lomba Duta Wisata Kota Pekalongan.
“Saya tidak ingin menyerah begitu saja. Akan saya lakukan semaksimal mungkin apa yang saya suka, dan kiranya bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Itulah motto yang selalu saya pegang dalam berkarya,”
Sunday, February 8, 2015
Teknik Pewarnaan Sintetis KUB Batik Pringmas Masih Lemah
Teknik pewarnaan sintetis kain batik di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Pringmas Desa Papringan, Kecamatan Banyumas masih lemah. Menurut Bendahara KUB Batik Pringmas, Rohimah, saat ini kelompok perajin batik Desa Papringan tengah melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah pewarnaan sintetis. “Hasil pewarnaan sintetis masih belum maksimal. Kami masih harus belajar banyak,”.
Dia menilai kombinasi pewarnaan yang kurang tepat akan mempengaruhi produk hasil akhir. “Pewarnaan yang kurang sempurna akan memengaruhi warna produk yang dihasilkan. Ini menjadi perhatian kami,” imbuh dia.
Pengurus saat ini sedang mengevaluasi kelemahan ini untuk mengambil jalan keluarnya, misalnya diadakan kembali pelatihan pewarnaan atau magang di industri rumahan batik yang sudah mapan.
Meskipun teknik pewarnaan sintetis masih lemah, pemasaran produk sudah semakin luas. Produk yang dihasilkan selain untuk memenuhi pesanan instansi swasta dan pemerintah, perajin menerima pesanan dari warga Banyumas yang bekerja di luar negeri. “Untuk pemasaran sudah bagus, tapi perlu ditingkatkan lagi,”.
Selain itu, pembuatan produk turunan batik kini tengah dikembangkan untuk melengkapi varian kerajinan batik. “Kelompok ini sudah banyak kemajuannya, tapi perlu dukungan dari berbagai pihak terutama dalam peningkatan kemampuan membantik,”.
Konsultan UMKM Bank Indonesia Purwokerto, Mustaufik mengemukakan pendampingan terhadap kelompok Batik Pringmas masih berjalan, apalagi sentra batik tersebut akan diarahkan menjadi desa wisata.
Friday, February 6, 2015
Banjir, Produksi Batik Turun 30 Persen
Akibat genangan air yang tak berkesudahan di Pasirsari, Kelurahan Pasirkratonkramat, berdampak pada pengrajin batik di sana.
Para pengrajin batik di wilayah yang terkenal menjadi sentra batik cap itu mengalami penurunan produksi cukup drastis, yaitu mencapai 30 persen.
Ketua Serbapas, Sodikin HS mengungkapkan, kondisi rendaman air yang menggenang dalam waktu yang lama. Pastinya mengganggu proses produksi. Jika dalam kondisi normal pengrajin dapat memproduksi satu kain batik dalam waktu empat sampai lima hari, sedangkan dalam kondisi seperti saat ini, produksi kain batik memerlukan waktu setidaknya sepuluh hari.
“Selain itu, risiko produksi juga tinggi. Misalnya saat dijemur tidak hati-hati bisa jatuh, dan harus ulang prosesnya. Atau jika menggunakan obat reaktif, terkena sedikit air saja bisa pudar dan harus mengeluarkan ongkos lagi untuk produksi ulang,” tuturnya.
Dengan segala risiko itu, pengusaha batik pada kondisi normal dapat memproduksi 30 sampai 100 kodi, kini hanya bisa memproduksi maksimal 20 sampai 70 kodi kain batik.
Dengan produksi yang mengalami penurunan, berdampak juga pada tenaga kerja yaitu buruh batik. Mereka tak akan berangkat satu minggu penuh. Sebab dikatakan Sodikin, rata-rata pengrajin batik hanya produksi lima hari atau enam hari dalam seminggu, tetapi setiap harinya tidak penuh.
Diakui Sodikin, kondisi demikian sudah menjadi siklus alam, dan akan terjadi setiap tahun. Artinya, pengrajin batik akan selalu mengalami fase penurunan produksi dalam waktu tertentu. “Makanya kami tetap berharap turun tangan pemerintah. Setidaknya untuk membantu mengatasi banjir di sini,” harap dia.
Terpisah, Kabid Koperasi dan UMKM pada Disperindagkop dan UMKM, Edi Harsoyo saat dikonfirmasi mengenai keluhan pengrajin tersebut menyatakan, bahwa untuk bulan-bulan ini bisnis batik memang mengalami penurunan. Bukan hanya karena faktor cuaca, banyak faktor lain yang membuat penurunan mencapai 20 persen. “Cuaca hanya salah satunya, seperti di Pasirsari. Tapi kalau secara umum penyebabnya banyak, termasuk bahan baku yang naik, faktor adanya Pileg dan Pilpres tahun lalu hingga dampak kebakaran Pasar Klewer. Ada penurunan tapi masih dalam tahap wajar. Itu masukan dari temen-temen pengusaha,” terangnya.
Menurut Edi, kondisi demikian memang sudah menjadi siklus tahunan di mana pada bulan-bulan tertentu batik akan loyo dan akan kembali naik saat ada momentum tertentu. Tapi diakuinya, penurunan yang terjadi tahun ini lebih parah dari tahun sebelumnya. “Saya juga cek di Pasar Grosir Setono dan hasilnya sama. Di sana juga terjadi penurunan. Kondisi seperti ini berarti merata,”
Tuesday, February 3, 2015
Sentra Batik Tegal Perlu Didongkrak
Sentra industri batik yang tersebar di sejumlah kelurahan di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal perlu terus didongkrak. Hal itu dimaksudkan agar usaha tradisional yang digeluti oleh masyarakat itu terus berkembang dan bisa bersaing dengan daerah lain.
Sekretaris Komisi II DPRD, Hendria Priatman mengatakan, Pemkot perlu memberikan perhatian serius terhadap sentra industri batik. Antara lain, dengan memberikan pembinaan, pendampingan serta membantu pemasaran ke luar daerah. “Dengan upaya tersebut diharapkan Batik Tegal bisa semakin dikenal dan maju,” katanya.
Ketua Komisi II DPRD, Tuty Alawiyah menambahkan, terkait masalah tersebut pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan tinjauan lapangan ke sentra-sentra industri batik. Tujuannya, untuk mengetahui secara persis tentang kondisi yang selama ini dihadapi para pembatik dalam rangka memajukan industri batik.
Kepala Disperindagkop UMKM, Chairul Huda mengatakan, untuk potensi bati di Kota Tegal ada batik tulis, batik cap dan dan batik kombinasi. Sentra industri batik antara lain, di Kelurahan Bandung, Tunon, Keturen dan Debong Tengah Kecamatan Tegal
Selatan. “Jumlah pembatik sekitar 130 orang dengan omset Rp 3.188.639.000/tahun,” katanya.
Menurut dia, potensi paling baik batik tulis. Untuk membantu pemasaran pihaknya melakukan promosi setiap tahun, baik di lokal maupun luar daerah. Selain itu, melakukan pendapingan serta pembinaan.
Model Batik Kombinasi Jadi Tren
Batik tulis Lasem dengan model kombinasi saat ini sedang menjadi tren baru di kalangan pembeli di awal 2015. Model kombinasi itu berbentuk klasik bercampur modern, bordir dikombinasikan batik Lasem serta kaos batik Lasem dengan warna kontras.
Pemilik Butik Lasem Njama, Juhartutik mengungkapkan, model kombinasi itu sudah mulai menjadi tren saat pertama kali diluncurkan pada awal Januari lalu. Peminatnya, bukan hanya dari kalangan remaja saja, melainkan juga kalangan dewasa.
“Ada kombinasi gambar batik motif klasik dan modern. Untuk baju ada kombinasi bordir dan batik Lasem, serta kaos batik Lasem dengan warna kontras. Sejak diluncurkan langsung menjadi tren baru di kalangan pasar,”.
Ia menyebutkan, sejak pertama kali dilempar ke pasar, sudah lebih dari 500 item terjual. Selain dari lokal Rembang, sebagian besar justru mendapatkan respons positif dari pasar di luar Rembang, seperti Pati dan Semarang.
“Harga relatif standar sesuai pasaran batik tulis Lasem. Untuk kaos batik Lasem warna kontras dipatok sekitar Rp 190 ribu. Baju batik Lasem dengan kombinasi bordir dipatok sekitar Rp 275 ribu, serta kain batik tulis Lasem dipatok di atas Rp 150 ribu,”.
Prima Desta, seorang pecinta batik Tulis Lasem asal Pamotan mengatakan, salah satu kharakter khas produk batik Lasem adalah corak tradisionalnya yang selalu melekat. Selain itu, meskipun sudah dikombinasikan dengan motif modern, tetap tidak menghilangkan kharakter asli batik Lasem yang bercorak budaya.
“Harga memang agak tinggi, namun coraknya yang membuat pecinta batik selalu merasa kegihan untuk mengoleksinya,”
Monday, February 2, 2015
Mengenal Jenis dan Corak Kebaya Sunda
Kebaya adalah sebuah blus berlengan panjang yang dipakai di sebelah luar kain atau sarung menutupi sebagian dari badan. Panjang kebaya ini berkisar sekitar pinggul sebelah atas sampai ke lutut.
Kebaya pendek dapat dibuat dari bahan katun yang berbunga, atau polos, sutera, sintetis, brokat, lurik dan organdi atau kain katun yang berwarna putih di mana seluruh pinggirannya dihiasi dengan renda.
Kain batik yang dipakai wanita di Sunda biasanya berwarna cerah, yang dililitkan sebagaimana biasa. Perhiasan yang sederhana dan sehelai selendang melengkapi pakaian tersebut.
Baju Muslim Trend 2015
Sekarang ini sudah banyak orang yang mengenakan pakaian sarimbit. Sarimbit artinya adalah seseorang pasangan antara pria dan wanita yang memakai baju yang sama, maksudnya adalah yaitu baju yang sama baik itu model, corak, serta warnanya.
Baju sarimbit sepertinya sedang populer, karena banyak para remaja yang sedang kasmaran memakai baju sarimbit untuk datang ke acara pesta, acara formal maupun acara lainnya. Para orang tua pun tidak mau kalah, mereka juga kadangkala memakai pakaian sarimbit ini, karena hakikatnya memberikan kesan suasana harmonis dan juga romantis.
Secara umum, baju sarimbit diaplikasikan pada baju seperti kemeja, gaun serta kebaya, namun sekarang ini banyak bermunculan berbagai pilihan lain antara gabungan baju kemeja, gaun, batik dan kebaya dengan baju muslim hingga membuat inovasi baru terhadap tren fashion model baju muslim.
Usaha Kerajinan Kain Batik Bergairah
Kebijakan Pemkab Purbalingga yang mengharuskan para pegawai negeri sipil mengenakan batik lokal telah memberikan dampak positif terhadap usaha kerajinan batik.
Usaha batik kini semakin bergairah karena permintaan pembuatan seragam batik dari masing-masing instansi negeri maupun swasta meningkat.
“Setelah ada penerapan pemakaian batik lokal dari Selasa sampai Jumat membuat permintaan batik di tingkat perajin naik,” kata ketua Paguyuban Perajin Batik Purbalingga, Yoga Prabowo.
Menurutnya, beberapa industri rumahan batik menerima pesanan dari sejumlah instasi pemerintah, desa sampai perusahaan-perusahaan swasta di Kota Perwira.
“Saat ini pesanan sedang banyak. Masing-masing instansi rata-rata memesan sekitar 30 sampai 40 potong kain batik,”.
Batik yang dipesan lebih dominan batik kombinasi. Selain harganya lebih murah dari pada batik tulis, yaitu Rp 100 ribu per potong, pembuatan batik kombinasi cocok untuk seragam perkantoran.
“Ini peluang baik bagi teman-teman perajin batik. Tinggal bagaimana mereka menangkap peluang ini untuk menjadikan sebuah keuntungan,”.
Ia menilai kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan memproduksi batik berkualitas guna meningkatkan kepercayaan konsumen. “Selama ini konsumen lokal tidak banyak, jadi kesempatan ini harus digarap optimal,”.
Regenerasi Perajin
Respon positif pasar lokal terhadap batik Purbalingga menjadi perhatian pengurus paguyuban untuk terus meningkatkan jumlah perajin dan melakukan regenerasi perajin muda yang inovatif dan kreatif.
Saat ini, di Kabupaten Purbalingga terdapat 14 sentra kerajinan batik. Dari jumlah itu, terdapat sembilan sentra kerajinan batik yang telah aktif, sedangkan lima sentra masih dalam rintisan dan pendampingan dari paguyuban.
“Saat ini terdapat sekitar 380 perajin yang aktif. Jumlah ini harus terus ditingkatkan guna menciptakan lapangan kerja baru di dunia usaha batik,”.
Yoga menambahkan saat ini paguyuban terus melakukan pelatihan dan pembinaan kepada warga masyarakat di Purbalingga yang memiliki ketertarikan membatik.
“Membatik bukan merupakan pekerjaan instan, tapi harus dilakukan secara tekun dan berkelanjutan. Untuk itu, kami terus berupaya memberikan sharing ilmu membatik kepada warga,”
Sunday, February 1, 2015
Seniman Aceh lahirkan karya lukisan "batik tsunami"
Banda Aceh (Antara) - Seniman Aceh, Cut Azzeta Rukman, melahirkan karya fenomenal yang merupakan lukisan bernuansa Aceh berupa "batik tsunami" dan karya tersebut dipajang di Museum Tsunami di Kota Banda Aceh.
"Harapan saya, semoga lukisan batik tsunami ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk bangkit dan berkarya dalam memajukan dan mengharumkan nama Aceh melalui karya seni," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Aceh Niazah A Hamid di Banda Aceh, Rabu.
Hal tersebut disampaikan di sela penyerahan karya lukis Cut Azzeta Rukman berupa "batik tsunami" kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Pahlevi.
Ia menambahkan karya seni seperti itu sangat layak didukung, dikembangkan dan dipromosikan, karena selain bisa memperkenalkan tradisi Aceh secara luas ke dunia luar, juga mampu memberi ruang kepada para seniman untuk berkarya di tingkat yang lebih tinggi.
"Mudah-mudahan momentum ini bisa memperkuat semangat kreativitas seniman Aceh untuk menghasilkan lebih banyak lagi karya seni bernuansa khas daerah ini," kata Niazah yang juga istri Gubernur Aceh H Zaini Abdullah.
Dia juga menyebutkan para seniman Aceh sangat kreatif dalam membaca situasi lingkungan, sehingga berbagai peristiwa yang terjadi di Aceh bisa dikonversikan menjadi karya seni.
"Karya-karya seni seperti ini bukanlah untuk menghadirkan kembali trauma masa lalu, tapi bertujuan mendorong kita agar belajar dari pengalaman hidup demi melihat masa depan yang lebih baik serta kreatif," kata dia menjelaskan.
Ia juga menilai motif batiknya sangat indah, menarik dan memiliki nilai seni tinggi. Jika dituangkan ke dalam kain batik untuk dipakai sehari-hari, maka dapat menghadirkan kesan anggun bagi si pemakai.
"Mungkin ada yang masih trauma jika kita bicara tentang tsunami, namun dengan melihat lukisan ini, maka perasaan itu akan berganti dengan kekaguman pada karya seni yang bernilai tinggi ini,"
SKNNI tumbuhkan semangat batik nasional kuasai pasar dunia
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disepakati para pemangku kepentingan di bidang batik diharapkan menjadi semangat industri dalam negeri untuk menguasai pasar dunia.
"Itu sebabnya kami beri perhatian agar seperti juga yang dibahas dengan Kementerian Tenaga Kerja, batik menggunakan sertifikasi dengan kompetensi yang didasari SKKNI," ujar Dirjen Industri Kecil Menengah Euis Saedah di Jakarta, Jumat.
Euis mengatakan, Indonesia sempat menjalin kerja sama dengan pihak Jepang untuk lebih menjadikan batik Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah di negaranya sendiri, melainkan mampu menguasai pasar dunia.
"Apalagi jenis batik yang menggunakan pewarna alam, beberapa kali kami juga bekerjasama dengan pihak Jepang, terutama untuk memodernisasi batik yang sudah dibuat Indonesia,".
Namun, lanjutnya, Pemerintah Indonesia cenderung berhati-hati melakukan berbagai kerjasama tersebut, agar tetap memperoleh nilai tambah dan tidak semata-mata hanya pihak Jepang yang menarik manfaat dari kerjasama tersebut.
Menurut Euis, sebelumnya, Kemenperin melakukan segmentasi batik untuk mewujudkan hal tersebut, seperti batik yang digunakan untuk masuk sekolah yakni batik dengan tema pendidikan, sehingga yang dominan adalah peranan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada juga batik industri, di mana usaha batik mampu mencetak tenaga kerja ribuan orang dan juga menjadi sentra industri di sejumlah provinsi, dan di sini Kemenperin banyak memberi andil. Terakhir batik sebagai unsur kreatif, di mana saat itu yang banyak berperan adalah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun demikian segmentasi tidak mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Dalam masyarakat kraton jawa,membatik dianggap sebagai kegiatan pengabdian kepada raja. Batik Kraton Batik kraton adalah jenis ba...
-
Batik motif khas Biak, Papua hasil karya lima sanggar pengrajin batik akan diperkenalkan ke masyarakat pada 28 Oktober 2014. ...