Sunday, January 4, 2015

Batik Juga Bisa Menyembuhkan Penyakit



Teknik pewarnaan pada batik, sekarang tidak melulu menggunakan bahan kimia, namun bisa menggunakan bahan yang berasal dari alam. Bahkan Politeknik Pusmanu Pekalongan telah lama mengembangkan teknik pewarnaan yang berasal dari bahan alami. “Kita tidak harus terpaku pada standarisasi pewarnaan seperti yang ada di Solo dan Jogja,” ungkap R. Husein Ediwinoto, selaku Dosen Teknik Pewarnaan di Politeknik Pusmanu Pekalongan kepada Radar.
Kampusnya, sambung Husein, sudah lama mengembangkan suatu standarisasi pewarnaan tekstil dari bahan alami. Sehingga kedepannya teknik pewarnaan batik juga mempunyai standarisasi tersendiri.
Menurutnya, warna alam juga bisa disebut sebagai batik herbal karena dibuat dari tanaman-tanaman yang mengandung obat. “Jadi bisa meminimalkan resiko karsinogen,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, zat karsinogen juga bisa terdapat di baju yang diproses secara kimia, dan kurang bersih pada saat proses finishingnya. selain itu juga bisa berasal dari penggunaan bahan-bahan yang salah. “Penggunaan Kostik soda sebenarnya sangat membantu dalam proses pewarnaan baik dalam industri tekstil maupun batik. Biasanya kalo cucinya tidak bersih, tidak hanya bajunya yang bolong, tapi kulit juga bisa bolong,” katanya menambahkan.
Lebih lanjut ia menambahkan, jika menggunakan bahan pewarna alami baju akan terasa lebih sejuk. Bahkan juga dapat menyembuhkan penyakit karena berasal dari tanaman herbal tersebut. “Kalau ada yang sakit, panas dingin misalnya. bisa disembuhkan dengan cara diselimuti dengan baju yang mengandung herbal itu,” Katanya.
Kedepannya, ia melihat Pekalongan mempunyai potensi yang sangat besar dan banyak hal yang bisa dimanfaatkan. Pekalongan yang kondisi alamnya yang sudah lengkap, mulai dari daerah pegunungan hingga pesisir sangat cocok untuk digali dan dikembangkan.
Husein Ediwinoto mengaku sempat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Tekstil (ITT) Bandung hingga 1976. Namun Drop out, dan mulai berkarir pada tahun 1978.
Dituturkannya pada saat kuliah, Ia tidak mempunyai minat khusus pada bidang tekstil. “Saat itu, karena salah satu saudara saya ada yang bekerja di ITT. Sedangkan orangtua menyuruh saya kuliah disana,” ujarnya.
Ia mengaku awalnya tidak mengetahui tentang dunia tekstil. Karena nalurinya yang suka tantangan dan mempelajari hal baru, akhirnya ia masuk ke jurusan tersebut.
Namun sekitar tahun 1976, Ia dan teman-temannya menuntut agar ITT diakui oleh Kemendikbud, karena selama ini masih berada di pihak swasta. Akhirnya, ia dan beberapa temannya memilih drop out dan tidak meneruskan kuliah.

No comments:

Post a Comment

Be Someone Who Seeks Comfort And Style