Monday, February 10, 2014

Sejarah Bangunan Museum Batik Pekalongan


"Selamat datang di Museum Batik Pekalongan," kata Eka Fitria, seorang perempuan muda  menyambut pengunjung  yang masuk gedung tersebut akhir Juli lalu.

Hanya dengan tiket masuk sebesar Rp 5.000, pengunjung bisa menikmati museum yang memiliki koleksi lebih dari 1.000 batik dari seluruh Nusantara dan mancanegara itu. Eka, dan pemandu-pemandu lainnya, ramah siap menjelaskan apa saja yang ingin diketahui pengunjung tentang museum itu.

Sebuah gedung peninggalan Belanda berdiri kokoh di Jalan Jatayu, Pekalongan, Jawa Tengah. Yang tidak tahu tentu mengira bangunan itu merupakan kantor pemerintahan masa lalu yang bertahan hingga ini.

Eka menjelaskan, bangunan museum dibangun oleh VOC pada tahun 1906 sebagai kantor keuangan sekaligus tempat penyimpan uang pabrik gula. Setelah Belanda terusir dari Indonesia, bangunan seluas 3.675 meter persegi itu beralih fungsi.

"Tahun 2006 sampai sekarang bangunan ini pun resmi digunakan sebagai museum batik," ujar Eka, yang sudah tiga tahun menjadi pemandu di museum tersebut.

Dikatakan Eka, tak ada konstruksi atau arsitektur gedung yang berubah. Pengelola hanya menambah sebuah ruang seluas 5x3 meter untuk bengkel kerja pembatik atau pengunjung yang belajar.

Sebuah bunker yang dulunya digunakan untuk tempat penyimpanan uang, kini tetap dipakai sebagai tempat penyimpanan koleksi batik tua. Batik SBY sampai Batik Papua ditampilkan di tiga ruang pamer di museum tersebut.

Ruang pamer pertama, berisi koleksi batik khas Pekalongan dan Cirebon. Ruang kedua, khusus batik Nusantara, yakni mulai dari Bengkulu, Kalimantan hingga Papua. Sedangkan ruang pamer yang ketiga, khusus menampilkan batik Yogyakarta dan Surakarta.

Eka menjelaskan, batik-batik tersebut didapat dari berbagai sumber. Ada batik yang dihimpun dari masyarakat. Biasanya, batik itu sudah berusia ratusan tahun.

Ada batik karya pelukis atau pembatik yang dihibahkan ke museum. Dan ada juga batik yang merupakan pemberian dari pejabat tinggi, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, dan lain-lain.

"Tapi, untuk menjaga kualitas, batik yang berumur ratusan tahun dibikin replikanya dan dipamerkan, aslinya disimpan di bunker. Batik yang lain juga diganti-ganti setiap setahun," lanjut Eka.

Pada tahun 2009, Museum Batik Pekalongan mendapat dua penghargaan dari badan PBB Unesco. Pertama, penghargaan atas batik Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia bukan benda. Penghargaan kedua adalah untuk pelatihan terbaik membatik bagi para pengunjung.



 
Sumber:/kompas.com

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style