Friday, February 13, 2015

Teater Gandrik Tangis, Cermin Intrik Kekuasaan Dari Perusahaan Batik

tokobatikmas.com

Bukan hanya pengamat politik dan tokoh partai yang begitu bersemangat mengomentari kondisi Indonesia  belakangan. Teater Gandrik, lewat lakon Tangis di Taman Budaya Yogyakarta pun ikut mengambil tempat itu. Tentu saja dengan karya pertunjukan mereka yang sarat kritik sosial lewat guyon parikena.
Tidak heran, jika naskah Tangis yang digodok sejak enam bulan lalu seperti berevolusi. Mulai dari ide menggabungkan dua naskah lama karya almarhum Heru Kesawamurti, Juragan Abiyoso dan Tangis oleh Agus Noor, hingga dramaturgi yang cukup baru bagi mereka.
Tema suksesi kekuasaan, intrik, tampaknya menjadi hal yang tidak pernah habis digali. Begitu juga apa yang dipaparkan Tangis.
Drama yang dibesut sutradara Djaduk Ferianto dengan pemain kondang Butet Kartaredjasa ini pun mencoba hal baru. Salah satunya menghadirkan Dalang yang menganyam cerita.
Selain itu, Dalang ditugaskan membuka komunikasi dua arah dengan penonton. Ini berbeda dengan gaya sampakan Teater Gandrik sebelumnya, karena penonton benar-benar dimintai pendapat.
“Menurut Anda bagaimana jika ada karyawan yang pintar tapi kritis, apa perlu dihilangkan?
Penonton yang disodori pertayaan ada yang menginginkan dipecat. Ada pula yang membiarkan untuk keseimbangan. Adegan ini seperti berupaya menguatkan peran Sumir, sebagai salah satu korban kekuasaan.
“Lakon ini menjadi gambaran bagaimana cara-cara tidak bermoral digunakan untuk menyelesaikan persoalan kehidupan. Semoga apa yang dimainkan Gandrik bisa menjadi cermin untuk kita,”

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style